Fimela.com, Jakarta Para orangtua khususnya ibu sering kali merasa kesulitan memulai pembicaraan tentang menstruasi pada anak. Hal ini dikarenakan pembicaraan menstruasi masih dinilai tabu di tengah masyarakat.
Menurut data dari UNICEF, 1 dari 4 anak di Indonesia tidak pernah menerima informasi tentang menstruasi. Padahal berdasarkan data dari DITPSD tahun 2017, lebih dari 90 persen anak perempuan percaya kepada orangtua dan guru sebagai sumber informasi mereka daripada internet.
Ini artinya, ibu memiliki peran besar dalam mendiskusikan tentang menstruasi pada anak sebelum masa pubertasnya. Sebab, menurut Psikolog Klinis dan Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Wilayah Jakarta, Anna Surti Ariani, kesalahpahaman remaja tentang menstruasi justru mengurangi kualitas hidup mereka.
“Kalau kita tidak bicara tentang mentruasi kepada anak remaja kita, sama saja kita melakukan kekerasan karena mengurangi kualitas hidup mereka. Selain itu, jika tak dibicarakan, anak akan mengalami emosi negatif, ketidaksiapan, dan kesalahpahaman.” kata Anna.
Namun, tak sedikit ibu yang bingung cara memulai pembicaraan tentang menstruasi pada anak mereka. Oleh karena itu, berikut ini tips memulai diskusi menstruasi pada anak seperti yang dibagikan oleh psikolog.
1. Ingat, ibu yang paling diharapkan membicarakan topik ini
Ibu adalah sumber informasi tentang ‘menstruasi’ yang paling diharapkan oleh anak perempuan. Karena itu, ibu perlu membekali diri dengan pemahaman yang tepat tentang menstruasi.
Ibu perlu paham mana yang MITOS dan mana yang FAKTA tentang menstruasi. Pastikan kamu juga membekali diri dengan cara berkomunikas tentang menstruasi pada anak.
2. Bicara menstruasi tidak tabu
Pembicaraan tentang menstruasi penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi perempuan generasi penerus bangsa.
3. Lakukan berulang kali
Jangan berpikir topik menstruasi bisa dibicarakan dalam 1 kali pertemuan saja. Topik menstruasi dapat dibicarakan sejak ada tanda-tanda awal pubertas atau sebelumnya. Sesuaikan pula pembicaraan dengan usianya.
4. Bersikap positif
Isu-isu pubertas, termasuk menstruasi bisa menjadi topik yang sensitif untuk remaja. Kadang-kadang ketika kita ingin memulai diskusi menstruasi, anak mudah marah.
“Jadi penting sekali untuk para ibu bersikap positif dan tetap tersenyum saat berbicara tentang menstruasi pada anak,” kata Anna.
5. Banyak bertanya dan berdiskusi
Alih-alih memberinya nasihat, ajak dia berdiskusi dan buat dia bertanya lebih banyak. Ibu bisa berbagi pengalaman atau cerita saat pertama kali menstruasi secara positif.
Jika tak siap menjawab pertanyaan anak, katakan padanya bahwa ibu memerlukan waktu berpikir dahulu. Setelahnya, cari informasi dan jawablah.
Pada umumnya pertanyaan yang diajukan di antaranya seperti bagaimana menstruasi bisa terjadi, tanda-tanda menstruasi, mengapa laki-laki tidak menstruasi, dan lain sebagainya.
6. Jelaskan secara kongkrit
Gunakan gambar anatomi tubuh sederhana sembari menjelaskan. Tunjukkan juga pembalut dan ajari cara menggunakannya. Agar lebih seru, lakukan dengan games, misalnya dengan games Menstrual Maze.
7. Jelaskan juga kepada anak laki-laki
Tujuannya agar anak laki-laki dapat lebih menghargai dan memahami perempuan. Selain itu, anak laki-laki diharapkan tidak mengejek atau mempermalukan anak perempuan yang sedang menstruasi, namun dapat memberikan bantuan.
“Misalnya ketika ada anak perempuan yang bocor, teman laki-lakinya bisa siaga ikut menutupi teman perempuan yang mengalami bocor menstruasi di roknya. Contoh bantuan lain misalnya dengan membawakan minuman hangat untuk teman yang lesu karena menstruasi.” terang Anna.
#Elevate Women