Dipertemukan di Tempat Kerja, Dipersatukan di KUA

Endah Wijayanti diperbarui 09 Jul 2021, 10:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.

***

Oleh: Icha

Tentang perjuangannya untuk menyentuh hatiku yang telah lama kubentengi karena trauma di masa lalu. Sebelumnya aku memang menjalin hubungan jarak jauh dengan mantan kekasihku. Banyak hal suka dan duka yang telah kita lalui. Memberi semangat dan dukungan di kala ia masih merintis kariernya di pulau yang terkenal dengan sebutan Borneo.

Banyak rencana indah yang kami gagas bersama, tetapi di tengah jalan sosok yang selalu aku banggakan melakukan sebuah pengkhianatan, di kala hari bahagia itu sudah menginjak hitungan bulan. Ia ketahuan berselingkuh dan menghamili seorang gadis asli pulau besar tersebut.

Hal itu membuatku menelan pil pahit dan mau tak mau harus melepaskan orang yang beberapa tahun terakhir aku cintai. Selepas pengkhianatan itu aku menjadi lebih tertutup dan enggan membuka hati untuk siapa pun, menjadi gila kerja, dan menjadi perempuan tanpa ekspresi hingga beberapa waktu.

Lalu aku dipertemukan dengannya, dengan seseorang sederhana yang kini menjadi suami dan ayah dari anakku. Laki-laki sederhana yang pantang menyerah untuk mendapatkan hatiku meskipun puluhan kali aku menolak pernyataan cintanya.

Laki-laki yang tak pernah tersinggung akan tingkah menyebalkan dan sifat egoisku. Laki-laki yang tak pernah bosan memberiku perhatian dan kejutan kecil di setiap kesempatan. Laki-laki sederhana yang tak pernah menjanjikan kemewahan tapi selalu sukses membuatku merona ketika menerima segala perlakuannya. Berkat usaha dan kegigihannya, perlahan dan pasti aku mulai mengikis tembok pertahanan hatiku. Aku menjadi lebih terbuka dan lebih bisa mengekspresikan diriku yang sebenarnya.

2 dari 2 halaman

Menikah dengan Sosok Pria Sederhana yang Istimewa

Ilustrasi/copyrightshutterstock/TimeImage Production

Waktu demi waktu kami jalani bersama, tak ada lagi kata cinta yang ia ucapkan. Semua ia wujudkan melalui tindakan. Tak ada kata jadian dan status pacaran. Kami sama-sama nyaman dengan sebutan hanya teman.

Lalu tiba-tiba pada bulan November 2017, ia dengan berani menemui laki-laki cinta pertamaku. Mengatakan niat baiknya untuk menjadikanku teman hidupnya, partner ibadah terlamanya. Ayahku sangat mengapresiasi keberaniannya, mengutarakan niat baik yang sama sekali belum pernah ada laki-laki mana pun yang melakukannya sekalipun mantan pacarku yang sudah empat tahun menjalin hubungan.

Satu minggu kemudian, ia datang membawa beberapa kerabatnya untuk secara resmi melakukan lamaran. Hanya dengan cincin emas kecil bermata tiga, sang ibu menyematkan di jari manisku sebagai tanda aku telah terikat dengan putra bungsunya. Tak ada dekorasi, tak ada seserahan mewah, semua penuh dengan kesederhanaan.

Iya, dia berasal dari keluarga sederhana. Hidup hanya bertiga dengan ibu dan kakak perempuannya sedangkan sang ayah telah tiada di waktu ia masih duduk di bangku SMP. Dari acara lamaran ke acara pernikahan mereka meminta waktu dua tahun. Bukan tanpa alasan, karena dia sedang berjuang untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah agar kelak dapat menghidupiku dengan layak. Sungguh hatiku semakin tersentuh dibuatnya.

Tak sampai jangka waktu yang ia minta, pada akhir November 2018 dia kembali menemui keluargaku untuk menentukan tanggal pernikahan kami, yang pada akhirnya di setujui di tanggal 27 Desember 2018.

Tepat tiga tahun setelah pertemuan pertama kami, takdir Tuhan memang selalu tak terbaca tapi selalu indah. Persiapan pernikahan yang kurang dari satu bulan kita manfaatkan sebaik mungkin. Kami sepakat untuk menggelar pernikahan sederhana, hanya akad nikah di KUA dan syukuran bersama keluarga.

Seserahan pun tak ada yang mewah, tak ada cincin berlian, tak ada barang bermerek, tak ada resepsi, dan dekorasi mewah. Hanya dengan mahar satu juta rupiah dan seperangkat alat salat sudah dapat membawa cinta kami sah di mata hukum negara dan agama.

Dengan disaksikan kerabat, dan petugas KUA juga Tuhan kami dari atas sana prosesi akad berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Sore itu menjadi awal yang baru bagiku dan dia yang telah sah menjadi suamiku. Laki-laki sederhana yang membuatku sadar bahwa hidup dalam sebuah ketakutan tak akan membawa perubahan dan kebahagiaan.

Aku selalu berharap dalam pernikahan kami semoga selalu saling menjaga, menerima, dan melengkapi. Saling memaafkan dan saling bertumbuh dewasa bersama, menjalani hari yang tak selalu baik-baik saja dengan bersama. Melukis kenangan yang tak selalu indah hingga menua bersama dan dipertemukan kembali dalam satu surga.

#ElevateWomen