Tips Sukses Menyapih Anak tanpa Susu Formula dari Ahli Laktasi

Hilda Irach diperbarui 02 Jul 2021, 07:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Menyapih adalah masa-masa di mana si kecil berhenti menyusui. Menurut anjuran WHO, menyapih sebaiknya dilakukan di usia 2 tahun. Mengapa demikian?

Menurut konselor laktasi dr. Lia Kurnia Hartanti, mengatakan di usia 2 tahun anak sudah memiliki gigi yang lengkap, sudah bisa makan semua makanan, dan mulai bisa mandiri.

“Jadi menyapih itu bukan hanya persoalan bukan hanya persoalan dia mau makan apa atau minum apa, tapi bagaimana seorang ibu menyiapkan bahwa anaknya sudah bisa mandiri. Enggak harus bergantung terus dengan ibunya,” kata dr. Lia saat dihubungi oleh Tim FIMELA.

Selain itu, menyapih bisa menjadi proses yang sulit. Banyak para ibu yang galau karena anak tak mau minum susu formula sebagai penggantinya. Padahal, menurut dr. Lia gizi lengkap anak sudah bisa didapatkan hanya melalui makanan yang bernutrisi dan bergizi.

“Sebenarnya, menyapih itu bukannya pindah dari ASI ke susu formula, itu salah besar. Jika anak sudah memasuki usia bisa makan, maka nutrisi yang didapatkan dari makanan saja. Tak perlu lagi minum susu. Jadi jika sudah tidak minum ASI, ya sudah makan. Kalaupun anaknya mau minum susu itu bukan suatu kewajiban,” lanjutnya.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Menyapih dengan kasih sayang

Menyapih bisa menjadi masa-masa yang sulit bagi ibu dan anak. Berikut tips-tips suksesnya menurut konselor laktasi, dr. Lia Kurnia Hartanti. (Foto: Unsplash.com/Sai de Silva).

Lantas, bagaimana caranya agar sukses menyapih? Menurut dr. Lia, hal pertama yang harus dilakukan oleh ibu dan anak adalah sama-sama ikhlas. “Dibutuhkan keikhlasan dari ibunya. Kalau ibunya belum ikhlas biasanya susah berhasil,” kata dr. Lia.

Selain itu, para ibu juga harus menyapih dengan cinta atau yang disebut weaning with love. “Weaning with love berarti menyapih dengan kasih sayang. Jadi seorang ibu tidak boleh memaksa anaknya untuk berhenti menyusu. Jangan sampai anak dan ibu terputus hubungannya. Oleh karena itu, proses menyapih harus dilakukan secara pelan-pelan,” ujar dr. Lia.

Selanjutnya, dr. Lia mengatakan anak juga harus diberi pengertian mengenai alasan mengapa ia harus berhenti menyusu. Kemudian, para ibu juga bisa menggantikan aktivitas menyusui dengan aktivitas lain yang dapat meningkatkan hubungan antara ibu dan anak.

“Seperti membacakan buku, jadi pendekatannya bukan lagi memberi payudara ke anak. Selain itu memberikan pengertian pada anak, kasih tahu bahwa ia sudah besar, sudah siap untuk tidak lagi menyusu dengan ibunya. Jadi menyapih dengan kasih sayang bukan dengan paksaan, karena sebagian orang ada yang memaksa anaknya berhenti menyusu dengan kasih yang pedas-pedas atau pahit-pahit, itu artinya kan tidak dengan kasih sayang,” pungkas dr. Lia.

 

#Elevate Women