Mempersiapkan Pernikahan Adik yang Serba Kilat, Sungguh Penuh Hal Tak Terduga

Endah Wijayanti diperbarui 05 Jul 2021, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.

***

Oleh:  Tristanti Palupi

Kisah ini benar terjadi dan bukan dibuat-buat ataupun dilebih-lebihkan. Berbagi cerita sebagai pengalaman yang mungkin bisa sebagai antisipasi jika terjadi lagi seperti ini. Pengalaman di balik layar penikahan adikku yang penuh drama.

Sebagai anak pertama menjadikan aku ikut andil bertanggungjawab pada keluarga apalagi sepeninggalan Papa tercinta yang belum genap 1.000 harinya. Genap satu tahun sepeninggalan papa, adikku tiba-tiba dilamar teman seprofesinya padahal perkenalan mereka saat singkat.

Maklum calon mempelai laki-laki lulusan pondok pesantren yang tak ingin berlama-lama pendekatan alias ta'arufan. Di situlah dilema Mama saat itu di mana adat yang mengatakan lebih baik menunggu benar-benar genap hari sepeninggalan Papa jika akan mengadakan pernikahan.

Akhirnya Mama mengambil keputusan sendiri untuk tetap menerima lamaran dan akan melaksanakan proses pernikahan adik. Karena Mama khawatir tidak dapat dukungan dari pihak keluarga papa. Hanya keluarga Mama yang tahu karena sependapat dan didukung penuh oleh keluarga Mama karena idealis bahwa semua hari baik dan apalagi usia adik yang sudah seharusnya menikah.

Diam-diam hanya kami sekeluarga tanpa campur tangan keluarga mama dan papa, kami melakukan persiapan secepat-cepatnya dan singkat. Alhasil hanya satu bulan persiapan itu tuntas bak seolah aku dan mama sebagai wonder women saat itu dan berkeyakinan proses berjalan lancar. Dan yang bertanggung jawab untuk proses persiapan itu aku dan mama saja.

Sedangkan saat hari H, baru Tante adiknya Mama yang berprofesi usaha katering yang membantu sebagai tanggung jawab konsumsi saat acara berlangsung. Sedangkan aku diberi tanggung jawab untuk souvenir berupa tart brownies kukus sebanyak 400 kotak dan sebagai penerima tamu saat acara berlangsung. 

2 dari 2 halaman

Kesibukan Mempersiapkan Pernikahan Adik

Menikah./Copyright Tristanti Palupi

Seminggu sebelum hari H, semua bahan brownies untuk souvenir sudah aku persiapkan berikut trik strategi serta penjadwalan pengerjaan karena cuma aku, suami, adikku yang bungsu dan kakak sepupuku saja yang andil dalam proses ini. Apalagi makanan dikukus harus fresh dan pengerjaannya dua hari mendekati sebelum hari H baru mulai proses. Jadi kami cuma berempat saja dan yakin beres dengan perhitungan jadwal yang detail

Katering untuk tamu pun juga beres karena kebetulan tetangga sendiri membuka usaha katering dan kebetulan rasanya cocok dengan lidah kita. Dan itu pun kami pesan dengan memperhitungkan sejumlah kepala bukan sejumlah undangan. 

Tepat pukul 3 dini hari aku mulai start bikin brownies sedangkan rumah dan balai RW & lapangan untuk resepsi sudah tertata sejak kemarin. Namun hari itu ada acara khataman ibu-ibu yang dimulai jam 8 pagi yang konsumsinya juga pesan dikatering khusus kue. Tepat jam 10-an konsumsi datang dan disitulah insiden itu dimulai, ternyata mama salah jumlah macamnya kue untuk dimasukkan dos yang nantinya dibawa pulang ibu-ibu khataman.

Otomatis mama kalang kabut bingung tak karuan. Tepat saat itu Tanteku yang bertanggung jawab acara juga sudah hadir dan rembug dadakan. Hasilnya sebagian brownies yang sudah aku cicil buat itu dipotong-potong untuk menggantikan menu kue yang kurang. Paniklah aku karena yang pasti bahan dan waktu proses bertambah. Tanteku menenangkan aku dan bilang sabar nanti pasti ada bala bantuan.

Dan insiden kedua juga dimulai. Tart pernikahan yang lupa dipesan mama. Padahal tart itu diharapkan untuk acara ijab kabul uang diselenggarakan malam itu sehabis magrib. Tanpa berpikir panjang, akupun turun tangan walaupun pembuatan souvernir jadi ngadat.

Semua mulai panik. Dalam hatiku, aku pasti bisa menyelesaikan masalah ini. Akhirnya tanteku yang lain sebanyak dua orang mulai datang juga, aku mulai merasa sedikit lega, brownies masih bisa berjalan walaupun lambat karena aku fokus nguber nggarap tart pernikahan.

Saat membuat tartpun hampir saja berantakan karena tanteku membawa anak kecil dan hampir menimpuk tart yang masih aku kerjakan. Untung aku sigap jika enggak entahlah apa jadinya. Berhubung hiasan tart dan bahan brownies tambahan belum ada, terpaksalah aku pula yang turun tangan.

Dan akhirnya saat setelah meletakkan hiasan miniatur pernikahan diatas tart pernikahan, tiba-tiba aku ambruk kelelahan dan mungkin karena telat makan juga. Alhasil aku tidak bisa menghadiri ijab kabul adik aku tapi tart pernikahan beres dan masalah kue dos juga teratasi padahal perias manten sudah siap juga meriasku untuk sebagai saksi ijabkabul adikku.

Setelah aku sadar, badan ini masih sakit dan kepala pusingnya minta ampun namun acara ijab kabul itu belum usai. Suamiku mencoba menyuapi tapi aku tak sanggup menelannya karena perut tak terima. Sedangkan brownies untuk souvenir juga belum tuntas. Dan semua panik.

Tanpa pikir panjang, aku dibopong suamiku dibawanya aku ke dokter umum terdekat. Dan suamiku meminta dokter untuk sekiranya memberikan aku obat yang benar-benar manjur. Setelah mendapatkan resep obatnya, malam itu juga suamiku mencariknya namun ada satu obat yang gagal didapatnya. Ingat betul macam jumlah obatnya 4. Akhirnya cuma 3 macam yang aku minum yang sebelumnya kupaksa makan dulu walaupun akhirnya juga dimuntahkan lalu aku pun lelap tertidur setelah obat berhasil aku telan.

Selang beberapa jam keesok harinya sekitar jam 2 pagi akhirnya aku bisa bangkit kembali. Tanpa ijin dengan yang punya hajatan langsung aku ambil makan sampai 2piring berhasil masuk perut. Dan saat itu juga aku cek hasil garapan brownies untuk souvenir. Tapi apa yang aku liat jauh dari harapan yang seharusnya aku prediksi 50% jadi ternyata masih 30%an. Panik? Ya iyalah. 

Waktu itu juga start lagi untuk penuntasan. Mereka yang bertugas bantu membuat, langsung kubangunkan dan aku uber tuk garap. Mamapun langsung hubungi saudara-saudar lain terdekat yang masih satu kota yang bisa meluangkan waktu untuk menjadi tenaga tambahan.

Alhamdulillah walaupun bala batuan datang baru siang hari, lumayan terbantukan. Namun tetap saja souvenir baru tuntas sampai tengah malam. Lega rasanya souvenir beres tapi tempat proses jadi berantakan dan aku biarkan begitu saja sementara yang penting gak tampak tamu. 

Dan esoknya mata ini masih mengantuk sekali sudah harus bangun sebelum subuh antri persiapan rias karena acara resepsi sudah dimulai jam 8 pagi. Dengan badan masih letih dan mata masih merah, proses harus dilakukan sampai acara usai. 

Alhamdulillah resepsi pun berjalan lancar. Keluarga dari papapun akhirnya juga datang dan kaget dipikirnya acara cuma diam-diam alias sederhana sekali namun ternyata sangat berkesan. Omku yang tertua dari keluarga papa bilang, "Punya acara kok nggak woro-woro. Kan bisa kami bantu." Kami pun cuma bisa tersenyum dalam pikiran kami selama kami bisa tanpa merepotkan saudara yang lain. Namun nyatanya masih butuh beberapa bantuan. Jikalau saat itu nggak terjadi insiden, pastinya berjalan mulus tanpa merepotkan mereka sama sekali.

Insiden yang terakhir pun akhirnya terjadi juga, yaitu katering yang berlebihan. Bingung mau dikemanakan akhirnya sebagian kubagikan ke saudara-saudara dan sebagian lagi kuantar ke panti asuhan. Kalau dipikir memang salah perhitungan. Katering bukan dihitung per kepala tapi per KK karena pasti ada menu tambahan dan menu rata-rata porsi besar untuk per dua orang. 

Dengan kejadian ini, saat pernikahan adikku yang bungsu, tidak pakai lagi souvenir makanan dan tidak lagi diam-diam. Setiap bagian ditanggungjawabkan per orang. Sehingga prosesi pernikahan adikku yang bungsu berjalan lancar walaupun sedikit mengecewakan karena dekorasi yang diinginkan tidak lengkap namun akhirnya dapat kortingan banyak dari pendekorasi ruangan.

Dan yang disesalkan banyak undangan yang tidak hadir tepat waktu dikarenakan jalan menuju ke lokasi resepsi banjir dan padat disertai hujan deras. Kalau begini sepertinya butuh pawang hujan ya. 

Semoga pengalaman ini bisa jadi wawasan untuk antisipasi saat akan mengadakan persiapan pernikahan. Walaupun rencana sudah dimasak matang-matang tetap harus mempunyai cadangan solusi jika terjadi insiden yang tidak diinginkan. 

#ElevateWomen