Fimela.com, Jakarta Blue light dipancarkan dari smartphone, tablet, laptop, sampai layar televisi yang paparannya dapat mengubah kulit kita. Apa itu blue light? Adalah salah satu dari beberapa warna dalam spektrum cahaya yang nampak seperti Red, Orange, Yellow, Green, Blue, Indiho, Violet yang dikenal dengan singkatan ROY G BIV.
Spektrum warna di atas membuat cahaya putih yang menjadi sumber utama datangnya blue light. Bola lampu neon dan LED (light-emitting diode) juga mengeluarkan blue light. Dan sama seperti sinar ultraviolet atau UV pada matahari yang terkait dengan kerusakan kulit, blue ligth juga memengaruhi kulit kita.
"Salah satu alasan mengapa blue light menjadi perhatian adalah cahaya High Energy Visible (HEV) yang biasanya mengacu pada panjang gelombang biru pada spektrum cahaya tidak hanya berasal dari paparan sinar matahari tetapi juga layar komputer, ponsel, dan perangkat digital lainnya," jelas Dermatologist dan asisten profesor klinis dermatologi di New York University School of Medicine melansir dari allure.
Webmd.com menyebutkan jika penelitian menunjukkan blue light dari perangkat elektronik dapat menyebabkan perubahan pada sel kulit, termasuk penyusutan sampai kematian sel. Hal ini berimbas pada percepatan proses penuaan, bahkan eksposur sesingkat 60 menit juga sudah bisa memengaruhi kulit kita.
Menurut beberapa perkiraan, kita menghabiskan 50 persen hidup dengan menatap layar terutama selama pandemi Covid-19. Sebab itu, beberapa merek perawatan kulit favorit merilis produk penangkal blue light. Sebab menurut studi blue light berkontribusi pada pembentukan bintik-bintik cokelat pada kulit dan hiperpigmentasi seperti melasma.
"Kemungkinan besar juga terjadi photoaging dan pemecahan kolagen. Yang menyebabkan kerutan dan kelemahan kulit," tambah Marchbein.
What's On Fimela
powered by
Efek yang Tidak Langsung Terlihat
Tetapi efek di atas tidak selalu langsung terlihat. Seperti paparan sinar matahari, kerusakannya kumulatif. Selain itu blue light juga dapat memengaruhi siklus tidur yang berimbas pada gangguan ritem sirkadian sel-sel kulit.
Siklus regeneratif kulit kita bisa rusak dan berpotensi menyebabkan lebih banyak kerusakan kulit seiring berjalannya waktu seperti disebutkan dalam International Journal of Cosmetic Science. Penelitian tentang blue light yang memengaruhi kulit pun masih terus dilakukan namun sejauh ini para ahli kulit menemukan efek negatifnya.
Journal of Investigative Dermatology pada tahun 2010 menemukan bahkan mengekspos kulit dengan jumlah blue light yang kita dapatkan dari matahari menyebabkan lebih banyak pigmen, kemerahan, dan pembengkakan. Hasil studi ini pun menjadi rujukan ahli dermatologis di banyak negara.
Dalam studi tersebut, efeknya hanya diamati pada orang dengan warna kulit lebih gelap, tetapi para peneliti mencatat bahwa pigmentasi juga bertahan lama. "Studi ini benar-benar membuat kami menyadari jika blue light menghasilkan perubahan kulit yang terlihat, termasuk kemerahan dan pigmentasi," ujar dokter kulit di Miami dan founder perawatan Dr. Loretta Skincare, Loretta Ciraldo.
Bagaimana Blue Ligth Bekerja?
Jadi, sebenarnya apa yang dilakukan oleh blue light? Dermatologist memiliki bukti yang menunjukkan jika blue light tampak memicu kondisi kulit tertentu seperti melasma. Di mana kulit dirangsang untuk memproduksi lebih banyak pigmen.
"Ada juga bukti bahwa saat cahaya biru menembus kulit, spesies oksigen reaktif dihasilkan, yang menyebabkan kerusakan DNA, sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan kolagen dan elastin yang sehat serta pigmentasi," papar Marchbein.
Namun hingga kini masih belum ditentukan ambang batas secara umum kapan waktu yang dihabiskan di depan layar akan memengaruhi kulit kita. Sebab ada berbagai macam seberapa banyak cahaya biru yang dihadapi tergantung pada perangkat layar dan pengaturan yang digunakan sehingga tidak bisa mengkurnya dalam hitungan jam.
Beberapa penyelidikan lain tentang apa yang terjadi dengan akumulasi paparan blue light dari layar juga dipaparkan. Secara anekdot, beberapa dokter kulit mengatakan mereka telah melihat apa yang diyakini sebagai kerusakan kulit akibat blue light.
"Saya melihat pola baru hiperpigmentasi pada beberapa pasien dikhawatirkan berasal dari mendekatkan ponsel ke wajah mereka. Melasma sekarang lebih sering terjadi di sisi wajah daripada di pipi tengah, tempat yang paling sering terjadi," tutup Loretta Ciraldo.
Tertarik untuk mengulas topik ini lebih lanjut? Jangan lewatkan Fimela From Home x POND’s bersama dengan Danang Wisnu (Skin Care Reviewer) dan Dr. Melyawati SpKK ( Dermatologist ) yang akan diselenggarakan pada 28 Juni 2021.
Daftarkan langsung diri kamu ke sini
Simak Video Berikut
#Elevate Women