Bertelepon dan Berkirim Surat dengan Bapak jadi Kenangan Indah Masa Kecilku

Endah Wijayanti diperbarui 31 Jul 2021, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.

***

Oleh:  Rahayu Martini

Lahir sebagai anak perempuan sulung adalah salah satu karunia Tuhan yang sangat aku syukuri. Dan nikmat kedua adalah dapat dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat hangat padaku. Mama adalah seorang yang sangat mandiri terlebih setelah beliau menikah dengan bapak yang bekerja sebagai seorang tentara.

Keberadaan bapak yang sangat jarang di sebelah kami karena saat itu bapak harus  menempuh pendidikan perwiranya di luar pulau. Saat itu mama menjadi pemilik peran ganda di masa emas tumbuh kembangku. Karena terbatasnya jarak aku kadang merasakan rindu yang sangat mendalam pada bapak. Hampir dua tahun tanpa beliau di rumah jadilah aku besar tanpa sosok bapak di rumah.

Apalagi saat itu tahun 1996 alat komunikasi masih sangat jarang ada. Adapun itu juga fasilitas umum seperti telepon umum koin atau telepon umum kartu, belum ada handphone seperti saat ini. Di rumah kami juga belum ada telepon rumah saat itu masih jarang orang memiliki telpon di rumahnya.

Jadilah bapak sering menelpon kami melalui tetangga kami yang kebetulan saat itu perusahaan distributor peralatan elektronik terkemuka di Indonesia. Hari Minggu biasanya jika tak ada halangan bapak pasti menelepon.

Selesai mandi sore pasti aku sudah siap duduk di teras rumah bersiap dan berharap dipanggil oleh Om Tut satpam yang biasa bertugas di sana, “Putu Telpon dari Bapak nih!" begitu teriaknya memecah tembok pembatas rumah. Bergegas segera berlari setelah Om Tut memanggil, katanya telat sedikit saja nanti bayar teleponnya mahal, kasihan begitu pikirku saat itu. Senang rasanya bisa berjumpa walau hanya via suara dengan bapak saat itu.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Kenangan dan Nostalgia

Masa kecil./Copyright Rahayu Martini

Selain melepas rindu lewat telepon, saat itu bapak juga biasa menulis surat untuk kami berdua. Jadilah masa indah surat menyurat aku rasakan juga saat itu bersama bapak. Usiaku saat itu masih 4 tahun jadi belum begitu pandai menulis dan membaca. Tapi tak menyurutkan niatku untuk menulis surat balasan kepada bapak.

Setiap hari Sabtu pasti ada surat yang sampai ke rumah untuk aku dan mama, biasanya satu lembar surat penuh isi gambar itu spesial untukku. Berbekal kertas, pensil, dan pensil warna aku gambar apa yang ingin kusampaikan saat itu layaknya komik deh. Sungguh perasaan senang tiap kali goresan gambarku akhirnya tersampaikan ke bapak dan dibalas olehnya. Senin pagi sembari berangkat sekolah TK kecil, mama selalu mengajakku ke kantor pos untuk mengirim surat yang telah kami buat bersama.

Hal yang paling aku suka saat itu adalah perjalanan menuju kantor pos menggunakan bemo sebagai angkutan umum yang top kala itu di kota kami. Menunggu di bawah rimbun pohon di pinggir jalan menjadi penanda kami menunggu jemputan bemo.

Setibanya bemo mendekati kami tangan kami harus diayunkan sedikit menandakan kami ingin menumpanginya. Duduk berjejer dengan penumpang lain, kadang juga aku dipangku Mama katanya agar lebih murah bayar bemonya.

Memilih duduk di belakang sopir dekat dengan pintu adalah pilihan yang bagus agar lebih mudah saat turun dari bemo nanti. “Stop Pak!" begitu kata mama kepada supir untuk memberhentikan bemo itu, dan turunlah kami di seberang Kantor Pos.

Setibanya di Kantor Pos hal yang tak kalah menarik untukku adalah menempel perangko di pojok amplop lalu menyerahkannya kepada petugas pos itu adalah tugas andalanku.  Beruntung rasanya bisa menikmati masa kecil yang cukup berbeda dengan saat ini. Tumbuh besar melewati perubahan zaman yang kian modern sungguh membuatku memiliki berbagai cerita manis yang bisa kubagikan.

#ElevateWomen