Mengenal Pentingnya Buku KIA untuk Memantau Tumbuh Kembang Anak secara Mandiri di Masa Pandemi

Fimela Reporter diperbarui 29 Jul 2021, 18:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Di masa pandemi seperti sekarang ini pastinya semua orang, terutama orangtua pastinya lebih memilih untuk tidak keluar rumah demi menjaga keluarga dan anak dari paparan virus yang berbahaya. 

Angka kasus Covid-19 di Indonesia juga hingga saat ini jumlahnya belum melandai, sehingga masih ada potensi bagi anak bisa terpapar virus tersebut jika tidak terproteksi dengan baik. Hal inilah yang menjadi faktor tingginya infeksi virus Covid-19 pada anak. 

Selain dampak langsung infeksi pada anak, pandemi Covid-19 juga memengaruhi akses anak ke fasilitas kesehatannya. Hal ini dikarenakan masa pandemi seperti sekarang ini juga membuat akses terhadap layanan kesehatan seperti puskesmas, klinik, rumah bersalin, klinik kesehatan keliling, dan pusat pengobatan tradisional menjadi kurang memadai.

Maka dari itu, di sinilah pentingnya peran orangtua untuk tetap bisa memantau tumbuh kembang anak secara mandiri dengan menggunakan sarana pencatatan kesehatan ibu dan anak yakni Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). 

Mungkin masih banyak orang yang masih awam dengan buku tersebut dan perlu penjelasan lebih lanjut terkait hal itu. 

Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan PT Tirta Investama menyelenggarakan webinar demi mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya buku KIA dalam memantau tumbuh kembang anak pada Kamis (29/7). 

Maka dari itu, simak ulasan selengkapnya terkait buku KIA secara lebih lanjut.

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

Apa itu buku KIA?

Buku KIA untuk tumbuh kembang anak

Buku KIA merupakan salah satu sarana atau media pencatatan sekaligus media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) bagi ibu hamil dan balita sebagai pemantau tumbuh kembang anak secara rutin. 

“Buku KIA sudah disusun oleh Kementerian Kesehatan RI agar bisa digunakan oleh orangtua Indonesia secara nasional untuk bisa memantau kesehatan dan nutrisi yang didapatkan anak secara rutin dan konsisten,” ujar drg. Kartini Rustandi sebagai Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam webinar, Kamis (29/7). 

Buku KIA ini sudah ada di Indonesia sejak 1994 namun saat itu hanya berlaku untuk anak saja, belum menjadi satu dengan kesehatan ibu hamil dan pemantauan tumbuh kembang anak dari segala aspeknya. Maka dari itu, buku KIA ini akhirnya baru disempurnakan pada tahun 2004-2006 untuk versi nasionalnya, dan selalu direvisi setiap 5 tahun sekali. 

drg. Kartini menjelaskan bahwa saat ini pelayanan kesehatan lebih memprioritaskan kelompok balita dan ibu hamil serta menyusui yang berisiko, sehingga pemantauan pertumbuhan anak yang sehat. Maka dari itu, di sinilah pentingnya orangtua untuk bisa memantau anak secara mandiri dengan menggunakan buku KIA.

3 dari 6 halaman

Isi dari Buku KIA

ilustrasi tumbuh kembang anak/Photo by César Abner Martínez Aguilar on Unsplash

Walaupun hanya sebuah buku, namun buku ini sangat berguna bagi orangtua agar bisa melihat perkembangan anak secara komprehensif dari segala aspek. Mulai dari pemantauan fisik anak seperti berat badan dan tinggi badan sesuai umur hingga petunjuk pola asuh yang benar bagi orang tua. 

“Untuk versi buku KIA yang paling baru, yakni versi tahun 2020, terdapat dua sampul yang berbeda untuk satu buku. Sampul depan untuk data ibu, sampul belakang untuk data anak. Jadi, buku ini sudah sangat komprehensif mengatur tentang pertumbuhan ibu hamil dan balita,” ujar Dokter Ni Made Diah selaku Koordinator Poksi Kesehatan Balita dan Anak Usia Prasekolah ketika memaparkan tentang isi dari buku KIA ini. 

Secara lebih rinci, buku KIA ini juga mencakup pemenuhan asupan gizi seimbang sesuai umur anak, pencatatan imunisasi, kesehatan gigi, pola asuh, ringkasan pelayanan balita sakit, hingga panduan perawatan bayi baru lahir hingga anak usia dini (setara 6 tahun).

4 dari 6 halaman

Tahapan tumbuh kembang anak

Ilustrasi tumbuh kembang anak (FOTO: Unsplash.com/Tanaphong Toochinda).

Dalam webinar tersebut juga dijelaskan secara rinci tentang tumbuh kembang anak yang ideal oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang, yakni Dokter Fitri Hartanto.

Dirinya menjelaskan bahwa anak memiliki fase yang berbeda dalam perkembangannya, tetapi kesehatannya harus selalu optimal. Hal ini bisa dicapai oleh anak jika orangtua mampu memberikan stimulasi dan memperhatikan nutrisi yang diperoleh anak. 

“Orangtua harus bisa memberikan 80% kebutuhan dasar bagi optimalisasi perkembangan anak. Kebutuhan dasar itu terdiri dari asah, asuh, dan asih. Atau dalam kata lain adalah nutrisi, lingkungan sehat, rekreasi, stimulasi, sekaligus kasih sayang,” ujar Dokter Fitri Hartanto. 

Tahapan tumbuh kembang anak juga bisa dilihat secara bertahap, yakni dengan menstimulasi gerak motorik kasar, gerak motorik halus, bahasa, serta kemandirian dan personal sosial si anak.

Perkembangan anak memiliki pola yang menetap dan tahap yang berurutan. Maka dari itu, perkembangan ini dapat menentukan perkembangan selanjutnya.

“Secara prinsip, semua perkembangan anak ini harus dioptimalisasi dengan cara stimulasi dari orangtua. Maka dari itu, orangtua harus paham pula prinsip dalam stimulasi agar tidak terkesan terlalu terburu-buru dalam mengajari anak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan tumbuh kembangnya,” tambahnya.

5 dari 6 halaman

Cara memantau perkembangan anak dengan buku KIA

Ilustrasi tumbuh kembang anak(c) Shutterstock

Dokter Fitri Hartanto memberikan panduan dalam mengisi buku KIA secara benar agar orangtua bisa memantau tumbuh kembang dan mendeteksi dini masalah perkembangan pada anak. 

Berikut cara sederhananya:

  1. Isi dengan tanda checklist kemampuan anak yang bisa dilakukan
  2. Checklist kelompok kemampuan perkembangan anak yang ditanyakan atau diisi. Perlu diperhatikan, checklist-lah perkembangan anak sesuai dengan kelompok usia yang sudah dilewati
  3. Bila ada satu atau lebih kemampuan yang tidak di-checklist, maka artinya perkembangan anak tidak sesuai dengan kelompok usianya.

Maka dari itulah, dalam tahap ketiga orangtua bisa mendeteksi dini permasalahan perkembangan pada anak yang nantinya bisa langsung dikonsultasikan pada dokter atau tenaga kesehatan ketika jadwal kontrol.

6 dari 6 halaman

Cara mendapatkan buku KIA

ilustrasi tumbuh kembang anak/Photo by cottonbro from Pexels

Mungkin masih banyak orang yang merasa awam dengan buku KIA ini dan bingung bagaimana cara mendapatkan buku tersebut.  

Dokter Ni Made Diah menjelaskan bahwa buku KIA ini bisa didapatkan di rumah sakit atau layanan kesehatan yang sudah terintegrasi atau bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI. 

Namun,selain itu ada cara lain untuk mendapatkan buku tersebut, yakni dengan mengakses belajarkesga.kemkes.go.id untuk mendapatkan versi soft-copy-nya, ataupun cara mengunduh aplikasi M-KIA bagi orang-orang yang memiliki smartphone android melalui Google Play Store agar bisa mendapatkan panduan-panduannya secara digital. 

“Dengan memiliki buku KIA, maka akses ke layanan kesehatan akan menjadi lebih mudah. Adanya buku KIA ini juga diharapkan bisa membantu para orangtua agar bisa tetap memantau kesehatan dan tumbuh kembang anak tanpa harus pergi ke rumah sakit atau pusat layanan kesehatan selama masa pandemi ini. Sehingga, walaupun tanpa pendampingan dokter, setidaknya orangtua juga bisa tahu secara komprehensif tentang tumbuh kembang anaknya,” ujar Dokter Ni Made sebagai penutup pemaparannya terkait Buku KIA dalam webinar. 

Penulis: Chrisstella Efivania

#ElevateWomen