Fimela.com, Jakarta Anak-anak sangat membutuhkan cinta, kasih sayang, dan rasa aman dari orang tuanya. Namun sayangnya, tidak jarang orangtua yang menunjukkan pertengkaran berupa adu pendapat di depan anak.
Meskipun adu pendapat dalam rumah tangga merupakan hal yang normal, namun jika peristiwa tersebut terjadi intens dan disaksikan oleh anak secara berulang, hal akan berpengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik si kecil.
Bahkan, bisa berdampak buruk untuk kesehatan mental anak dalam jangka panjang. Apalagi jika argumen tersebut disertai dengan penghinaan, ancaman perceraian, segala bentuk agresi, menarik diri, hingga kapitulasi.
Lebih lanjut, berikut ini beberapa dampak buruk adu argumen di depan anak, untuk kesehatan mental jangka panjang, seperti yang dilansir dari Very Well Family.
1. Penurunan kinerja kognitif
Sebuah studi tahun 2013 yang diterbitkan dalam Child Development menemukan bahwa stres yang terkait dengan tinggal di rumah dengan konflik tinggi dapat mengganggu kinerja kognitif anak.
Para peneliti juga menemukan, bahwa ketika orang tua sering bertengkar, anak-anak lebih sulit mengatur perhatian dan emosi mereka.
2. Masalah hubungan
Melihat orang tua yang beradu argumen memungkinkan anak-anak memperlakukan orang lain dengan permusuhan. Mereka akan cenderung bersikap hal yang sama seperti ketika mereka melihat orang tua bertengkar.
What's On Fimela
powered by
3. Masalah perilaku
Konflik orangtua telah dikaitkan dengan peningkatan agresi, kenakalan, dan masalah perilaku pada anak-anak. Selain itu, anak-anak lebih cenderung memiliki masalah sosial dan peningkatan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan sekolah.
4. Gangguan makan dan masalah fisik
Beberapa penelitian telah mengaitkan gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia, dengan perselisihan orang tua yang tinggi. Seorang anak mungkin juga memiliki efek fisik dari perkelahian, seperti masalah tidur, sakit perut, atau sakit kepala.
5. Penggunaan zat
Para peneliti telah menemukan bahwa tinggal di rumah dengan tingkat konflik yang tinggi meningkatkan kemungkinan merokok, pesta minuman keras, dan penggunaan ganja, dibandingkan dengan keluarga orangtua yang menikah dengan konflik rendah.
6. Pandangan negatif tentang kehidupan
Anak-anak yang dibesarkan di rumah dengan konflik tinggi cenderung memiliki pandangan negatif tentang hubungan keluarga mereka. Mereka juga cenderung melihat diri mereka sendiri secara negatif.
Sebuah studi 2012 yang diterbitkan dalam Journal of Youth and Adolescence menemukan bahwa anak-anak yang terpapar pertengkaran orang tua juga lebih cenderung memiliki harga diri yang rendah.
#Elevate Women