Fimela.com, Jakarta Menjadi perempuan bukanlah halangan untuk memiliki mimpi dan meraihnya jadi kenyataan. Menjadi yang terdepan dan bisa diandalkan pun bukan hal mustahil bagi seorang perempuan. Harsiwi Achmad, Direktur Program SCTV dan Indosiar menjadi bukti nyata, bagaimana perempuan bisa berdaya di industri televisi dengan segala kemampuan dan keibuannya.
Menjadi salah satu orang yang membangun dunia pertelevisian Indonesia, Harsiwi mengaku dirinya tertarik dengan industri televisi dan mengubur kesempatan kariernya sebagai dosen di almamaternya, Universitas Gajah Mada.
Berbekal ilmu antropologi yang mempelajari budaya manusia, Harsiwi yakin hal itu bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis televisi. Ketertarikannya pada media pun membawanya memperdalam ilmu tersebut di Monash University, Australia. "Akhirnya saya mempelajari banyak tentang media, khususnya televisi karena memang baru," katanya kepada Fimela.
What's On Fimela
powered by
Ketekunannya berkarier di dunia televisi dan menyelami berbagai bidang di dalamnya, diakui Harsiwi tak lain karena dorongan diri untuk terus menjadi yang terdepan di mana pun dia berada. "Sejak kecil visi saya itu harus terus berprestasi di mana pun saya berada. Di setiap tahapan kehidupan," ucapnya.
Bercerita tentang dirinya, sejak duduk di bangku sekolah sosok Harsiwi adalah murid berprestasi, bahkan menjadi salah satu lulusan terbaik Universitas Gajah Mada. Tak sampai di situ, ia pun ingin menjadi sosok yang bermanfaat di mana pun ia berada. "Karena visi saya harus selalu berprestasi maka saya always do the best of me. Do the best dalam pekerjaan sekecil apapun."
Bicara tentang perempuan berdaya, Harsiwi pun menyebut jika perempuan punya keistimewaan diri yang tak dimiliki laki-laki, yaitu sifat keibuan. Menurutnya sifat keibuan adalah nilai tambah, dan menjadi pendekatan apik bila digunakan di dunia kerja, khusnya televisi.
"Karena kemampuan perempuan itu luar biasa, perempuan itu berkaryalah," ucapnya.
Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Fimela, Harsiwi Achmad juga banyak berbagi tentang keuntungan perempuan bekerja di dunia televisi, membangun keharmonisan keluarga, serta pendapat dan dorongannya bagi perempuan untuk terus berdaya meski telah berkeluarga, berikut wawancara lengkapnya.
Bahagia dan Berprestasi
Dalam bekerja Harsiwi tak hanya fokus pada pencapaian diri, tetapi juga mendorong orang-orang di sekitarnya untuk berprestasi dengan cara memberikan kesempatan mengembangkan potensi diri.
Soal program televisi yang disukai masyarakat, Harsiwi menyebut bahwa bekerja dengan bahagia adalah salah satu kunci suksesnya. Ia bahkan menekankan hal tersebut kepada seluruh karyawannya, karena bekerja dengan bahagia akan menghasilkan sesuatu yang apik dan penonton pun ikut merasakan kebahagiaannya.
Bagaimana Anda memberikan kesempatan mengembangkan diri pada karyawan?
Semuanya diberikan ruang, saya bilang ke bawahan saya, 'Kalau kemampuan kamu 100 saya ingin nge-push kemampuan kamu jadi 150', dengan demikian orang-orang tersebut akan menjadi berprestasi. Siapa pun di bawah saya akan berprestasi. Tentunya saya harus memberikan direction yang pas supaya anak itu berprestasi, plus memberikan otoritas atau power.
Saya selau mengajarkan juga untuk mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin, tapi dengan happy. Kalau kita tidak happy, tidak akan bisa berprestasi. Saya selalu bilang kerjakan dengan happy, kerjakan dengan suka cita, kalau kita mengerjakan dengan happy dan suka cita maka penonton akan melihat suka cita kita itu melalui tayangan kita.
Sebagai perempuan, adakah tantangan membawahi karyawan laki-laki?
Nggak sama sekali, saya asyik-asyik aja tuh. Mungkin dari kecil karena saya ditanamkan dan dididik bahwa laki-laki dan perempuan itu sama, sama-sama bisa memiliki prestasi yang equally important, sehingga saat saya bekerja saya tidak memilih karyawan karena dia laki-laki atau perempuan.
Kemudian saya memberikan wewenang bukan karena gender, melainkan karena kemampuannya. Saya tidak ada borden bergaul dengan laki-laki atau perempuan, sehingga saya memiliki keleluasaan ketika memimpin laki-laki atau perempuan. Juga sebaliknya saat saya memiliki atasan dan kolega laki-laki atau perempuan.
Apakah menjadi salah satu boss di dunia televisi menjadi nilai tersendiri bagi Anda?
Menurut saya ada kelebihannya, pertama perempuan itu kalau saya lihat lebih detail, lebih tekun, memiliki empati yang tinggi. Kedua penonton televisi itu kebanyakan perempuan, begitu kita memiliki empati dan kreatifitas maka kita akan sangat mudah memahami apa maunya penonton perempuan. Maka apa yang kita sajikan akan pas dengan hati penonton perempuan.
Keibuan itu sangat penting didunia televisi karena pekerjaannya yang tough ya dari level atas sampai bawah. Kemudian kita harus bisa tarik-ulur, punya simpati dan empati kepada orang yang sudah kerja keras, tapi kita juga harus nge-push mereka kalau ratingnya belum bagus, prestasinya belum ada.
Kalau orang-orang (yang bekerja) di televisi di-push dengan cara seorang ibu nge-push anaknya, itu lebih pas. Dunia televisi adalah dunia kreatif, maka cara nge-push, merangkul, mengingatkan, dan istilahnya 'mukulin' itu pas banget (dengan cara keibuannya perempuan) di dunia televisi, itu kelebihannya (perempuan).
Bagaimana Anda mengubah wajah Dangdut Indonesia menjadi lebih diterima luas, serta mengubah image biduan dangdut menjadi anggun dan diapresiasi?
Kalau kita mau membuat sebuat TV itu menjadi televisi besar, kita harus membuat program-program besar, yaitu program yang disukai banyak penonton. Karena saya antropolog, saya tahu budaya apa yang sangat merakyat dan across budaya serta daerah, lalu saya melihat, itu dangdut.
Tapi saya sadar betul kalau dangdut itu kayaknya kelas bawah banget, pinggiran banget. Saya berkesimpulan bahwa yang penting esensinya dulu. Kemudian bagaimana supaya program dangdut bisa diterima lebih luas oleh semua kalangan masyarakat. Maka saya padukan dangdut itu tidak hanya dangdut saja, tetapi dikemas dengan kemasan tata panggung dan lighting seperti acara luar negri, jadi keren, kan.
Kemudian dangdut juga dipadukan dengan musik-musik yang lain. Kalau kita lihat di acara Dangdut Academy atau LIDA misalnya, itu tidak hanya lagu dangdut saja, tetapi kami padukan dengan jazz, rock, pop, dan sebagainya.
Kemudian orang Indonesia juga sukanya dengan yang lucu-lucu, dengan menghadirkan host-host yang lucu, serta juri-juri yang lucu. Packaging artinya juga harus keren. Saya juga sangat memerhatikan wardrobe-nya. Kalau dangdut biasanya identik dengan kerlip-kerlip, ini jangan. Anak-anak dangdut harus didandani internasional. Pesertanya makin muda, didandaninnya juga young, yang kekinian.
Aransemen musik juga harus grande, supaya bisa diterima lebih banyak kalangan. Satu lagi human interest, orang itu sangat suka dengan kisah zero to hero, bagaimana orang yang dulunya susah menjadi sukses, itu kita tonjolkan juga dalam acara itu. Maka orang akan mendapatkan semuanya, dan merangkul semua orang, dapat diterima semua kalangan, termasuk anak muda.
Selain itu di Liga Dangdut yang mempertandingkan (penyayi dangdut) dari berbagai provinsi, dengan mempertandingkan antar provisi, apa yang terjadi? Budaya bisa dimasukkan di situ. Akhirnya nonton Liga Dangdung bukan hanya karena lagu dan kualitas suara, tetapi juga akhirnya mengenal budaya dan menciptakan kebanggaan akan Indonesia yang kaya raya akan budaya, kemudian terus diperluas ke berbagai negara.
Perempuan Berdaya dan Cinta Keluarga
Menjadi seorang ibu pekerja, Harsiwi pun menjadi sosok tangguh yang bisa diandalkan. Kerja kerasnya bahkan menginspirasi sang anak yang kini ikut menggeluti industri televisi.
Bicara soal perempuan berdaya, Harsiwi memiliki pandangan menarik, bahwa perempuan memiliki keunggulan dari sifat-sifatnya. Selain itu, tak membatasi diri menurutnya jadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan perempuan agar bisa berdaya dan meraih impian lebih luas.
Bagaimana pandangan Anda tentang ibu pekerja?
Ibu pekerja itu adalah pilihan karena dalam kehidupan ini kan banyak pilihan. Tetapi saat ini menurut saya pilihan itu adalah pilihan yang sangat bagus, pilihan terbaik supaya perempuan itu berkembang. Perempuan bisa menjadi independen. Kemudian perempuan tidak akan menjadi beban ekonomi, atau pembangunan. Bahkan dengan jumlah perempuan yang lebih dari 50 persen, kita bisa memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi, budaya, dan sebagainya.
Nah sekarang pilihannya berkarya seperti apa. Berkarya kan tidak harus bekerja di kantor, bisa bekerja di rumah, bisa mengasah keterampilan. Sekarang era e-commerce, bisa tetap menghasilkan dari rumah sambil mengasuh anak, bisa merawat rumah, berinteraksi dengan suami dengan baik.
Karena kemampuan perempuan itu luar biasa, jadi berkaryalah, karena akan berkembang. Perempuan itu tidak boleh membatasi dirinya, merasa lemah dan sebagainya. Perempuan harus kuat dan percaya diri, karena dengan demikian kita akan berkembang, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk masyarakat, lingkungan, juga keluarga.
Tapi saya juga menghargai keputusan perempuan yang memilih jadi ibu rumah tangga, mengurus anak dan sebagainya, sepanjang ibu itu bisa mengembangkan diri, bahagia, dan tetap kuat. Menurut saya itu keren, dan itu pekerjaan yang mulia.
Apa yang harus dimiliki perempuan untuk berdaya?
Never limit your self, umumnya perempuan banyak membatasi diri. Jangan merasa lemah. Laki-laki dan perempuan itu kan hanya berbeda secara biologis, pada dasarnya kemampuan, lapangan pekerjaan itu tersedia dan sama.
Yang kedua, perempuan justru memiliki kelebihan, detail, tekun, punya empati, keibuan, manfaatkan itu dengan sebaik- baiknya. Kemudian yang ketiga, perempuan itu jangan malas bekerja, belajar, berinovasi. Jangan malas mencoba sesuatu yang baru.
Selanjutnya perempuan harus tegar dan kuat. Menurut saya kalau perempuan bisa menjalankan itu semua, dia akan menjadi orang hebat.
Di tengah kesibukan yang padat, bagaimana Anda membagi waktu dengan keluarga?
Saya membagi waktu dengan bekerja semaksimal mungkin saat berada di kantor. Saya juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga semaksimal mungkin saat berada di rumah. Kalau di rumah poin utama saya adalah anak-anak dan suami.
Saya juga membagi tugas dengan suami. Jadi suami-istri bekerja juga harus bisa membagi tugas, dengan membagi waktu tersebut, kami malah saling menghargai dan tercipta kedekatan, keeratan, juga kasih sayang di antara anggota keluarga.
Mungkin saya jadi salah satu orang yang beruntung karena memiliki suami yang mengapresiasi perempuan yang bekerja.
Yang jelas perempuan kalau bekerja jangan egois. Jangan nuntut me time, me time terus. Nah me time kamu itu ya saat bekerja. Bekerja itu ya me time kamu, karena kan bekerja itu mengaktualisasi diri, melakukan hal yang disukai. Kalau sudah bekerja lama, jangan me time lagi, karena kalau begitu nggak akan ada waktu buat suami dan anak-anak.
Jadi harus bisa memilah, nggak boleh egois, harus punya empati terhadap suami. Sebagai istri juga nggak boleh mentang-mentang (karena bekerja), harus respect terhadap suami.
Adakah cita-cita yang belum tercapai?
Ada cita-cita yang on going process. Kalau saya sudah pensiun, saya ingin lebih banyak mengabdi untuk masyarakat, yang pure. Saat ini sedang saya rintis.
Kemudian saya juga ingin menulis buku, buku apa saja, karena dari dulu saya punya hobi nulis. tapi karena kesibukan di televisi dan urus keluarga saya belum sempat menulis. Insya Allah bisa menulis tentang televisi, perempuan, ibu, bahkan mungkin novel, dan sebagainya.
Apa pesan Anda untuk perempuan untuk terus berdaya meski telah berkeluarga?
Tetap, never limit your self. Perempuan itu tidak lemah. Perempuan itu memiliki kelebihan dan keunggulan, dan perbedaan dengan laki-laki hanya secara biologis. Secara kemampuan, kesempatan itu sama.
Kemudian yang kedua, jangan pernah berhenti mengeksplore kemampuan kita. Mencoba sesuatu yang baru diri, lakukanlah.
Yang ketiga, mampu berbagi waktu dengan pekerjaan dan waktu dengan keluarga, suami, karena bagaimana pun kita tidak akan bisa mengurus (keluarga) sendiri. Selanjutnya, jangan egois dalam arti sudah bekerja kemudian menuntut banyak kepada suami.
Menurut saya kalau perempuan bisa melakukan itu, saya yakin, perempuan Indonesia bisa berprestasi dan memiliki peran yang besar dalam masyarakat.