Fimela.com, Jakarta Beberapa hari ini jagat maya ramai dengan unggahan seorang beauty influencer Micelle Halim. Ia menyayangkan keputusan Victoria's Secret yang bekerja sama dengan model plus-size dan kulit berwarna. Menurutnya hal ini berbeda dengan ‘Angel’s’ yang merupakan sosok brand ambassador dari Victoria's Secret. Angel yang memiliki tubuh langsing, putih, dan tubuh ideal yang dianggap bertolak belakang dengan model-model baru dari Victoria's Secret ini.
Seperti yang dikutip dari instagram Victoria's Secret (17/6) menyebutkan Victory Collective merupakan wajah baru dari brand ini. Adut Akech, Amanda de Cadenet, Eileen Gu, Megan Rapinoe, Paloma Elsesser, Priyanka Chopra Jonas, dan Valentina Sampaio. Mereka mewakili berbagai macam bidang, latar belakang, warna kulit, dan bentuk tubuh yang beragam.
Sepertinya Victoria's Secret benar-benar ingin mengubah cara pandangnya terhadap bisnis. Apakah ini jalan yang mudah? Keputusan Victoria's Secret untuk membuat Victory Collective ini banyak mengundang protes dari pengikutnya. Dalam pantauan FIMELA, dalam kolom komentar akun instagram Victoria's Secret banyak diserbu protes atas keputusan pemilik brand lingerie ini untuk tak lagi memakai Angel’s untuk media promosinya.
Di Balik Gemerlapnya Victoria's Secret
Sebagai pemilik brand khusus pakaian dalam perempuan, Victoria's Secret ternyata tidak ramah kepada para pemakaiannya. Adalah Ed Razek, mantan Chief Marketing Officer Victoria's Secret yang disebut-sebut melakukan pelecehan sekual, perundungan, dan pencipta kultur misogini. Skandal tersebut diungkap sebuah laporan yang dirilis New York Times.
Ed Razek bahkan menolak model-model yang tidak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan standarnya. Bahkan ia juga melecehkan para model baik secara psikis,verbal, dan fisik. Ed Razek pun secara terang-terangan menolak model dengan plus size.
Atas banyaknya laporan tentang perilaku dari Ed Razek, pada tahun 2019 ia memutuskan mengundurkan diri. Banyak orang menyebut atas dugaan laporan inilah yang menjadi alasan mundurnya Ed Razek dari L Brand, induk dari Victoria's Secret. Meskipun ia menyangkal akan hal tersebut.
Memahami Standar Kecantikan dan Body Positivity dalam Victory Collective
Sejak tahun 1995, Victoria Secret memasarkan produknya untuk kalangan atas. Dengan menampilkan model dengan tubuh tinggi dan perut yang ramping. Dengan jargonnya hard work, Victoria’s Secret ingin menyampaikan bahwa untuk bisa tampil seramping dan sesempurna itu perlu kerja keras.
Semakin tahun banyak dari kita menyadari jika bentuk tubuh ideal tak lagi tentang tubuh tinggi semampai, perut rata, dan kulit yang bebas dari selulit. Standar kecantikan setiap perempuan berbeda dan tidak ada patokan selamanya kita akan memakai standar tersebut.
Kita perlu tahu, ideal tidak selalu tentang tubuh-tubuh ramping ala Angel dari Victoria’s Secret. Bentuk tubuh kita lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi gen serta kesehatan. Tidak ada hubungannya body positivity dengan pembenaran atas obesitas. Menerima bentuk tubuh bukan berarti tidak merawat diri.
Victoria’s Secret lewat Victory Collective bisa jadi ingin mengubah definisi cantik. Kata cantik bukanlah hal yang baku dan tidak memiliki standar. Jadi, sudah saatnya kita berhenti memaksakan standar cantik kepada orang lain. Be kind, Sahabat Fimela.
#ElevateWoman