Fimela.com, Jakarta Sekolah Tatap Muka ditanggapi beragam oleh para orangtua murid. Presiden Jokowi pun menjelaskan istilah Sekolah Tatap Muka pada masyarakat agar terjadi kesepakatan pemahaman.
“Yang selama ini kurang tepat, yang benar namanya Sekolah Tatap Muka Terbatas. Artinya apa? Satu kelas hanya diisi 25 persen, maksimal pembelajaran 2 jam dan 1 minggu hanya 2 kali,” kata Jokowi dalam pertemuan dengan pimpinan media di Istana Merdeka, Senin (7/6/2021) melansir dari Liputan6.com.
Menurutnya pelaksanaan Sekolah Tatap Muka Terbatas harus mulai dicoba. Dengan syarat melihat kondisi wilayah yang sudah terkendali.
“Harus mulai dicoba. Negara lain sudah melakukan Sekolah Tatap Muka. Tapi harus ketat protocol Kesehatan,” tambahnya.
Sekolah Tatap Muka Terbatas ini juga menurut dia bisa meringankan beban orangtua, murid dan guru. Karena bagaimanapun pembelajaran tatap muka masih tetap diperlukan.
What's On Fimela
powered by
PPKM Mikro Efektif
Mengenai beberapa daerah yang mengalami lonjakan kasus yang berlipat-lipat diakui Jokowi sebagai imbas dari libur lebaran. “Sudah empat kali, kalau setiap habis liburan selalu kasus naik,” ujar Jokowi.
Menurutnya kota-kota yang saat ini mengalami lonjakan peningkatan kasus Covid-19 terlihat dari Bed Occupancy Rate (BOR) atau kapasitas tempat tidur rumah sakit yang di atas 50 persen. Rata-rata BOR nasional yang sebelumnya 32 persen kini menjadi 80 persen.
Menurut Jokowi pemerintah pernah belajar langsung dari India yang pernah mengalami kasus tinggi kemudian turun. Penurunan terjadi karena India melakukan pembatasan di tingkat lokal. Tapi karena ada acara ritual kemudian India mengalami lonjakan lagi.
Sejauh ini menurut Jokowi pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro masih efektif untuk mencegah penyebaran virus covid-19.
“Kita di bulan Januari sampai Mei turun di bawah 100 ribu. Kita pernah Oktober 176 ribu. Sumbernya selalu setelah lbur Panjang, sudah empat kali,” katanya.