Bagi Perempuan Lajang Usia 30an, 5 Stigma Ini Pahit tapi Bisa Dihadapi dengan Senyuman

Endah Wijayanti diperbarui 29 Jun 2021, 13:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Menikah atau belum menikah. Menjalin sebuah hubungan atau memutuskan untuk sendirian. Tiap perempuan punya keputusan dan jalan hidup masing-masing. Hanya saja kadang seiring dengan bertambahnya usia, tekanan dan tuntutan yang dihadapi seorang perempuan bisa makin berat dan rumit. Terlebih bagi perempuan yang masih melajang di usia 30an.

Hidup sebagai perempuan lajang di usia 30an, kita harus siap menghadapi berbagai kenyataan serta stigma yang diberikan masyarakat kepada kita. Kebanyakan stigma yanng diberikan sangatlah negatif dan membuat kita tak nyaman. Memang tak mudah untuk menghadapi semua, tapi kita selalu punya kemampuan untuk senantiasa menguatkan diri dan bahu kita sendiri.

1. Dianggap Tidak Laku

Belum menikah di usia 30an kadang masih dianggap "tidak laku". Hm, memang sedih dan menyakitkan sekali bila kita dilabeli dengan cap ini. Kita dianggap tak lebih dari semacam barang dagangan. Meski menyakitkan dilabeli dengan stigma ini, kita tak perlu terlalu mengambil hati bila ada orang yang memberi kita anggapan ini. Biar saja. Toh, kita menjalani hidup kita tanpa merugikan orang lain, jadi ya sudah nikmati saja hidup ini dengan pilihan terbaik kita.

2. Dianggap Terlalu Jual Mahal

"Pemilih, sih." "Mau cari yang seperti apa lagi?" "Duh, sudah dijodohin dengan yang paling oke, masih aja sok jual mahal." Dianggap terlalu jual mahal bisa membuat kita tak nyaman. Padahal untuk memilih pasangan perlu kehati-hatian. Tidak mungkin kita menerima sembarang pria untuk dijadikan pasangan seumur hidup sebab masa depan dan kebahagiaan bisa jadi taruhannya.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

3. Dianggap Egois karena Mementingkan Karier

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/leszekglasner

Stigma terlalu sibuk bekerja atau mengejar gelar tinggi sehingga sulit menemukan jodoh juga tidak menyenangkan untuk diterima. Kita dianggap egois karena mementingkan kepentingan dan kebutuhan sendiri. Padahal kita hanya ingin melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Kita hanya ingin memaksimalkan potensi yang kita punya. Jadi, ketika ada yang memberi kita stigma seperti ini, kita perlu menguatkan hati dan diri kita dengan lebih kuat lagi.

4. Dianggap Tidak Butuh Orang Lain

Ada yang menyalahartikan kemandirian kita sebagai orang yang tidak butuh orang lain. Padahal tentu saja kita masih butuh bantuan orang lain. Menjadi perempuan mandiri bukan berarti kita tak butuh bantuan orang lain sama sekali. Bukan berarti kita tak butuh pasangan juga. Cuma kadang orang lain menganggap kita tak kunjung menikah karena terlalu "mandiri".

5. Dianggap Punya Standar (Jodoh) yang Ketinggian

Tiap orang pasti punya standar atau bayangan soal sosok jodoh paling ideal. Cuma kadang pada perempuan berusia 30an yang masih melajang, ada anggapan bahwa standarnya (soal jodoh) ketinggian. Kita dianggap terlalu banyak menuntut pada jodoh ideal, dan dianggap tidak "berkaca" sendiri. Padahal perjalanan menemukan jodoh tiap orang berbeda-beda. Ada yang menemukan jodohnya di usia 20an, ada juga yang menemukan cinta sejatinya di usia 30an. Jadi, semuanya ada waktunya yang paling tepat.

Menghadapi berbagai stigma yang menyakitkan memang tidak mudah. Meskipun begitu, kita selalu punya pilihan untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya tanpa merugikan orang lain. Semoga apa pun perjalanan dan perjuangan hidup yang sedang kamu jalani saat ini bisa menghadirkan kebahagiaan yang sesuai dengan yang kamu inginkan, ya.

#ElevateWomen