Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.
***
Oleh: Trasnawangsasi
Aku berasal dari suku Jawa, aku tinggal di Yogyakarta sejak kecil. Ada banyak jenis permainan tradisional di seluruh dunia, tapi aku sangat terkesan dengan permainan tradisional semasa kecil.
Aku dan keluarga tinggal menetap di Yogyakarta dan tidak pernah berpindah-pindah, aku sangat menikmati masa kecilku dan aku bersyukur masa-masa kecilku aku lalu dengan indah, bermain dan bermain tanpa harus dibebani oleh tugas-tugas sekolah yang memberatkan maupun masalah keluarga yang rumit.
Banyak anak kecil yang tidak seberuntung aku karena hidupnya tidak lengkap, misalnya perpisahan orang tua, atau harus berpindah-pindah tempat mengikuti pekerjaan orang tua. Ada juga anak-anak kecil di lingkunganku yang harus menghabiskan waktu untuk membantu orang tuanya bekerja karena kondisi ekonomi yang tidak terlalu baik. Bahkan banyak anak-anak kecil di lingkunganku tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif. Tetapi aku adalah anak kecil dari keluarga sederhana yang menikmati masa kecilku dengan bahagia melalui bermain.
Aku ingat ketika masa kecil, aku sangat bahagia meskipun belum ada teknologi digital secanggih sekarang. Orangtuaku sangat mengerti dunia anak-anak adalah dunia bermain. Melalui bermain anak-anak tidak hanya bahagia tetapi juga secara tidak disadari hal ini mengasah perkembangan otaknya secara optimal, seperti perkembangan nilai moral agama, bahasa, seni, kognitif, motorik kasar maupun halus dan sosial emosi.
What's On Fimela
powered by
Mengenang Masa Kecil
Kita bisa mengasah kemampuan kita dalam aspek sosial emosional dengan bermain bersama- sama dalam satu kelompok, memecahkan persoalan bersama dalam permainan juga sudah mengembangkan konigtif. Bagaimana kita bercakap-cakap dengan teman-teman kita yang mengakibatkan kemampuan bahasa kita optimal, begitu pula motorik kita berkembang dengan terus melatih otot-otot kita untuk bergerak, tidak lupa kita mensyukuri waktu yang diberikan dengan bermain yang produktif. Mencintai alam ciptaan Tuhan sekaligus memeliharanya.
Masa kecilku selalu didukung orang tua untuk bermain di halaman sekitar rumah menggunakan alat dan bahan seadanya. Aku dan teman-teman menjadi lebih kreatif meskipun menggunakan alat dan bahan permainan sederhana. Setiap pulang sekolah, aku dan teman - teman di rumah berkumpul di halaman kosong milik tetangga untuk mendiskusikan permainan apa yang akan kita lakukan hari itu.
Suatu hari kami bermain engklek berbentuk salib dengan melemparkan kereweng yang dilempar dan masuk dalam kotak tanpa melewati garis lalu melompat bagian kotak-kotaknya dengan satu kaki sampai kamu menang dan yang kalah akan menggendong teman yang menang sesuai kesepakatan.
Lain hari kami main bentik dengan melempar tongkat kecil terbuat dari potongan kayu kecil sejauh-jauhnya dengan mem-bentikkan tongkat yang berukuran lebih panjang, lalu yang paling jauh lemparannya akan menang. Sementara anak laki-laki senang bermain kelereng atau pistol-pistolan yang dibuat dari bambu kecil lalu dimasukkan peluru dari bahan kertas koran yang dibasahi dan ditiup lalu ditembakkan ke temannya. Teman yang tertembak pura-pura mati dan tentu saja kalah.
Permainan-Permainan Seru
Kami juga senang bermain pasaran, dengan tanah seadanya. Bermain rumah-rumahan dengan main peran sebagai anggota keluarga dan bermain keluarga-keluargaan dan membentuk rumah dari tanah yang dibentuk seperti ruangan di dalam rumah, ada kamar tamu, kamar tidur, kamar makan, dapur maupun toilet. Permainan campuran antara anak laki-laki dan perempuan adalah petak umpet, siapa yang kalah akan menutup matanya dan yang lain sembunyi, bagi yang bisa mencapai tempat semula tanpa ketahuan persembunyiannya dialah yang akan bertahan dan menang.
Dakon juga menyenangkan di mana kita akan mengisi lubang dalam dakon dengan biji sawo dan lumbung yang terisi paling banyak, dialah yang akan menang. Cublak-cublak sueng juga sangat menarik, aku selalu suka menebak siapa yang menyembunyikan biji sawo ketika aku yang membungkuk dan teman-teman memutar biji sawo ke tangan teman teman yang lain sampai lagu cublak-cublak suweng selesai.
Ada juga blarak-blarak sempal, di mana beberapa anak menyatukan kaki dan menahannya di ujung telapak kaki lalu mengangkat seluruh kaki setengah berdiri dengan telapak kaki yang berkumpul sebagai pusat, bergandengan tangan erat-erat satu sama lainnya dan berputar pelan-pelan lalu semakin cepat diiringi lagi blarak-blarak sempal sampai salah satu dari kita menyerah dan tidak kuat lagi.
Permainan lainnya yang paling menyenangkan saat itu adalah lompat tali. Kita merangkai karet gelang sedemikian panjangnya lalu dua dari teman kita menjaga diujung sana dan sini. Kita melompat dari lompatan paling rendah sampai lompatan paling tinggi. Lompatan paling tinggi akan dimenangkan oleh seseorang yang bisa melompatinya. Aku selalu berjuang melompat setinggi-tingginya sampai seukuran kepalaku dan yang menarik ketika melompat seukuran di bawah dada kamu harus melompatinya tanpa menyentuh karet.
Masih ada kempyeng dan bola bekel, permainan ini cukup menarik dan menantang di mana kempyeng dengan menggunakan uang koin atau tutup botol harus bisa memecahkan persoalan dengan mengenai koin satu dengan koin yang lain yang terkadang posisinya sangat sulit. Setelah itu uang koin ini baru bisa dimainkan dengan membolak balikkan telapak tangan kita sebanyak 5 kali dan koin yang tersisa di tangan adalah jumlah yang digunakan untuk menentukan permainan dimenangkan oleh siapa.
Bola bekel juga membutuhkan keterampilan motorik dari tangan untuk lincah dan pandai memainkan bola bekel sementara bola bekel dilempar kita juga memainkan biji bekel berupa logam kuningan kecil yang berjumlah enam buah dengan membolak balikkan biji bekel ini sesuai kesepakatan.
Masa Kecil yang Indah
Ketika hujan datang, aku main hujan-hujanan bersama teman-teman sambil membawa pelepah daun pisang untuk berteduh atau kita buat mainan saat hujan. Membuat kapal dari bonggol pisang lalu kita alirkan bersama hujan yang deras sudah membuat kita bahagia. Apalagi ketika hujan begitu deras aku suka sekali menangkap ikan yang lepas dari kolam tetangga yang kebanjiran. Sambil berguling-guling kita mencoba menangkap ikan yang licin, saling berebut, dimasak bersama dan kita makan bersama-sama.
Kami juga sering bermain tenda-tendaan dengan memasang sarung atau selendang diteras rumah laku kita berpura-pura menjadi bapak, ibu atau anaknya dan kita akan bermain peran sebagai keluarga kecil yang bahagia. Anak-anak dan segala kegiatannya. Kehidupan sehari-hari yang hampir sama dengan kehidupan sehari-hari kita.
Terkadang kita saling berselisih pendapat, saling tidak mau mengalah, bertengkar ala anak kecil. Tetapi setelah itu kita berbaikan lagi dan merencanakan permainan yang lebih menarik. Tidak ada marah-marahan yang lama. Marah anak kecil hanyalah marah sementara dan saat itu juga, lalu kita lupa akan marah kita setelah kita bermain bersama lagi.
Di antara semua permainan di masa kecilku, permainan tradisional adalah permainan yang paling berkesan. Aku selalu teringat dengan permainan itu dan mengajarkan kembali kepada anak-anakku meskipun perkembangan teknologi sudah semakin pesat. Aku tumbuh menjadi wanita yang bahagia, bersyukur dan penuh percaya diri menghadapi segala situasi dan keadaan.
Selain itu aku bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman yang baru. Aku merasa dampak bermain ketika kecil dan lingkunganku semasa kecil yang membahagiakan mempengaruhi kehidupanku sampai dewasa bahkan di kehidupan rumah tangga maupun di kehidupan sosialku.
#ElevateWomen