Fimela.com, Jakarta Ada perbedaan signifikan antara cara mendidik anak pada generasi milenial dan boomer. Orangtua generasi boomer umumnya menganut gagasan bahwa pekerjaan mereka bukan untuk menghibur anak, tugas mereka adalah mencintai dan mendisiplinkan mereka.
Hanya dalam beberapa generasi, orangtua telah sangat meningkatkan jumlah waktu, perhatian, dan uang mereka untuk membesarkan anak. Para ibu melakukan pekerjaan sampingan di luar rumah, menghabiskan waktu yang sama untuk merawat anak mereka seperti yang dilakukan ibu-ibu yang tinggal di rumah pada tahun 1970-an.
Tapi orangtua generasi boomer didorong maju oleh feminisme gelombang kedua, saat perempuan memasuki dunia kerja secara massal, dan tingkat perceraian meningkat. Dilansir dari purewow.com, berikut ini adalah beberapa perbedaan mendasar cara mendidik anak antara generasi milenial dan boomer.
1. Orangtua milenial lebih tua
Di tahun 1980, usia rata-rata ibu pertama kali adalah 22 tahun. Saat ini, 26,69% boomer tinggal bersama pasangan dan setidaknya 1 anak mereka saat mencapai usia 38 tahun, tapi hanya 55% milenial yang melakukannya. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa perempuan menunggu lebih lama untuk melahirkan, dengan banyak yang menjadi ibu pertama kali di usia 40-an.
2. Orangtua milenial menghargai spesialisasi daripada kecakapan hidup
Anak-anak milenial memiliki daftar aktivitas yang sangat berbeda dari anak-anak boomer. Anak-anak biasa bergaul dengan lingkungan sekitar, memiliki pekerjaan, dan tugas musim panas, sedangkan saat ini, hanya 10% anak-anak yang berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, penurunan tajam dari beberapa dekade lalu.
Sekitar 40 tahun lalu, 58% remaja melakukan pekerjaan musim panas, sekarang hanya 35% yang melakukannya, dan pekerjaan sepulang sekolah adalah hal yang lebih langka. Alasannya bukan karena anak-anak milenial malas atau terlalu dimanjakan, itu karena mereka sibuk menjadi spesialis.
Jelas upaya untuk menjadi spesialis menyediakan lebih sedikit waktu untuk bebas bermain. Sebuah survei terbaru mengungkapkan bahwa 85% orangtua boomer percaya waktu bermain penting bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan emosional, sedangkan hanya 65% orangtua milenial yang melakukannya.
3. Orangtua milenial sangat bergantung pada teknologi
Sebuah jajak pendapat menemukan 20% orangtua milenial mengubah atau mempertimbangkan untuk mengubah nama bayi mereka berdasarkan nama domain yang tersedia. Tidak mungkin berbicara tentang pengasuhan anak modern tanpa mengakui cara teknologi telah merevolusinya.
Kabar baiknya adalah orangtua tahu lebih banyak tentang perkembangan anak, daripada sebelumnya. Google adalah kakek nenek baru, tetangga baru, dan pengasuh baru.
4. Orangtua milenial anti malu
Tanpa menyalahkan orangtua boomer, anak-anak di tahun 70-an dan 80-an menghadapi prasangka yang tidak bisa diterima hari ini. Orangtua milenial memiliki pemahaman yang lebih kuat tentang isu-isu sosial dan emosional.
Orangtua milenial juga telah membantu menghilangkan stigma dari segala hal, mulai dari neurodivergensi, hingga gangguan kesehatan mental. Mereka lebih bersedia mendukung dan mengadvokasi anak-anak mereka, mereka adalah pro terapi dan intervensi dini. Mereka juga menginginkan pembagian kerja rumah tangga yang lebih setara.
5. Orangtua milenial bertujuan untuk perceraian yang tidak terlalu beracun
Ketika berpisah, pasangan yang lebih muda lebih cenderung mencari mediasi daripada terlibat dalam pertempuran hukum yang sengit. Tujuan mediasi bukan menyelesaikan masalah dengan mengorbankan yang lain, ini agar kedua pihak mendapatkan kesepakatan yang dirasa dapat dijalani oleh keduanya.
#Elevate Women