Fimela.com, Jakarta Setiap kali kita melakukan perjalanan, selalu ada cerita yang berkesan. Bepergian atau mengunjungi sebuah tempat memberi kenangan tersendiri di dalam hati. Tiap orang pastinya punya pengalaman atau kisah tak terlupakan tentang sebuah perjalanan, seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Trip Story: Setiap Perjalanan Selalu Memiliki Cerita berikut ini.
***
Oleh: S
Tahun 2018. Aku sedang mengikuti kegiatan study tour dari kampus waktu itu. Akhir tahun keduaku, menjelang libur semester genap baru akan dimulai. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri hendak menjadi mahasiswa yang benar-benar baik tahun ini. Aku akan berusaha menikmati masa belajarku termasuk kegiatan study tour kali ini.
Aku juga akan meninggalkan kesan mendalam untuk perjalananku dan menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Walau sebenarnya aku sendiri yakin bahwa semua niat baikku itu akan gugur di tengah jalan. Biar pun begitu, aku tidak mau menyerah begitu saja. Tidak pada hari pertama keberangkatan dan begitu juga hari-hari selanjutnya.
Bali adalah tempat tujuan kami. Bali memang menawarkan banyak sekali pilihan tempat yang asyik dan menyenangkan untuk dijelajahi. Study tour ini menjadi kesempatan keduaku untuk kembali ke Bali. Pertama kali pada saat sekolah menengah, kegiatan study tour juga. Tidak banyak yang bisa aku lakukan saat itu. Semua serba terburu-buru—karena dibatasi jadwal kegiatan dan serba tidak sempat—main-main ataupun sekadar mengambil foto seperti para pengunjung lain. Bisa dikatakan, aku jadi tidak punya arsip perjalanan untuk pengalaman baru tersebut selain karya tulis yang wajib diserahkan pada pihak sekolah.
Hari pertama, kedua dan ketiga terlewati. Menandakan tempat-tempat wajib yang kami telah pilih untuk kunjungan sudah selesai. Menjadi mahasiswa yang baik tidak sepenuhnya mudah, kenyataannya aku membuat banyak tekad yang aku ingkari. Aku sudah mengerahkan tenaga dan pikiran untuk menerima asupan ilmu. Jadi begitu ada topik yang tidak aku pahami dan aku merasa tertarik, aku akan langsung bertanya pada sesi diskusi. Hanya saja mengantuk, bosan, lelah, membuat siapa pun ingin menyudahi kegiatan kunjungan ini. Terkecuali untuk mahasiswa-mahasiswa yang benar-benar memiliki etos semangat belajar tinggi dan kebanyakan duduknya di kursi depan sana. Sedangkan aku, aku sendiri cukup menghormatinya dengan menyimak diskusi mereka secara khidmat.
Tentang Pertemanan
Rasanya menjadi aneh ketika mengobrol dengan orang asing di tempat baru—sekalipun itu adalah teman satu jurusan. Aneh karena memang tidak pernah dekat sebelum-sebelumnya. Aku jadi tidak bisa membayangkan bila harus pergi berwisata sendirian di suatu kesempatan berikutnya tanpa orang yang aku kenal. Meski begitu, terlepas dari hubungan di awal yang dirasa aneh dan canggung, bisa berubah menjadi menyenangkan.
Seperti kenyataan bahwa aku dan salah seorang mahasiswa satu jurusan yang tidak diketahui namanya—kebetulan duduk di dalam bus yang sama sesuai pembagian kursi—telah terlibat percakapan berjam-jam tentang banyak hal. Lebih dari itu, berbicara dan bercerita memang bukan keahlianku. Jadinya, aku lebih banyak mendengarkan dengan suka cita. Cukup menyediakan telinga, dan menjadi pendengar yang baik. Aku rasa jawaban dari kenapa kami bisa melakukan percakapan sampai berjam-jam adalah karena kami memiliki kesamaan dalam memilah topik yang patut untuk diangkat dan didiskusikan.
Setelah aku coba memikirkannya, mungkin bisa dikatakan aku berhasil menjadi teman yang menyenangkan untuk sebagian orang, seperti memulai dengan menjadi pendengar yang baik. Sekali lagi berbicara dan bercerita memang bukan keahlianku, tapi menjadi pendengar yang bijak rasanya cukup untuk bekal memulai sebuah pertemanan.
Di saat dunia mengunci diri, janganlah kita menutup hati. Begitu dalam penggalan lirik lagu Bali Kembali. Dimulai dari Bali, hingga kembali ke Bali. Aku mendapati bahwa di setiap langkah perjalanan akan selalu muncul pelajaran sebagai panduan. Seperti belajar untuk menerima uluran pertemanan misalnya.
#ElevateWomen