Fimela.com, Jakarta Memutuskan resign dari pekerjaan untuk fokus menjadi full time entrepreneur tidaklah mudah. Dibutuhkan banyak sekali pertimbangan karena berisiko tinggi untuk kehidupan ke depan.
Keputusan inilah yang diambil oleh Herlina Puspita Dewi, womenpreneur yang telah berkiprah selama 10 tahun di berbagai bidang bisnis, yakni buku dan dekorasi rumah. Jauh sebelum memulai berbisnis, Dewi merupakan seorang mantan manajer keuangan di sebuah proyek World Bank.
Setelah 7 tahun berkerja kantoran, di awal pernikahan Dewi memutuskan untuk membangun bisnis penerbitan buku. Ia mengatakan, motivasinya untuk berbisnis didorong karena keinginanya mempunyai waktu yang lebih fleksibel.
“Selain itu, sejak dulu aku juga memang suka membaca buku dan menulis blog. Dari situ aku kepikiran untuk membukukan tulisan-tulisanku menjadi sebuah buku. Akhirnya buku pertamaku aku terbitkan melalui penerbitanku sendiri, inilah yang mengawali lahirnya Stiletto Book,” cerita Dewi saat dihubungi langsung oleh Tim FIMELA.
Awal mula memulai bisnis
Didirikan pada tahun 2011, Stiletto Book merupakan penerbitan buku yang secera khusus menerbitkan buku bertema perempuan. “Karena segmennya perempuan, jadi topik yang diangkat juga seputar perempuan,” terangnya.
Tak disangka, antusiasme masyarakat terhadap buku dari Stiletto Book sangat bagus. Buku pertama karya Dewi yang berjudul ‘Mengelola Keuangan Pribadi untuk Perempuan’ laris manis. Sejak itu, banyak penulis yang menghubungi Dewi, ingin karya-karyanya juga diterbitkan.
Empat tahun berjalan, Dewi dan suami dikaruniai seorang anak, namun kecenderungan bisnis buku itu justru semakin merosot. “Bahkan pendapatan yang aku terima dari bisnis ini jauh lebih kecil daripada saat aku bekerja kantoran,” imbuh ibu dari satu anak itu.
Tak berhenti berinovasi
Dewi sempat menyesali keputusannya bahkan pernah terbesit untuk menutup bisnisnya, namun kegelisahaan itu segera ia tepis.
Perempuan asal Yogyakarta ini langsung bergerak lakukan inovasi membuat produk dekorasi rumah yang didesain dengan quotes bertemakan buku. Mulai dari totebag, sarung bantal, hingga poster dengan aksen quotes sebagai pemanis.
Pada awalnya, produk dekorasi rumah ini dijadikan sebagai merchandise dari pembelian buku. Namun tak disangka, kemerosotan pada bisnis pertamanya mengantarkannya pada passion sesungguhnya.
“Bahkan saat pertama kali launching, produk dekorasi rumah yang kunamai Stiletto Living, langsung terjual habis dalam sehari. Dari situlah awal mula eskpansi bisnis ke dekorasi rumah,” kata Dewi.
Berdayakan warga sekitar
Perkembangan bisnisnya membuat Dewi merasa sangat bersyukur. Karena tidak hanya memiliki waktu berkualitas bersama keluarga, Dewi kini juga mampu memberdayakan 25 warga di sekitar rumahnya sebagai karyawan di bagian produksi dan 12 tim di kantornya sebagai bagian operasional seperti Customer Service, Marketing, Quality Control, dan juga Tim Redaksi di Stiletto Book.
Bahkan, warga sekitar yang tak memiliki bekal ilmu dibidang kerajinan kayu, diajarkan dari nol oleh para perajin yang direkrut secara khusus oleh Dewi untuk membagikan ilmunya. “Dengan begitu maka kami berkembang bersama-sama,” tambahnya.
Selain itu, jika sebelumnya produk Stiletto Living dibuat di rumah masing-masing perajin. Kini Dewi berhasil memiliki lahan sendiri untuk menampung seluruh karyawan bekerja di rumah produksinya.
Ekspansi bisnis ke dekorasi kamar anak
Kesuksesan tersebut tak menghentikan Herlina untuk tetap berkembang. Perempuan kelahiran Wonosobo ini kembali melakukan ekspansi bisnis ke bidang dekorasi kamar anak bernama Stilokiddo. “Secara umum, produk dari Stilokiddo sama seperti Stilletto Living, hanya saja Stilokiddo dirancang khusus untuk para ibu yang ingin mendekorasi ruang anak,” kata dia.
Kini, fokus Dewi tidak hanya untuk warga sekitar tetapi juga turut memberdayakan UMKM lokal. Dalam beberapa kesempatan, Dewi kerap menjadi pembicara tentang mengembangkan bisnis. Seperti Womenwill yang diprakarsai oleh Google dan Rumah BUMN yang diprakarsai oleh BRI.
“Aku juga menulis buku ‘Entrepreneur Talks - Tujuh Strategi Mengembangkan Bisnis’ di mana aku bagikan perjalananku membangun usaha dan tips-tipsnya,” kata Dewi.
Kesuksesan bisnis tak terlepas dari kerja sama tim
Dalam menjalankan bisnis, Dewi tidak sendirian. Ia mengaku memiliki tim yang bertanggung jawab terhadap operasional pada masing-masing bisnisnya.
Menurutnya, memiliki bisnis bukan berarti semuanya harus dikerjakan sendiri. Tetapi juga harus melibatkan kerja sama tim yang solid. Untuk memiliki tim yang solid, para pebisnis harus selalu percaya pada timnya.
“Karena terkadang ada pebisnis yang mengerjakan apa-apa sendiri, tidak percaya pada timnya. Padahal kepercayaan adalah salah satu kunci dari tim yang solid,” kata Dewi.
“Pemimpin yang baik adalah seseorang yang bisa menciptakan pemimpin-pemimpin di bawahnya. Aku juga selalu menekankan pada timku bahwa kita semua sama pentingnya. Jadi dalam setiap meeting, semua tim pasti aku libatkan,” sambungnya.
Kunci sukses perempuan karir
Bagi Dewi, kunci sukses perempuan karir adalah dukungan dari pasangan dan keluarga. Selain itu, para perempuan juga tidak boleh membatasi diri untuk berkembang, terutama di era digital saat ini.
“Kebanyakan orang ngeluh tidak bisa menggunakan media sosial seperti Instagram karena gaptek soal teknologi. Padahal hal itu bisa terwujud jika memiliki kemauan untuk berusaha. Jadi tidak boleh malas, para pebisnis harus selalu upgrade ilmu,” ujarnya.
Memutuskan keluar dari pekerjaan kantoran untuk fokus ke bisnis tidaklah mudah, diperlukan pertimbangan yang matang. Dewi membagikan tips-tips khusus bagi para pemula sebelum memulai bisnisnya agar matang.
“Pertama, harus dibuat dulu roadmapnya, paling tidak sampai 5 tahun berbisnis. Semua tujuan harus ditulis secara lebih rinci dan bagaimana caranya untuk mewujudkan tujuan ini. Kedua, fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Nanti disana akan terlihat, ilmu apa yang dibutuhkan setiap tahunnya,” terangnya.
“Ketiga, jangan lupa lakukan evaluasi. Karena dengan evaluasi kita akan mengetahui kekurangan apa yang haurs dibenahi. Intinya adalah punya goal yang jelas, fokus, dan tahan banting.”
#Elevate Women