Vitiligo Bisa Sebabkan Depresi, Dukungan Positif Mempercepat Penyembuhan

Hilda Irach diperbarui 21 Jun 2021, 17:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Apakah kamu tahu Winnie Harlow, model cantik jebolan ajang America’s Next Top Model yang mendobrak pakem soal ‘kesempuranaan’ seorang model. Harlow merupakan seorang penyandang Vitiligo.

Vitiligo adalah kondisi kulit jangka panjang yang ditandai dengan bercak-bercak pada kulit dimana kulit kehilangan pigmennya. Saat ini, tercatat 0,1-2% revalensi Vitiligo atau setara dengan sekitar 5 juta penduduk yang mengalami Vitiligo. 

Penyebab pasti Vitiligo tidak diketahui, Namun dr. Sondang MHA Pandjaitan Sirait, SpKK(K), MPd.Ked, FINSDV, FAADV (Ketua Dermatapologi , KSM Dept Dermatologi dan Venerologi FKUI RSCM menegaskan bahwa penyakit ini tidak menular, karena bukan penyakit infeksi.

“Vitiligo juga bukan penyakit kutukan, itu hanya mitos. Faktor risiko  penyakit ini termasuk riwayat keluarga atau penyakit autoimun lainnya, seperti hipertiroidisme, alopecia areata, dan anemia pernisiosa,” ujar dr. Sondang dalam webinar Regenesis, Senin (21/06/2021).

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Pengobatan dan pencegahan

Dukungan positif dibutuhkan karena pengidap Vitiligo rentan terhadap stres, kecemasan, hingga depresi akibat mendapat stigma tertentu. (Foto: Instagram.com/Winnie Harlow).

Lebih lanjut, Sondang menambahkan bahwa Vitiligo merupakan penyakit kronis yang pengobatannya jangka panjang. Butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Salah satu pengobatannya antara lain dengan topical atau disinari. 

Untuk mencegah Vitiligo makin meluas, menurut Sondang, jika ada bercak putih pada kulit, tidak boleh digaruk atau digosok karena akan menyebabkan bercak putih makin meluas. Sebaiknya segera berobat agar penyakit ini bisa ditangani dengan baik. 

3 dari 3 halaman

Berisiko alami stres dan depresi

Dukungan positif dibutuhkan karena pengidap Vitiligo rentan terhadap stres, kecemasan, hingga depresi akibat mendapat stigma tertentu. (Foto: Instagram.com/Anthony Tran).

Selain dampaknya pada kulit, Vitiligo ternyata juga berdampak pada psikososial seperti stres,  kecemasan, hingga depresi karena mendapat stigma tertentu. Untuk itu, dibutuhkan support dari keluarga, lingkungan eksternal seperti teman, dan orang-orang terdekatnya.

“Dengan memberikan support mental, proses pengobatannya akan jauh lebih baik. Karena pada dasarnya pengobatan ini membutuhkan waktu yang lama.” kata Dr. Hanny Nilasari, SpKK(K) selaku ketua KSM Dept Dermatologi dan Venerologi FKUI.

Sebagai bentuk dari dukungan dan kepedulian terhadap pasien Vitiligo, Ron Pirolo General Manager Regenesis Indonesia mengatakan, PT. Regenesis Indonesia menghimpun sebuah gerakan untuk membantu para sahabat Vitiligo melalui Gerakan Self-Love Movement pada hari ini tepat pada Bulan Peringatan Hari Vitiligo Dunia.

“Melalui kampanye itu, kami berkomitmen untuk berkontribusi menjadi support system yang baik bagi para sahabat Vitiligo di Indonesia untuk membangun kepercayaan diri.” ujarnya.

“Dukungan dengan sharing, sukses story, dimana pasien yang bisa eksis dengan kondisinya dapat membangun kepercayaan diri sesama penderita Vitiligo.” tambah Emmy Noviawati, Sales & Marketing Director Regenesis.

 

#Elevate Women