Tetap Berbaik Sangka meski Dihadang Ujian Menjelang Hari H Pernikahan

Endah Wijayanti diperbarui 29 Jun 2021, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.

***

Oleh: FL

Siapa tak bahagia diajak calon pasangan segera naik pelaminan? Aku rasa para perempuan pada umumnya akan merasa bahagia. Begitu halnya yang dirasakan saudaraku. Dia sangat bahagia ketika calon pasangannya menyampaikan niat kepada dia dan orang tuanya akan segera menikahinya tak lama lagi. Bulan Juni jadi bulan pilihan rencana awal.

Karena itulah semenjak awal tahun kedua pihak keluarga bersiap dan semangat mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk menggelar rencana pesta pernikahan. Kebetulan saudaraku dan calon pasangannya dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Bahkan calon pasangannya benar-benar mengandalkan pendapatannya sendiri untuk hidup dan biaya pernikahannya nanti. Hal ini dilakukan karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Sementara saudaraku dan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka harus hidup di kota rantau untuk berjualan di sana.

Ujian pertama datang, ketika Juni sudah di depan mata. Pendapatan yang seharusnya diterima calon pasangan saudaraku sebelum Juni ternyata "zonk" diterima. Uang yang dicadangkan untuk biaya  pernikahan di bulan Juni tidak jadi didapatkan karena alasan tak terduga.  Oleh sebab itulah dia memutuskan untuk mengundurkan hari dan tanggal pernikahan.

Untuk kembali memberi dia waktu mengumpulkan uang sebagai modal pernikahan. Dia menjanjikan setelah Idul Adha adalah waktu paling lama akan menikahi saudaraku. Dia keluarkan jerih payahnya semaksimal mungkin untuk bertanggung jawab dengan apa yang telah diucapkan.

Ujian kedua datang, sekitar satu bulan sebelum hari raya Idul Adha. Ibu dari saudaraku mengalami kecelakaan. Ibunya terjatuh dari tangga lantai 2. Kepalanya berdarah dan harus mendapat banyak jahitan. Tulang tangannya retak sehingga tidak bisa melakukan pekerjaan berat. Beliau merintih dan menangis kesakitan karena lukanya yang cukup berat.

2 dari 2 halaman

Tetap Mengupayakan yang Terbaik untuk Hari Indah

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Di sisi lain dokter yang menanganinya menyarankan untuk dilakukan rontgen dan biaya yang harus dikeluarkan cukup banyak. Pusing bukan? Berbulan-bulan uang ditabung mau digunakan sebagai biaya pernikahan saudaraku masa mau dibuang untuk berobat, padahal hari H pernikahannya sudah mendekat. Apalagi karena kecelakaan membuatnya tak bisa jualan lagi otomatis tak ada pendapatan yang masuk. Begitu kira-kira pusing yang dirasakan.

Karena itu beliau tidak mau rontgen di kota rantau, kota di mana beliau mengalami kecelakaan. Namun setelah diskusi dengan keluarga di kampungnya. Saudaraku dan orang tuanya pulang ke rumah asalnya dan memilih berobat di sini. Akhirnya berobatlah dengan biaya seminim mungkin agar bisa dipakai untuk biaya nikah saudaraku.

Ada hikmah kebaikan yang dilahirkan dari kejadian tersebut.  Hal inilah yang terus dijaga oleh hati mereka selama menghadapi ujian ini. Terjadinya kecelakaan ini pasti ada baiknya, mereka posisikan hati dan pikirannya untuk berbaik sangka.

Setidaknya sampai hari ini, terjadinya kecelakaan tersebut membuat saudaraku dan ibunya istirahat di rumah sementara ayahnya berangkat ke kota rantau sendirian untuk usaha mencari tambahan modal biaya nikah.

Keadaan ini menjadikan ibu saudaraku fokus dengan kesembuhan lukanya. Selain itu kesempatan berada di rumah, mereka manfaatkan untuk mulai mencari dan mengumpulkan perlengkapan yang dibutuhkan saat pesta pernikahan nanti, di antaranya:

1. Mereka merenovasi rumah karena acara akan digelar di rumah.

2. Mencari keberadaan ayah kandung saudaraku untuk kepentingan sebagai wali nikah. Saudaraku hidup di keluarga broken home dan selama ini ayahnya susah dihubungi via  mobile phone. Keberadaan mereka di rumah memberikan kesempatan mereka untuk berkoordinasi dengan keluarga ayahnya meminta bantuan untuk mencari solusi bersama.

3. Memesan dekorasi pernikahan, perias dan sewa baju pengantin serta juru masak untuk sajian para tamu.

4. Menyiapkan perlengkapan administrasi dan mendaftar pernikahan di instansi setempat.

Apa yang mereka lakukan tersebut  sangat berarti. Ternyata tidak satu dua hari selesai melakukan beberapa hal di atas. Ada yang mengharuskan beberapa kali pertemuan baru deal dan lengkap persyaratannya.

Seandainya tidak terjadi kecelakaan  mungkin mereka tidak berada di rumah dan tidak bisa melakukan persiapan  tersebut yang ternyata cukup ribet dan memakan waktu. Karena rencana awal, mereka baru akan  pulang ke rumah di kampung halamannya saat menjelang Idul Adha sedangkan acara pernikahan digelar satu minggu setelah Idul Adha.

Mereka sekarang tidak bisa membayangkan kekacauan yang akan terjadi ketika menyiapkan suatu acara dalam waktu terbatas dan terburu-buru serta harus melibatkan banyak orang ditambah lagi koordinasi hanya dilakukan jarak jauh mengandalkan smartphone dan bantuan keluarga yang punya kesibukan juga. Karena alasan biaya yang mengharuskan menyiapkan sendiri dan tidak bisa mempercayakan ke wedding organizer agar lebih praktis.

Adanya kecelakaan tersebut membuat mereka bersyukur karena bisa menghindari kekacauan yang mungkin terjadi dan lebih maksimal serta lebih teliti dalam menyiapkan hari H pernikahan. Semoga lancar acaranya 27 Juli nanti.

#ElevateWomen