Dilamar Melalui Telepon, Proses Pernikahanku Berjalan Cepat

Endah Wijayanti diperbarui 01 Jul 2021, 10:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.

***

Oleh:  Inita Ummu Zahir

Pernikahan mungkin bagi sebagian orang adalah urusan yang mana sejak masa persiapan bakalan ribet, sibuk, menyita waktu dan menguras tenaga. Pun begitu denganku. Karena kesibukan bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan kontraktor tambang membuatku harus benar-benar meluangkan waktu saat mempersiapkan pernikahan. 

Waktu itu aku dan dia yang sekarang sudah menjadi suamiku, kami berdua sama-sama bekerja di perusahaan yang sama hanya berbeda job site atau beda lokasi/daerah. Aku sekretaris project manager di site Kalimantan Timur sedangkan dia IT site representative di site Kalimantan Tengah. Kami dikenalkan oleh sahabatku yang juga berbeda site dengan kami berdua. Perkenalan kami lewat mini chat antar site di bulan Oktober, kemudian kami bertemu di bulan January.

Setelah pertemuan di bulan Januari itu aku mengabarkan kepada kedua orang tuaku bahwa ada yang akan melamarku. Orang tuaku kaget karena mereka tidak pernah mendengarku memiliki pacar tapi tiba-tiba ada yang melamar. Ya, karena memang benar kami tidak berpacaran.

Hanya saja, sesaat sebelum pertemuan, kami berdua sepakat bahwa jika kami berdua merasa tertarik saat bertemu maka kami akan melanjutkan ke jenjang serius dan langsung menikah. Kedua orang tuaku setuju dengan keputusan yang kami ambil. Tak lama kemudian ayah mertuaku yang saat itu masih ada menelepon kedua orang tuaku dan melamarku.  

Pernahkah kamu membayangkan akan dilamar hanya melalui telepon? Itulah yang terjadi padaku. Kami berdua sama-sama belum memperkenalkan kedua keluarga kami tapi tiba-tiba saja akan menikah dan membuat kedua keluarga kami seperti sedang diburu oleh sesuatu setelah mendengar keputusan kami yang akan menikah bulan Juli.

2 dari 2 halaman

Menikah dan Kini Memiliki 3 Buah Hati

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Selama menyiapkan keperluan menikah mulai dari memesan undangan, memilih desainnya, memilih souvenir, dll, aku dibantu oleh om dan tanteku berhubung kedua orang tuaku tinggal di kampung yang jaraknya lebih dari 900 km dari tempatku bekerja. Aku sendiri juga dia tidak bisa menyiapkan sendiri karena jam kerja kami di site sangat padat mulai dari hari Senin sampai Minggu, sejak jam 6:30 - 18:00 tanpa ada waktu off kecuali saat cuti. 

Empat hari menjelang hari pernikahan barulah form cutiku disetujui. Hari itu juga kami langsung terbang ke kampung halamanku. Sesampainya di sana sudah terlihat kesibukan di rumah keluargaku. Padahal tanggal pernikahan belum kami tentukan. Ribet, kan? 

Keesokan harinya, kami berdua langsung diminta ke KUA untuk mendapatkan pengarahan, dilanjutkan ke puskesmas untuk vaksin. Sesampainya di rumah kami langsung dikabari kalau pernikahan kami akan dilaksanakan pada tanggal 15 Juli dan itu artinya lusa karena saat itu sudah tanggal 13 Juli.  Persiapan terus dilakukan oleh keluarga besarku sedangkan aku hanya santai sambil terus mengenalkan dia kepada keluarga besarku yang sudah datang dari berbagai desa.

Kulakukan itu supaya dia tidak merasa sendiri dan kesepian karena tidak ada seorang pun dari keluarganya yang bisa hadir di pernikahan kami. 

Jadi sesingkat itulah perkenalan dan persiapan pernikahan kami. Alhamdulillah, kehidupan pernikahan kami berjalan lancar dan kami memiliki 3 buah hati sekarang. Bagiku, pernikahan merupakan proses perkenalan dengan pasangan kita seumur hidup, pernikahan bukan masalah waktu berapa lama kita sudah saling mengenal kemudian mengambil keputusan untuk menikah. Pernikahan lebih kepada keberanian kita untuk bertindak dan berkata, "Baik, ayo kita menikah."

#ElevateWomen