Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
***
Oleh: Linda Mustika Hartiwi
“Kacang ora ninggal lanjaran,” begitu kata ibu menirukan pepatah Jawa yang artinya kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya, setelah mengetahui aku masih menjalin hubungan dengan Mas Yus. Saat mendengar ibu mengucapkan itu, aku sedih dan tak bisa berkata apa-apa.
Orang tua Mas Yus bercerai saat Mas Yus masih kecil. Ayah Mas Yus menikah lagi sampai dua kali dengan wanita lain sedangkan ibu Mas Yus memilih hidup sendiri dan tidak menikah lagi sampai kini. Aku mengerti ibu juga ayah mempunyai rasa khawatir dan cemas jika suatu saat aku menikah dengan Mas Yus, Mas Yus akan meninggalkanku kemudian menikah dengan wanita lain. Sebuah kejadian yang sama dengan apa yang dilakukan oleh ayah Mas Yus kepada ibu Mas Yus.
Jauh di lubuk hati aku ingin mengatakan dan meyakinkan ayah juga ibu bahwa tidak selalu seorang anak akan meniru perilaku dari orang tuanya. Mas Yus adalah teman sekolahku saat SMP dan SMA. Sejak awal aku mengenal Mas Yus adalah pribadi yang baik dan bersahaja. Mas Yus sudah banyak bercerita tentang keluarga dan masa kecilnya yang kurang merasakan kasih sayang dari sosok seorang ayah. Beruntung ada ibu dan kakak-kakak Mas Yus yang menyayangi Mas Yus hingga Mas Yus tumbuh dewasa.
Saat di SMA aku mulai menjalin hubungan dengan Mas Yus hingga harus menjalani hubungan jarak jauh karena selepas SMA aku dan Mas Yus melanjutkan kuliah di kota yang berbeda. Meskipun menjalani hubungan jarak jauh, aku dan Mas Yus rajin saling berkirim surat untuk mengabarkan keadaan masing-masing. Waktu itu belum ada telepon seluler atau handphone sehingga pak pos adalah orang yang paling kutunggu kedatangannya di setiap bulan dengan membawa sepucuk surat dari Mas Yus untukku.
Tak jarang saat aku pulang ke rumah karena libur kuliah dan tidak ada teman di tempat indekos, ibu kerap menanyakan hubunganku dengan Mas Yus. Aku mengatakan hubunganku dengan Mas Yus baik-baik saja dan ibu tidak bertanya lebih jauh lagi.
Aku yang telah bercerita apa adanya tentang Mas Yus kepada ibu, membuat ibu seperti berharap bahwa aku tidak serius menjalin hubungan dengan Mas Yus terutama karena kekhawatiran ibu kalau suatu saat nanti aku akan ditinggal Mas Yus untuk menikah dengan wanita lain. Aku tahu sikap ibu juga ayah yang demikian karena beliau selaku orang tua sangat menyayangiku dan ingin aku bahagia sampai kapan pun.
Sikap kedua orang tuaku yang keberatan dengan hubunganku bersama Mas Yus tidak kututupi dan kuceritakan kepada mas Yus. Aku sudah siap dengan jawaban apa pun yang diberikan Mas Yus walau nantinya menyakitkan hatiku dan mungkin Mas Yus akan meninggalkanku karena beranggapan untuk apa menikah jika tidak ada restu dari ayah dan ibuku.
Namun di luar dugaanku, Mas Yus justru ingin membuktikan kepada orang tuaku bahwa apa yang selama ini dikhawatirkan tentangnya tidak benar. Mas Yus ingin meyakinkan ayah dan ibuku bahwa ia sungguh-sungguh menyayangiku. Aku terharu mendengar apa yang dikatakan Mas Yus dan membuatku bertekad untuk mendukung niat baik Mas Yus itu, semampuku.
Waktu terus berjalan sampai akhirnya aku juga Mas Yus selesai kuliah dan pulang ke kampung halaman namun aku dan Mas Yus jarang bertemu karena sama-sama sibuk mencari pekerjaan. Hingga Mas Yus yang lebih dulu mendapat pekerjaan dan aku masih menganggur di rumah sambil terus mengirimkan surat lamaran ke berbagai tempat baik di sekitar kota tempat tinggalku atau yang ada di luar kota. Selama itu pula hubunganku dan Mas Yus terbilang baik-baik saja hingga akhirnya aku juga mendapatkan pekerjaan.
Ketika di sebuah kesempatan Mas Yus mengatakan keluarganya ingin bersilaturahmi dan meminangku, segera kusampaikan kepada ayah dan ibuku. Dengan harap-harap cemas aku menunggu jawaban dari ayah dan ibu dan syukurlah ayah dan ibuku berkenan serta mempersilakan keluarga Mas Yus untuk datang bertandang. Ayah dan ibu juga mengundang beberapa kerabat dekat untuk ikut menyambut kedatangan keluarga Mas Yus.
Beberapa hari kemudian keluarga Mas Yus benar datang bersilaturahmi dan di sela pembicaraan antara keluarga yang tengah berlangsung dengan mencicipi hidangan sederhana yang disuguhkan oleh keluargaku, aku dan Mas Yus ditanya mengenai keseriusan dengan hubungan kami selama ini.
Mendapatkan Restu Orangtua
Aku dan Mas Yus mempunyai jawaban yang sama bahwa kami memang serius. Dan dicapailah kata sepakat dari keluarga untuk merundingkan tentang pernikahanku dengan Mas Yus. Aku dan Mas Yus terkejut karena tidak menyangka secepat itu keluarga akan menghalalkan hubunganku dengan Mas Yus.
Dalam perundingan tersebut juga sudah ditentukan bulan untuk melangsungkan pernikahanku dengan Mas Yus, sekitar dua bulan mendatang dengan pertimbangan dari kedua keluarga karena anggota keluarga banyak yang mempunyai kesibukan masing-masing serta mengingat hubunganku dengan Mas Yus sudah lama terjalin hampir sembilan tahun lamanya.
Setelah kunjungan keluarga Mas Yus di rumah orang tuaku, beragam kesibukan mulai terlihat. Ayah dan ibu yang dulu sempat keberatan dengan hubunganku dengan mas Yus, segera memberitahu kerabat dan sahabat perihal pernikahanku dengan mas Yus.
Di rumah juga ada rapat keluarga untuk meminta bantuan sanak keluarga serta pembagian tugas demi terlaksananya acara pernikahanku dengan Mas Yus. Misalnya pembagian tugas untuk dekorasi dan konsumsi juga mempersiapkan pernik-pernik keperluan yang lainnya.
Aku yang juga ikut di rangkaian acara persiapan pernikahanku sesekali mendapat nasihat dari ayah dan ibu juga keluarga yang sudah sepuh (tua) tentang pernikahan yang tidak hanya berbekal rasa cinta namun harus sama-sama saling menyadari juga saling mendukung dalam mendayung bahtera rumah tangga agar kuat menghadapi badai ataupun gelombang yang menerjang. Banyak nasihat yang kudapat yang Insya Allah akan menguatkanku dalam menjalani pernikahanku bersama dengan Mas Yus kelak.
Tak terasa tibalah hari yang mendebarkan dan mengharu biru bercampur aduk di hatiku. Diawali dengan acara ijab kabul dengan ayah sebagai wali nikah dan ibu juga sanak keluarga yang ikut mendampingiku, perlahan tapi pasti Mas Yus lancar mengucapkannya dan berarti aku dan Mas Yus telah sah menjadi pasangan suami istri.
Aku terharu dan bahagia hingga air mataku menetes di kedua pipiku. Aku terharu karena akhirnya ayah dan ibu merestui pernikahanku dengan Mas Yus yang sebelumnya sempat meragukan sosok pribadi Mas Yus akan meniru ayahnya yang bercerai dan menikah lagi dengan wanita lain. Aku juga bahagia karena aku tetap yang dipilih Mas Yus untuk mendampinginya menjalani kehidupan berumah tangga bersama meski awalnya sulit mendapat restu dari kedua orang tuaku.
Kini telah bertahun-tahun lamanya aku hidup bahagia bersama dengan Mas Yus dan kedua anakku. Suka dan duka dalam pernikahan kuhadapi bersama mas Yus. Rasa syukur tiada henti kupanjatkan kepada Tuhan untuk semua yang telah diberikan kepadaku. Tak lupa juga kuucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu untuk semua kebahagiaanku ini.
#ElevateWomen