Fimela.com, Jakarta Sampai saat ini belum ada yang mengerti mengapa alergi makanan pada anak-anak selalu terjadi. Bahkan alergi yang terjadi pada anak-anak karena makanan jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Dikutip dari situs web resmi Children’s Hospital of The King's Daughter, beberapa teori dan penelitian mengemukakan bahwa 90 persen reaksi alergi kebanyakan disebabkan oleh susu, telur, kacang tanah, kerang, ikan, kedelai, dan gandum.
Menurut Katie Marks-Cogan, salah satu pendiri dan kepala ahli alergi dari Ready, Set, Food!, dilansir dari Parents.com, alergi makanan khususnya pada bayi terjadi ketika tubuh merespons protein di dalam makanan yang dianggap berbahaya.
Dalam beberapa kasus, bayi yang mengalami alergi memang terjadi karena faktor genetik. Namun, terdapat faktor lain yang memengaruhi juga, yakni faktor pola makan dan gaya hidup yang dijalani oleh bayi.
Sebagai orang tua, kamu harus memperkenalkan alergen makanan umum pada bayimu setelah dia bisa mengonsumsi makanan padat yang biasanya mulai diberikan sejak umur bayi menginjak 6 bulan. Jika tidak ada reaksi, maka kamu dapat meningkatkan jumlahnya secara bertahap dengan kecepatan satu makanan baru setiap 3 hingga 5 hari.
Dilansir dari Ready, Set, Food!, terdapat 3 metode untuk mencegah terjadinya alergi makanan pada bayi. Apa saja ketiga metode tersebut? Simak penjelasan berikut.
What's On Fimela
powered by
Metode E A T
Metode E A T ini merupakan kependekan dari Enquiring About Tolerance. Metode ini biasa digunakan mulai sejak usia bayi menginjak 3 bulan, dan bisa dipantau selama 3 bulan. Metode ini akan mencegah alergi pada kacang, telur, dan susu dengan efektivitas sebesar 67%
Biasanya, bayi yang berusia 3 bulan ini sering mengalami alergi pada kacang tanah, telur rebus, susu sapi, wijen, dan gandum. Maka dari itu, untuk mengukur efektivitas pengenalan dini pada berbagai alergen makanan yang berpotensi menyebabkan alergi.
Kamu bisa mecoba tes alergen ini dengan memberikan makanan-makanan ini secara sedikit demi sedikit setiap 3 bulan sekali.
Metode P E T I T
Ini merupakan kependekan dari Prevention of Egg Allergy in High-Risk Infants with Eczema. Tes alergen dengan metode ini bisa dilakukan sejak bayi menginjak usia 4 bulan, dengan durasi 6 bulan pemantauan.
Metode ini bisa mencegah dan mengurangi resiko alergi bayi pada telur sebanyak 79 persen.
Bayi yang berusia antara 4 dan 5 bulan dengan kondisi dermatitis atopik atau eksim ini dites untuk mengonsumsi atau menghindari telur selama 6 bulan, untuk menentukan apakah pengenalan alergen dini secara bertahap ini merupakan metode yang efektif untuk menurunkan resiko perkembangan alergi khususnya pada telur.
Metode L E A P
Metode ini merupakan kependekan dari Learning Early About Peanut Allergy. Percobaan tes alergen dengan metode ini dilakukan sejak bayi menginjak usia 4 bulan, dengan durasi pemantauan selama 4 tahun.
Dalam tes ini, anak-anak dengan usia 4 hingga 11 bulan mencoba untuk mengonsumsi kacang tanah untuk melihat apakah ada insiden alergi atau tidak.
Tes dengan menggunakan metode ini bisa mengurangi alergi pada kacang sebanyak 80 persen.
*Penulis: Chrisstella Efivania.
#Elevate Women