Fimela.com, Jakarta Setiap kali kita melakukan perjalanan, selalu ada cerita yang berkesan. Bepergian atau mengunjungi sebuah tempat memberi kenangan tersendiri di dalam hati. Tiap orang pastinya punya pengalaman atau kisah tak terlupakan tentang sebuah perjalanan, seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Trip Story: Setiap Perjalanan Selalu Memiliki Cerita berikut ini.
***
Oleh: Anna Marie Happy
Perjalanan memang terasa menyenangkan. Namun bila melakukan perjalanan yang begitu-begitu saja, perjalanan justru jadi membosankan. Itulah saatnya mencari warna baru perjalanan.
Saya sangat suka piknik, jalan-jalan, travelling, atau apa pun namanya. Intinya melakukan perjalanan menuju suatu tempat sambil menyegarkan pikiran yang lelah karena rutinitas.
Sejak kuliah, saya senang jalan-jalan, walau hanya keliling kota, menjelajah desa atau ke kota tetangga. Kesenangan saya jalan-jalan ini karena sewaktu kecil saya jarang jalan-jalan. Saat itu kondisi perekonomian keluarga memang kurang baik. Saya cuma beberapa kali perjalanan ke luar kota seperti Sukabumi, Situbondo, Bali, Jakarta, Surabaya, beberapa kota di antaranya ketika saya masih balita sehingga tidak terlalu banyak yang saya ingat.
Kurangnya jalan-jalan membuat saya iri dengan teman-teman yang sering jalan-jalan walaupun hanya ke Yogyakarta atau Semarang. Karena itulah saya bertekad, saya harus bisa jalan-jalan bahkan bisa menjelajah dunia.
Kesempatan jalan-jalan datang saat saya sudah bekerja. Saya kutu loncat, pindah dari satu kota ke kota lain. Saya pernah bekerja di Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan Solo. Di kota-kota itulah saya menjelajah kota-kota tetangga seperti Bantul, Kulonprogo, Bandung, Bogor, dan Sidoarjo.
Karena satu dan lain hal, saya berhenti merantau, pulang kampung ke Wonosobo. Wonosobo memang tidak seramai kota-kota yang pernah saya tinggali. Saat jenuh dengan pekerjaan, saya mengunjungi Yogyakarta sekadar melihat suasana kota, mampir ke mall atau mencicipi kuliner kekinian yang tidak ada di Wonosobo. Kadang saya mencicipi kuliner yang pernah menjadi kenangan saat tinggal di Yogyakarta.
Perjalanan cukup sehari menggunakan jasa travel dari Wonosobo. Sesampainya di Yogyakarta saya menggunakan Trans Jogja atau ojek online. Sesekali naik bus kota. Saya melakukan perjalanan sendiri karena solo travelling membuat saya lebih bebas.
Selain kulineran makan di tempat, saya juga suka membawa oleh-oleh terutama kue-kue. Karena itu saya selalu mampir ke toko kue atau mall membeli kue-kue untuk dinikmati di Wonosobo.
Tanpa terasa pola perjalanan saya selalu berulang, berangkat, jalan-jalan, kulineran kemudian beli oleh-oleh selanjutnya pulang ke Wonosobo. Karena menggunakan travel, jalan yang dilewati pun jalan yang itu-itu saja. Sampai akhirnya saya merasa jenuh dan butuh tempat baru untuk berlibur.
Saya kemudian liburan ke Magelang, tetapi lagi-lagi dengan pola yang sama. Kemudian saya kembali liburan ke Yogyakarta, kali ini ke Bonbin Gembira Loka. Saya suka binatang jadi senang melihat tingkah polah binatang. Tapi karena cuaca panas dan area Bonbin yang ditempuh dengan jalan kaki membuat saya lelah dan sakit kepala. Ujung-ujungnya liburan jadi tidak memuaskan.
Selanjutnya saya memilih Semarang sebagai tujuan. Walaupun polanya sama, tetapi saya merasa perjalanan saya tidak membosankan seperti perjalanan sebelumnya.
Saya memang jarang melakukan perjalanan jauh karena saya harus menjaga orang tua sehingga tidak bisa menginap. Perjalanan jauh sejak saya pulang ke Wonosobo hanya ke pernikahan saudara di Malang dan liburan ke Singapura menggunakan open trip. Itupun saya minta tolong saudara untuk menemani ibu selama saya tidak di rumah.
Pandemi mengubah segalanya. Pandemi membuat saya puasa jalan-jalan, hanya keliling Wonosobo dan menikmati kuliner yang belum pernah saya coba. Ada kalanya saya rindu perjalanan, tapi rasa malas lebih sering menyerang. Bukan hanya malas karena takut tertular Corona, kadang saya malas membayangkan perjalanan yang begitu-begitu saja, melewati jalanan yang itu-itu saja. Ujung-ujungnya saya jadi bosan.
Selama pandemi saya menemukan cara baru melepas rindu perjalanan yaitu melalui perjalanan virtual. Saya memanfaatkan youtube dan Gmaps untuk piknik, kulineran, dan bernostalgia. Melalui perjalanan virtual ini saya menemukan tempat-tempat baru yang sebelumnya tidak pernah saya ketahui.
Bukan hanya Indonesia, saya juga menjelajah luar negeri secara virtual. Negara-negara yang belum bisa saya kunjungi, bisa saya nikmati secara virtual. Melalui perjalanan virtual ini saya menemukan kebahagiaan, bisa menikmati dunia tanpa harus membuang banyak biaya, waktu, dan tenaga.
Seringkali perjalanan nyata membutuhkan banyak persiapan baik itu biaya, memesan tiket transportasi dan hotel sambal memikirkan obyek wisata yang dituju. Hal itu bikin lelah fisik maupun pikiran. Sementara perjalanan virtual hanya butuh gadget dan koneksi internet.
Selama puasa perjalanan saya menemukan makna bahwa perjalanan menjadi membosankan dan melelahkan bila itu dijadikan rutinitas. Apalagi kalau tanpa persiapan dan memaksakan diri. Niat melepas penat malah bikin stres. Perjalanan adalah investasi memori, begitu kata Claudia Kaunang. Karena itu jadikan perjalanan bukan sebagai rutinitas yang membosankan tetapi buatlah memori berkesan dari perjalanan itu.
Sambil menunggu pandemi usai, saya berinvestasi menggunakan instrumen investasi yang belum pernah saya gunakan seperti reksadana. Suatu saat saya ingin menikmati perjalanan dan tujuan yang luar biasa yang belum pernah saya alami.