Depresi dengan Perubahan Rutinitas karena Pandemi COVID-19, Perempuan Ini Putuskan Mengasingkan Diri ke Pulau

Annissa Wulan diperbarui 26 Mei 2021, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Saat COVID-19 memasuki Karibia pada awal tahun 2020, pemerintah Barbados dengan cepat bertindak. Implementasi awal dari jarak sosial dan pemakaian masker berarti bahwa pulau tersebut dapat mengurangi efek pandemi di negara tersebut dan memiliki layanan kesehatan yang kuat.

Namun, negara itu tidak kebal terhadap dampak keuangan yang ditimbulkan oleh pandemi, terutama pada bulan Juli 2020. Negara itu melaporkan pertumbuhan PDB yang diusulkan sebesar -5,8%. Sejak itu, kementerian keuangan memperkirakan bahwa COVID-19 telah membuat negara itu mundur sekitar 4 tahun dalam hal PDB.

Karena pekerjaan pariwisata hilang dan harga makanan meningkat, para pejabat bertindak cepat untuk mengimbangi kerugian tersebut. Pada bulan Agustus 2020, Barbados membuka perbatasannya bagi para pekerja jarak jauh dan pengembara digital dengan peluncuran visa Stempel Selamat Datang, sebuah upaya untuk menutupi sebagian dari pendapatan pariwisata yang hilang di pulau itu.

Pada bulan September 2020, Pulau Karibia telah menghasilkan lebih dari 1 juta dolar hanya dari biaya visa. Stempel Selamat Datang memungkinkan pelamar yang memenuhi kriteria visa untuk pindah ke pulang selama 12 bulan dengan pilihan perpanjangan.

Saat pandemi melanda Inggris, Lee Yeaman bekerja sebagai dosen di perguruan tinggi pendidikan lanjutan di Skotlandia. Lee telah berpikir untuk membuat perubahan karier selama beberapa waktu, tapi tidak pernah mengambil ide itu terlalu serius.

Pandemi COVID-19 dan perubahan dramatis dalam kondisi kerja mengubah segalanya. Lee yang awalnya beralih dari situasi kerja dari rumah dengan rencana sementara untuk kembali bekerja beberapa minggu kemudian, merasa kewalahan.

Lee adalah orangtua tunggal dari seorang balita bernama Leo. Minggu-minggu berlalu dan terbukti sekolahnya tidak akan kembali normal seperti yang diharapkan, isolasi sosial berlanjut.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Lee merasakan depresi setelah rutinitas berubah memasuki pandemi COVID-19

Lee kewalahan dengan rutintas barunya memasuki pandemi COVID-19 dan tidak pernah terbayangkan ia akan pindah ke sebuah pulau bersama anaknya. Simak di sini kisahnya.

Bekerja penuh waktu dari rumah dengan Leo di ruang terbatas menjadi terlalu berat bagi Lee. Ia menderita serangan kecemasan hebat yang membuatnya dirawat di rumah sakit pada bulan April dan ia menjadi tahu bahwa ada yang harus diubah.

Selama berminggu-minggu berikutnya, Lee meninggalkan pekerjaannya dan mulai bekerja membangun bisnis yang dapat dioperasikan dari jarak jauh. Ia mulai bekerja lepas sebagai jurnalis dan penulis, serta baru-baru ini menjadi pelatih kehidupan bersertifikat.

Lee menyadari bahwa dirinya bukan satu-satunya orang yang mengevaluasi kembali kehidupannya selama pandemi COVID-19. Ia ingin memberi kemabli kepada orang lain, terutama perempuan lain yang ingin membuat perubahan besar dalam hidup mereka.

Sekitar waktu itulah, Lee melihat iklan untuk visa Stempel Selamat Datang Barbados dan mengajukan lamarannya pada bulan Desember 2020. Dari awal hingga selesai, prosesnya cepat, efisien, dan berjalan sangat lancar, sehingga membuat Lee bertanya-tanya apakah hal ini bisa menjadi kenyataan.

Segera setelah membayar, visa elektronik dikirim melalui email, dan sistemnya berjalan. Lee mengemasi rumahnya, mengamankan sewa di Barbados, dan memesan penerbangan, tes PCR, dan akomodasi karantinas untuk Leo dan dirinya.

Sekarang, Lee telah berada di Barbados selama beberapa bulan. Pertama, mereka harus memberikan nama dan lokasi karantina, sehingga petugas di bandara bisa memastikannya di sistem.

Lalu, mereka diberi gelang elektronik dan ada staf yang akan membantu mengatur aplikasi yang terhubung ke gelang untuk memonitor lokasi setiap pendatang. Setiap pagi dan sore hari, para pendatang harus memasukkan suhu tubuh dan melaporkan jika memiliki potensi gejala COVID-19.

3 dari 3 halaman

Lee memutuskan pindah ke Barbados bersama Leo dan betah

Lee kewalahan dengan rutintas barunya memasuki pandemi COVID-19 dan tidak pernah terbayangkan ia akan pindah ke sebuah pulau bersama anaknya. Simak di sini kisahnya.

Hotel tempat Lee dan Leo dikarantina sangat bagus. Di sana ada kolam renang pribadi dan pengiriman makanan.

Lima hari setelah dinyatakan negatif melalui tes PCR, Lee dan Leo keluar dari karantina dan menuju rumah baru mereka. Saat itu, Barbados telah mengumumkan penguncian selama 4 minggu, 2 minggu sebelum Lee dan Leo tiba dan semua yang ada di pulau itu ditutup.

Barbados dibuka sepenuhnya pada bulan April dan Leo mulai bersekolah setelah Paskah. Tidak lama kemudian, gunung api La Soufrière meletus dan dampaknya sangat mencekam.

Kepanikan di pulau tersebut begitu parah. Sepanjang kekacauan yang terjadi, pemerintah Barbados bekerja tanpa lelah, sedangkan penduduknnya bekerja sama untuk membantu pembersihan dan para tetangga.

Melalui ini semua, Lee tidak pernah berpikir untuk kembali ke Inggris. Kehidupannya di Barbados jauh dari kehidupan lamanya.

Ia dan Leo bertemu orang baru dan melihat hal-hal baru yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Rasa kebersamaan di tempat itu sangat luar biasa dan meskipun Lee hanya pergi berdua dengan Leo, ia tidak pernah merasa kesepian.

Lee bisa melihat dirinya dengan cara yang berbeda. Ia merasa lebih bahagia tinggal di Barbados, daripada di rumahnya.

#Elevate Women