Fimela.com, Jakarta Lady Gaga mengaku mengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau Gangguan Stress Pasca Trauma ketika dia dilecehkan secara seksual pada usia 19 tahun oleh seorang produser musik. Bahkan pintang pop dan aktris itu mengatakan bahwa sang produser memperkosanya hingga hamil.
Hal ini diungkapkannya dalam sebuah episode serial kesehatan mental Prince Harry and Oprah Winfrey’s Apple TV+, The Me You Can’t See Me. Lady Gaga, yang bernama asli Stefani Germanotta itu mengatakan saat dirinya berusia 19 tahun dan telah bekerja di industri musik, seorang produser memintanya membuka pakaiannya.
"Dan aku berkata tidak, aku memilih pergi. Namun mereka mengatakan kepadaku bahwa mereka akan membakar semua musikku. Dan mereka tidak berhenti. Mereka tidak berhenti memintaku melakukannya, saat itu aku hanya membeku. Bahkan aku tidak ingat,” kata dia dikutip Daily News.
Pelantun ‘Poker Face’ itu mengatakan dirinya pingsan saat penyerangan. Di tengah penyakit yang dirasakannya karena dianiaya, Lady Gaga justru dikurung di studio selama berbulan-bulan.
Meninggalkan trauma mendalam
Gaga tidak menyebutkan nama produser yang telah melecehkannya karena takut bertemu dengannya lagi. Namun, insiden itu meninggalkan bekas luka yang mendalam. Tak hanya secara fisik, tetapi juga emosional yang bertahan hingga hari ini.
Karena hal tersebut, Lady Gaga didiagnosa Gangguan Stress Pasca Trauma atau PTSD. Gangguan mentalnya ini membuat dirinya kerap merasakan sakit fisik yang serupa ketika ia diperkosa. Bahkan tak jarang membuat sekujur tubuhnya mati rasa.
"Pertama saya merasakan sakit penuh kemudian saya mati rasa dan kemudian saya sakit selama berminggu-minggu dan berminggu-minggu kemudian dan saya menyadari bahwa itu adalah rasa sakit yang sama yang saya rasakan ketika orang yang memperkosa saya,” ujar perempuan berusia 35 tahun itu.
Tak hanya itu, gangguan ini juga membuatnya selalu ingin menyakiti diri sendiri. Kemana pun ia pergi, ia selalu berpikir tidak berharga dan harus mati. Gaga kerap kali menyakiti diri sendiri dengan melemparkan dirinya sendiri ke dinding.
Proses pemulihan
Proses pemulihannya memakan waktu lama, Gaga mengaku bahwa dia masih berusaha mengatasi gangguannya ketika dia menerima Oscar untuk A Star Is Born pada tahun 2019.
Untuk membantu mengatasi trauma yang dideritanya, Gaga menjelaskan ia selalu menyempatkan diri untuk melakukan terapi. “Dan aku terus berkata pada diri sendiri, bahwa Stefani berani, kamu harus lebih berani,” ungkapnya.
Meskipun merasa di tempat yang lebih baik sekarang, dia mengakui bahwa dia masih berjuang dengan kesehatan mentalnya. Selain didiagnosis dengan PTSD, dia juga didiagnosis fibromyalgia, suatu kondisi yang menyebabkan rasa sakit yang meluas dan kelelahan yang ekstrem.
Selain melakukan terapi, Gaga mengatakan obat-obatan juga membantunya. “Obat sangat membantuku. Aku selalu minum obat antipsikotik, jika tidak maka aku akan sangat sering berputar dan kejang-kejang saat tidur.” kata dia.
Apa itu Gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD)?
Melansir dari Healthline, Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang disebabkan oleh peristiwa yang sangat menegangkan, menakutkan, atau menyedihkan.
Orang dengan PTSD sering mengalami mimpi buruk dan kilas balik pada peristiwa traumatis dan dapat mengalami insomnia dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Selain itu, penderita PTSD dapat mengalami depresi dan serangan panik.
PTSD dapat mengganggu aktivitas normal dan kemampuan untuk berfungsi. Kata-kata, suara, atau situasi yang mengingatkanmu pada trauma dapat memicu gejala tersebut.
Menurut American Psychiatric Association (APA), perempuan dua kali lebih mungkin terkena PTSD dibandingkan pria, dan gejalanya sedikit berbeda. Perempuan mungkin merasa lebih cemas, tertekan, hingga mati rasa. Selain itu, gejala perempuan bertahan lebih lama daripada pria. Rata-rata perempuan menunggu 4 tahun untuk menemui dokter, sementara pria hanya dalam waktu 1 tahun.
Apa pengobatan untuk penderita PTSD?
Psikoterapi adalah alat penting untuk membantumu mengatasi gejala PTSD. Sebab, psikoterapi dapat membantumu mengidentifikasi pemicu gejala, mengelola gejala, dan menghadapi ketakutanmu. Dukungan dari teman dan keluarga juga membantu.
Mempelajari tentang PTSD akan membantumu memahami perasaan dan mengatasinya secara efektif. Menjalani gaya hidup sehat dan menjaga diri sendiri juga akan membantu mengatasi PTSD.
Bergabung dengan komunitas PTSD juga bisa membantumu untuk mengatasi hal ini. Ini dapat membantumu memahami bahwa kamu tidak sendirian. Jika kamu didiagnosis dengan PTSD, penyedia layanan kesehatan kemungkinan akan meresepkan terapi, obat-obatan, atau kombinasi dari kedua perawatan tersebut.
#Elevate Women