Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
***
Oleh: Chirta Chartany
Setelah empat tahun pacaran akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Kisah ini diawali dari lamaran aku pada bulan November. Sebagai seorang perempuan yang sudah tidak memiliki orang tua walaupun hanya acara sederhana aku menginginkan acara lamaran yang berkesan dan bermakna yang jika diingat nantinya akan terasa indah tapi ternyata yang aku dapati momen lamaran itu jika diingat saat ini terasa menyakitkan.
H-1 sebelum lamaran masih terlihat baik dan berharap lancar tapi ternyata di saat acara lamaran yang harusnya dimulai pukul 10.00 ternyata calon suamiku datang terlambat jam satu siang dengan alasan adiknya sakit perut mendadak. Dan akhirnya setelah mereka datang sampai jam satu siang di rumahku.
Kami menyambutnya dengan baik dan di situ aku masih berharap acara ini berkesan karena aku sudah mempersiapkan ustaz untuk bicara, hidangan yang lezat, saudara-saudaraku juga beberapa hadir untuk menyaksikan momen tersebut. Tapi setelah sampai di rumahku mereka dengan wajah yang cemas dan merasa gundah ayahnya langsung tanpa basa basi sebelum memberikan sambutan dan mengatakan ingin melamar beliau bilang bahwa tidak bisa lama-lama karena adiknya sakit dirumah dan hanya ditemani oleh kekasihnya.
Akhirnya wajah keluargaku pun jadi ikut bingung termasuk aku tapi kami tetap mencoba mengikuti alur mereka. Akhirnya ayahnya memberikan sambutan dan mengatakan maksud dan tujuannya untuk melamar setelah itu diterima oleh ustaz perwakilan dari keluargaku dan acara lamaran itu selesai.
Setelah setelah mereka langsung mengatakan harus pulang, akhirnya kami langsung panik dan tanteku bilan, "Maaf Pak, seenggaknya makan dulu sebentar kan kami sudah masak dan menyiapkan hidangan untuk keluarga bapak dan ibu," dan akhirnya mereka makan walaupun terburu-buru dan setelah makan mereka benar-benar pamit pulang.
Setelah mereka pulang tanteku dan omku yang merasa kok kayak direndahin ya karena mentang-mentang aku nggak punya orang tua kok seenaknya saja dan aku pun merasa hal yang sama. Akhirnya aku SMS calon suamiku dan aku ungkapkan semuanya.
Tidak lama setelah itu calon suamiku menelepon tapi tidak aku angkat, lalu orang tuanya juga menelepon tapi tidak jug akuangkat ternyata calon suamiku akhirnya nelpon tanteku dan mereka ngomong sesuatu tapi aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Aku hanya dengar sekilas tantemu berkata semua terserah aku dan keputusanku seperti apa.
Lalu tanteku bicara padaku dan tanya bagaimana pendapat aku mau diterusin apa nggak pernikahannya? Lalu aku bilang tunggu besok aku akan ngasih keputusan. Ternyata tanteku tetetangga sebelah yang juga saudara sepupunya suamiku dan ngomong masalah lamaran itu dan menanyakan sebenarnya adiknya sakit apa? Dan sepupunya bilang hanya sakit perut.
Keesokan harinya tiba akhirnya aku memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahanku dan memaafkan calon suamiku karena semaleman dia nelpon dan sms akhirnya kami bicara baik-baik. Aku dan keluargaku memafkannya.
Satu bulan setelah acara lamaran tersebut ada lagi masalah yang disebabkan calon adik ipar tiba-tiba dia bilang mau menikah secepatnya kalau bisa sebelum aku. Kami semua kaget termasuk orang tuanya.
Calon adik iparku bilang, "Nggak bisa aku harus menikah sebelum atau secepatnya," setelah aku dan calon suamiku menikah. Akhirnya saat itu juga aku memutuskan untuk membatalkan acara pernikahanku yang akan dilangsungkan di bulan Januari lalu aku bilang ke mereka semua agar membiarkan calon adik iparku menikah duluan karena aku merasa kesal dan merasa tidak dihargai.
What's On Fimela
powered by
Perjalanan Menuju Pernikahan
Calon suamiku akhirnya bicara padaku dan tanteku mengatakan dia sangat mencintai aku. Sebelum acara pernikahan kami mempersiapkan semua berdua tanpa bantuan siapa pun. Sampai-sampai pas H-1 sebelum pernikahan malamnya dia masih datang ke rumahku untuk memastikan semua persiapan sudah berjalan lancar.
Dia memang lelaki yang baik dan bertanggung jawab dan aku merasa memang dia sangat mencintai aku. Tapi aku dan tanteku bertanya-tanya kenapa adik calon suamiku minta buru-buru nikah ya.
Akhirnya pernikahanku jadi juga dilangsungkan di bulan Januari tepatnya tahun baru. Saat pernikahanku juga adik iparku pingsan dan mengaku sakit perut kami bingung tapi orang tuanya bilang mungkin karena belum sarapan. Akhirnya mereka pulang setelah acara pernikahanku berlangsung yang hanya didampingi tante dan omku saja tanpa disaksikan orang tuaku karena mereka berdua sudah meninggal.
Satu bulan setelah aku menikah akhirnya adik iparku benar-benar menikah di bulan Februarinya dengan acara pernikahan yang meriah, anehnya tapi tanpa dihadiri oleh teman kantornya dengan alasan karena mereka sekantor jadi tidak boleh menikah. Setelah satu bulan mereka mereka menikah adik iparku pingsan lagi dan mengeluh sakit perut dan mama mertuaku menyuruh ke dokter.
Setelah diperiksa di dokter adik iparku ternyata hamil dan sudah 5 bulan usia kandungannya. Mamanya syok dan merasa kecolongan karena baru satu bulan menikah tapi sudah hamil 5 bulan. Akhirnya ketauan juga penyebab kenapa adik iparku sering pingsan, sering sakit perut dan ingin menikah buru-buru karena dia saat itu sudah hamil tapi perutnya tidak keliatan karena dia selama ini selalu pakai korset. akhirnya 2 bulan mereka menikah, mama mertuaku melangsungkan acara 7 bulanan. Akhirnya rahasia kehamilannya di luar nikah ketauan tapi untungnya pacarnya yang sekarang jadi suaminya bertanggung jawab menikahinya.
Setelah semua tebongkar aku dan suami merasa lega. Lalu suamiku meminta maaf sama aku atas perlakuan atau sikap atau tindakan yang dilakukan keluarganya padaku. Dan akhirnya kami hidup bahagia dan saling mencintai dan dikaruniai satu orang anak sampai saat ini dan insya allah till jannah. Amin.
#ElevateWomen