Fimela.com, Jakarta Sejumlah seniman dan pegiat seni bergabung dalam pementasan seni budaya bertajuk Taksu Ubud. Pementasan itu berisi pertunjukan seni drama, tari dan musik yang menampilkan Ubud sebagai bagian penting dari wajah Bali.
Melalui kisah yang sederhana, Taksu Ubud berkeinginan untuk menyatukan sebagian kecil dari keindahan seni Ubud. "Pertunjukan ini adalah sebuah inisiatif kecil untuk mengadakan kembali ruang bagi sebagian pelaku seni Ubud untuk membangun kembali suasana Ubud yang sarat akan adat dan tradisi Bali," kata Happy Salma selaku produser pementasan Taksu Ubud melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (5/7/2021).
What's On Fimela
powered by
Cerita Taksu Ubud
Berkisah tentang seorang pemuda Ubud, Umbara, yang sejak kecil tinggal jauh dari Ubud dan ibunya. Tiba saatnya sang Ibu meminta Umbara untuk pulang ke Ubud.
Seketika Umbara berhadapan dengan dilema. Haruskah kenyamanan dan kemudahan yang ia peroleh selama di perantauan ia tinggalkan demi cinta Ibu dan Ubud, sebuah tempat leluhur yang asing baginya?
Reza Rahadian dan Christine Hakim
Taksu Ubud menampilkan tarian, tetabuh dan mekidung yang melibatkan banyak kelompok penari dan penabuh, seperti Gamelan Yuganada, Yayasan Bumi Bajra Sandhi, Kertha Art Performance, Sanggar Cudamani, Ubud Performing Art, Napak Tuju, Swaradanta dan Yayasan Janahita Mandala Ubud.
Selain itu, ‘Taksu Ubud’ juga menampilkan banyak seniman-seniman senior Bali yang telah berkarya puluhan tahun dengan penuh dedikasi pada seni dan pengembangan budaya seperti Agung Oka Dalem dan Cok Sri (seniman tari), Aryani Williems (aktor senior), Desak Nyoman Suarti (seniman motif tradisi) dan Made Sukadana Gender (seniman dalang).
Pentas ini melibatkan banyak seniman yang setia pada pilihan profesinya dan mendedikasikan dirinya untuk pengembangan seni itu sendiri. Kegiatan ini tentu mengikuti protokol kesehatan dan semua yang terlibat melakukan tes swab antigen secara berkala. Pertunjukan ini dilakukan beberapa waktu lalu sebelum pemberlakuan PPKM Darurat. Pengambilan gambar Taksu Ubud juga dilakukan tanpa pemotongan adegan, kamera hanya menjadi jembatan agar dapat dinikmati tanpa menghilangkan peristiwa panggung.