Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
***
Oleh: Rahayu Martini
Resepsi di gedung megah dengan dekor berhiaskan bunga-bunga, makanan lezat yang tak kalah nikmat, gaun bak Cinderella, kue setinggi gunung itu adalah resepsi impianku yang menjadi nyata. Tak banyak yang tahu perjuangan di balik susksesnya acara itu.
Sebagai pengantin aku dan suami sebenarnya hanya ingin acara sederhana di rumah saja, dekor sederhana, dan katering sederhana mengingat anggaran yang kami siapkan juga terbatas, karena kami juga masih memikirkan kehidupan setelah pesta itu. Rencana untuk memakai rumah orang tuaku sebagai venue resepsi harus aku batalkan mengingat ibu tidak mengizinkan mengadakan acara di rumah.
Kata ibu tidak pantas, karena di daerahku wanita yang statusnya telah dinikahi oleh laki-laki dan sudah berpamitan dari rumah orang tuanya tak layak mengadakan acara resepsi di rumah orang tua mempelai perempuan. Suamiku kebetulan berasal dari pulau yang berbeda denganku, dia merantau mencari kerja di pulau kelahiranku dan takdir mempertemukan kami.
Saat itu aku dan suami sepakat ingin mengadakan acara respesi di kota kelahiranku karena di sinilah teman-teman kerja kami berkumpul dan kami ingin merayakan syukuran ini bersama mereka, karena acara pemberkataan pernikahan dan adat sudah dilaksanakan di kampung halaman suami.
Alasan ibu tadi membuatku dan suami mencari alternatif lain untuk mencari tempat resepsi yang sesuai dengan anggaran yang kami siapkan. Suamiku juga tidak ingin merepotkan keluarga orang tuaku karena dia di sini seorang diri tanpa ada keluarga, jadilah kami mempersiapkan segala keperluan untuk acara itu berdua.
What's On Fimela
powered by
Mempersiapkan Berbagai Hal untuk Pernikahan
Bapak dan ibu serta keluarga hanya perlu datang saat acara begitu pinta suamiku karena tak ingin merepotkan mereka. Gerilya mencari tempat resepsi dimulai, dari satu tempat ke tempat yang lain. Berkat internet aku akhirnya menemukan salah satu tempat resepsi di kawasan dekat pantai yang cukup bergengsi di kotaku. Segera aku menelepon customer service, minta info harga paket dan fasilitas yang disediakan.
Sungguh di luar dugaan bahwa anggaran yang kami siapkan cukup untuk mengadakan resepsi di sana, itu sudah termasuk dekorasi bunga-bunga, kursi pelaminan, sound dan proyektor, meja dan kursi undangan, makan minuman, jasa keamanan, lahan parkir dan tak lupa yang paling penting kue setinggi gunung yang menjadi impianku. Tapi itu belum termasuk welcome snack karena di sana hanya menyediakan welcome drink dan kacang saja, tak masalah pikirku saat itu. Tak perlu banyak pertimbangan lagi langsung kami DP dan deal tanggal acara setidaknya semua ini sudah paket komplit.
Printilan yang lain seperti souvenir, undangan, perias dan baju resepsi sudah jauh hari kami siapkan. Layaknya menabung kami cicil sedikit demi sedikit. Dekorasi yang kurang adalah foto prewedding di tempat itu menyediakan spot untuk menaruh foto prewedding, karena kami tidak mengadakan foto prewedding jadilah kami memilih foto acara pemberkatan kami.
Ada momen yang sangat miris untuk hemat budget, foto itu kami edit sendiri, cetak sendiri, bingkaikan sendiri. Berkat kreativitas kami urusan foto beres, tapi belum punya fotografer untuk mendokumentasikan acara, sayang sekali pikirku acara sekali seumur hidup.
Kesekian kalinya internet membantuku menemukan seorang sahabat yang sangat mengerti budget dan keinginan kami, berkatnyalah acara kami terdokumentasi dengan baik. H-2 lupa pesan welcome snack dong, jadilah berburu jajanan dan akhirnya kami pesan hampir 400 biji diambil jam 10 siang.
Suka Cita Pernikahan
Balada H-1 baru ingat kalau disediakan proyektor dan sound, sepi rasanya acara kalau tidak ada video dan wedding singer. Bertemulah kami dengan salah seorang teman yang memang sering jadi MC di acara kampus jadilah ia membantu kami menyusun round down acara resepsi. Tadinya bingung di mana harus mencari wedding singer, Tuhan sungguh baik. Kami dipertemukan kembali dengan teman SMPku yang saat ini berprofesi sebagai wedding singer.
Saat itu aku merasakan sekali pentingnya relasi yang baik di bangku sekolah sungguh segalanya dimudahkan. Ada yang terlupa video untuk di proyektor, karena sudah terbiasa dengan sistem kebut semalam jadilah video prewedding ala-ala yang kubuat dengan sepenuh hati sendiri agar hemat budget.
Hari H resepsi adalah kenangan terindah yang aku dan suami takkan lupakan. Bukannya menyewa mobil atau minta tolong keluarga dan teman, kami memilih naik motor berdua ke lokasi resepsi sambil membawa printilan yang tidak disediakan pihak venue.
Untungnya kami make up di sana ya. Jam 9 perjalanan dimulai, dari kontrakan sambil membawa 3 pigura foto wedding untuk dekor, akhirnya kami berhenti di toko bunga untuk ambil buket bunga tangan, lanjut ambil pesanan kue 400 biji. Kanan kiri depan belakang motor sudah penuh dengan barang.
Orang di jalanan mana ada yang berpikir kalau kami pengantin yang akan mengadakan acara resepsi beberapa jam lagi. Sesampainya di tempat acara kami memastikan pihak venue menyiapkan segala kebutuhan acara. Teman-teman kami ada yang jadi MC, wedding singer, operator, pagar ayu dan fotografer juga sudah siap di lokasi. Benar-benar pengalaman luar biasa mengurus acara kami sendiri dari nol berdua.
Tak terasa lelah dan letih saat itu yang ada hanya rasa suka cita karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang kami cinta. Kenangan enam tahun silam yang tak terlupakan. Apa yang telah kami lewati saat itu semua atas kuasa Tuhan, karena kami percaya yang tak mungkin bisa jadi mungkin karena-Nya.
#ElevateWomen