Diary Fimela: Mulai dari Nol, Begini Lika-liku Pebisnis Lokal yang Sukses Bangun Bisnis Tas hingga Tembus Pasar Internasional

Hilda Irach diperbarui 08 Jul 2021, 19:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Memiliki usaha yang besar dan sukses tentu menjadi impian semua orang. Namun kenyataanya, membangun bisnis bukanlah perkara yang mudah, terutama pada seseorang yang baru memulainya dari nol.

Meski begitu, tak ada yang mustahil jika usaha tersebut diimbangi dengan ketekunan dan keuletan. Seperti yang dilakukan oleh pasangan suami-istri asal Jakarta, Fejri Muzakky dan Violetta Affandi, founder dari brand tas lokal VONA Indonesia.

Jauh dari latar belakang seorang pebisnis, keduanya merupakan seorang pekerja kantoran. Tetapi, menjadi entrepreneur merupakan keinginan yang telah dipendam oleh Fejri dan Violetta sejak lama.

Hingga suatu ketika dorongan untuk berwirausaha itu muncul setelah melihat banyaknya perajin yang kehilangan pekerjaan akibat tragedi Bom Bali. Pasutri ini akhirnya tergerak meninggalkan pekerjaannya untuk memulai perjalanan baru membangun bisnis tas yang dapat memberdayakan perajin di komunitas sekitar.

Dengan bantuan para perajin di Bali di tahun 2013, VONA akhirnya lahir. VONA menjual produk berbahan dasar kulit seperti tas, sepatu, dan dompet untuk pria dan wanita berkualitas premium. 

Dari sisi desain, produk VONA juga mengusung konsep simple namun timeless. Sehingga produk yang ditawarkan tidak hanya menarik, namun dapat digunakan oleh konsumen dengan rentang umur yang lebih luas.

 

2 dari 6 halaman

Perjalanan memulai bisnis dari nol

Simak kisah Fejri Muzakky dan Violetta Affandi, founder dari brand tas lokal VONA yang sukses tembus pasar Internasional. (FOTO: doc. VONA).

Memutuskan meninggalkan pekerjaan tetap demi memulai bisnis tidaklah mudah. Perempuan yang akrab di sapa Vio ini bahkan mengaku kerap mendapat banyak pertanyaan dan keraguan dari keluarga besar.

“Kami benar-benar memulai dari nol. Karena di keluarga besar tidak ada yang memiliki background pebisnis sama sekali. Modal awal kami sepenuhnya berasal dari tabungan kita berdua dari kerja kantoran. Bahkan, dari keluarga banyak menimbulkan pertanyaan dan keraguan,” ujar Vio saat dihubungi langsung oleh Tim FIMELA.

Namun, situasi tersebut tidak mematahkan keduanya untuk memulai bisnis. Berbekal pengetahuan dari buku-buku bisnis, Vio dan Fejri pun belajar secara otodidak. Tak hanya mengandalkan buku, keduanya juga kerap mengamati brand-brand sukses lainnya.

“Zaman dulu toko online belum sebanyak sekarang. Jadi kami rajin mengunjungi mall untuk melakukan observasi pada brand-brand sukses tersebut. Dari situ, kami catat dan pelajari strategi bisnisnya yang membuat brand tersebut berkembang dibanding yang lain,” lanjut Vio.

Lebih lanjut, Vio menuturkan salah satu tantangan saat memulai bisnis dari nol adalah pebisnis kerapkali terpaku dengan asumsi pribadi.

“Misalnya, aku suka tas warna hijau. Padahal belum tentu masyarakat suka dengan warna tersebut. Oleh karena itu, pebisnis tidak boleh terpaku dengan asumsi pribadi. Apapun pilihannya harus didasari oleh data yang ada,” tutur Vio.

 
3 dari 6 halaman

Memanfaatkan platform digital

Simak kisah Fejri Muzakky dan Violetta Affandi, founder dari brand tas lokal VONA yang sukses tembus pasar Internasional. (FOTO: doc. VONA).

Setelah melalui berbagai persiapan, produk-produk VONA akhirnya resmi dipasarkan secara online dari website. Namun, kala itu respon masyarakat belum begitu bagus. Hingga suatu ketika penjualan mereka terbantu setelah bergabung dengan salah satu platform e-commerce.

“Kami sangat terbantu dengan adanya e-commerce seperti Lazada. Kehadiran Lazada memudahkan VONA menjangkau konsumen yang lebih luas. Setelah melalui proses trial and error dan memahami keinginan pasar, VONA akhirnya berhasil meluncurkan produk-produk yang dibutuhkan pasar Lazada. Sehingga akhirnya bisa memperoleh 200-300 order perhari,” ujar Fejri.

Penjualan VONA semakin melesat ketika salah satu produknya populer. “Jadi di tahun 2016, ada salah satu produk dari VONA yaitu tas garis-garis yang populer dan diminati oleh banyak customer. Karena hal itu, omset dan profit kami terus bertambah,” kata Vio.

4 dari 6 halaman

Berani keluar dari zona nyaman

Simak kisah Fejri Muzakky dan Violetta Affandi, founder dari brand tas lokal VONA yang sukses tembus pasar Internasional. (FOTO: doc. VONA).

Untuk mencapai kesuksesan tidaklah mudah. Fejri mengatakan VONA selalu menghadapi tantangan baru setiap tahunnya. Salah satu tantangan terbesar yang paling berkesan bagi mereka adalah ketika mereka harus pindah dari Bali ke pulau Jawa.

“Kami melihat VONA akan merugi jika terus di Bali. Oleh karena itu, kami memutuskan pindah ke Jawa. Karena selain demand dari Lazada yang besar, distribusi, bahan baku, dan produksi akan jauh lebih mudah jika dikerjakan di Jawa,” terang Fejri.

Dengan keberanian Vio dan Fejri mengambil resiko, VONA kini tetap bisa bertahan di tengah persaingan bisnis yang terus bermunculan.

5 dari 6 halaman

Tips sukses berbisnis mulai dari nol

Simak kisah Fejri Muzakky dan Violetta Affandi, founder dari brand tas lokal VONA yang sukses tembus pasar Internasional. (FOTO: doc. VONA).

Dalam membangun bisnis tentu akan ada pasang surutnya, dan kedepannya pastinya akan mendapatkan banyak tantangan. Agar dapat bertahan, berikut tips yang dibagikan oleh Vio dan Fejri saat memutuskan menjalankan bisnis dari nol.

1.      Berani mengambil resiko yang terukur

Tak dapat dipungkiri, setiap bisnis pasti ada resikonya. Oleh karena itu, penting bagi pebisnis untuk mengambil resiko yang terukur.

“Ketika menghadapi tantangan, semaksimal mungkin ambil resiko yang bisa kita ukur. Misalnya, kalau kita lost, lostnya akan berapa persen? Dan berapa yang bisa tutupi? Jadi enggak bisa hanya besar nyali, kalau begitu bisnis kita enggak akan bertumbuh,” tutur Fejri.

 

6 dari 6 halaman

2. Cepat beradaptasi

Simak kisah Fejri Muzakky dan Violetta Affandi, founder dari brand tas lokal VONA yang sukses tembus pasar Internasional. (FOTO: doc. VONA).

Di awal pandemi dan pemberlakuan PSBB, Vio dan Fejri mengatakan VONA sempat mengalami penurunan yang signifikan. Saking turunnya, mereka berencana merumahkan beberapa karyawan.

“Namun sebelum menyerah dengan situasi, kami mencari berbagai cara untuk menyelamatkan bisnis kami. Akhirnya, kami coba tanyakan ke customer kira-kira apa yang mereka butuhkan selama pandemi, rupanya mereka kesulitan mendapatkan masker. Nah dari situlah, pada Maret 2020 kami akhirnya berinovasi memproduksi masker-masker,” ujar Vio.

“Memang enggak keren dari yang tadinya produksi tas sekarang menjadi masker. Tetapi justru di situasi vital saat itu mata kami jadi lebih terbuka, bahwa adaptasi itu sangat penting. Dengan membuat masker, kami enggak perlu merumahkan karyawan. Selain itu, VONA juga jauh lebih dikenal oleh customer lain diluar customer tas VONA,” lanjutnya.

3.      Pertahankan kualitas

Perlu diketahui, sektor UMKM (Usaha Kredit Mikro dan Menengah) atau brand lokal turut berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Kontribusi dari UMKM bahkan mencapai 60% Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, agar mampu tembus pasar internasional. Vio dan Fejri selalu mengedapankan kualitas terbaik.

“VONA selalu menggunakan kualitas yang terbaik. Karena kami ingin customer dari mancanegara tahu, bahwa brand lokal Indonesia punya kualitas yang terbaik dan bisa bersaing dengan brand lokal di negara-negara lainnya,”

Terbukti dengan mempertahankan kualitas yang terbaik, produk-produk VONA berhasil tembus pasar internasional. Beberapa negara yang berhasil dijelajahi VONA ialah Singapura, Australia, Jerman, hingga Yunani.

#Elevate Women