Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
***
Oleh: Meliana Aryuni
Pernikahan adalah sesuatu yang diimpikan banyak orang, termasuk saya. Saya menikah di usia yang sangat dewasa. Jadi, ketika mendengar kata menikah, saya merasa senang sekali. Saking senangnyan saya ingin merancang sendiri acara pernikahan saya itu.
Sebagai calon pengantin, tentunya saya memiliki impian untuk mempersiapkan pernikahan saya. Persiapan pernikahan itu dimulai dari mempersiapkan ilmu berumah tangga. Saya mulai membaca buku tentang pernikahan.
Sebelumnya tidak terbayang kalau akhirnya saya membaca buku Sutra Ungu dan sejenisnya. Dahulu, buku-buku jenis seperti itu sangat tabu bagi saya. Bahkan, saat teman membicarakan pernikahan, saya menghindarinya. Namun, ketika menyiapkan pernikahan, buku itu menjadi pegangan bagi saya untuk menjadi seorang istri.
Persiapan Mental dan Spiritual Juga Penting
Persiapan mental dan spiritual pun saya lakukan dengan membaca kisah-kisah nabi dan sahabat. Dari berbagai bacaan itu, saya jadi tahu bahwa pernikahan itu tidak semudah yang diucapkan. Dari buku-buku itu, saya menjadi tahu hak dan kewajiban wanita setelah berumah tangga.
Dalam keluarga saya, pernikahan ini adalah pernikahan yang ketiga. Pernikahan kedua adik saya termasuk pernikahan yang disiapkan oleh pihak keluarga. Berbeda dengan pernikahan saya, persiapan dilakukan oleh saya sendiri. Itu karena saya ingin pernikahan saya berkonsep Islami.
Persiapan yang saya lakukan sendiri itu bukan karena tidak direstui orang tua. Melainkan, saya ingin mempersiapkan semuanya sesuai dengan konsep yang ada di benak saya. Mulai dari pembuatan souvenir dari kain flanel yang dijahit sendiri, menyiapkan barang-barang hantaran dan mahar, menempa baju akad nikah dengan konsep sendiri, menghubungi pihak gedung dan catering, menyiapkan dekorasi kaligrafi dan asmaul husna dari syrofoam, mencari tim nasyid, sampai mengetik dan menyebarkan undangan panitia/tamu. Semua itu saya lakukan sendiri dan dibantu oleh mama tercinta.
Calon saya saat itu adalah pria yang tinggal di pulau yang berbeda sehingga saya harus melakukan segala sesuatunya secara mandiri. Jangan tanyakan semangat saya waktu itu. Kadang semangat saya naik-turun, emosi pun ikut serta di dalamnya. Ketika orang tertidur lelap, saya harus mengendalikan diri dan pikiran agar tetap waras dalam bertindak. Jika tidak, maka persiapan yang telah saya bangun akan hancur dalam hitungan hari.
Mempersiapkan Semuanya Sendiri
Ada saatnya saya seperti kehilangan keinginan untuk meneruskan pernikahan karena suatu kendala. Untung saja saya segera bangkit dan memulainya kembali. Misalnya, saat penggunaan nasyid tidak disetujui. Saya merasa kecewa sekali saat itu. Beberapa hari saya dirundung kesedihan karena hal itu.
Akhirnya saya harus mengalah dan berpikir bahwa pernikahan harus tetap dilaksanakan meskipun tanpa nasyid. Saya mulai melonggarkan keinginan saya dengan syarat lagu yang ditampilkan tidak melulu tentang cinta.
Permasalahan lain adalah ketika konsep undangan belum menemukan percetakan yang tepat. Itu pun sesuatu yang melelahkan bagi saya. Saya harus menggunakan sedikit waktu kerja untuk mencari percetakan yang cocok dengan konsep undangan. Setelah menjelajahi beberapa cetakan, akhirnya ada percetakan yang mau dan harganya lumayan murah.
Betapa senangnya saya saat mengecek list persiapan yang sudah saya buat. Beberapa hambatan yang tadinya hadir di tengah persiapan, akhirnya bisa teratasi dengan baik. Saya merasa puas dan lega saat duduk di pelaminan. Persiapan yang saya usahakan semaksimal mungkin membuat acara pernikahan berjalan lancar hingga akhir.
Semua kesedihan dan kelelahan dalam mempersiapkan pernikahan tergantikan dengan senyum ceria para panitia dan tamu undangan, begitu juga saya. Di saat hiruk pikuk panitia yang sibuk membereskan semuanya, saya sadar bahwa kadang rencana yang telah kita siapkan tidak semuanya dapat dilaksanakan. Namun, kita harus ingat bahwa jangan sampai satu halangan membuat persiapan-persiapan yang telah dilakukan hancur berantakan.
Di saat persiapan inilah saya sadar bahwa kadang ada tarik ulur pada sesuatu yang tidak wajib dilakukan. Asalkan tidak melanggar pada aturan yang melanggar syariat. Semoga rekan-rekan yang sedang mempersiapkan pernikahan tidak mundur selangkah pun bila ada rencana yang tidak bisa diterapkan pada pernikahan kalian.
Tetaplah maju, langkahmu masih panjang, bukan pada persiapan menikah saja. Jalani saja. Anggap saja itu cobaan yang akan meneguhkanmu. Semoga dengan kesabaranmu, pernikahanmu akan mendapat berkah dari-Nya.
#ElevateWomen