Kecanduan Alkohol sampai Hampir Mati, Pria Kisahkan Perjalanan Panjangnya untuk Sembuh

Annissa Wulan diperbarui 16 Mei 2021, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Mungkin tampaknya tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa Sam Thomas tidak tahu bahwa dirinya ketergantungan alkohol, sampai ia mencoba berhenti minum. Walaupun ia sadar bahwa ia minum setiap malam, Sam yakin konsumsinya tidak cukup untuk dianggap sebagai ketergantungan alkohol.

Sejauh yang diketahuinya, ia mungkin harus istirahat dari anggur, jadi itulah yang dilakukannya, mengambil waktu pantangan dadakan. Tak lama kemudian, Sam merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada tubuhnya.

Satu waktu, Sam tidak mengendalikan tubuhnya, ia sangat berkeringat, tangannya bergetar dengan sangat hebat, dan kakinya goyah. Sebelum ia menyadarinya, ia sudah berada di ambulans dan menit berikutnya, ia berada di rumah sakit.

Setelah diperiksa, semuanya tampak normal, sehingga dokter berpikir tidak ada hal lain yang perlu diobservasi, dan Sam diminta pulang kerumah. Perlu dua kali masuk rumah sakit, sebelum akhirnya polanya muncul dan terlihat.

Selama periode 5 bulan, kondisi mental Sam memburuk secara dramatis. Selama waktu tersebut, Sam berusaha untuk berhenti minum atau setidaknya mencoba mengurangi volumenya, tapi setiap kali, ia mendapati dirinya minum lagi, karena itu satu-satunya cara agar ia bisa merasa lega.

Salah satu gejala yang lebih serius dan mengerikan yang mulai dirasakan oleh Sam adalah penglihatannya yang memburuk. Dalam ketakutan, Sam biasanya akan terbangun sambil berteriak dan melemparkan barang-barang yang ada di sekitarnya.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Gangguan kesehatan yang dialami Sam semakin parah

Sam Thomas mengalami kecanduan alkohol di tingkat yang berbahaya, simak di sini perjalanannya untuk bisa sembuh dan bebas dari alkohol.

Apa yang tidak bisa dipahami oleh Sam adalah mengapa ia sangat tidak sehat secara fisik dan kehilangan mentalnya pada saat bersamaan. Akhirnya, seorang dokter mengatakan kepada Sam bahwa ia ketergantungan alkohol dan bahwa ia perlu merujuk dirinya ke detoksifikasi melalui layanan penggunaan zat lokal.

Apa yang dimulai sebagai satu hingga 12 gelas anggur pada akhir pekan, telah menjadi tiga botol per malam saat dirinya bekerja di rumah hingga dini hari. Melihat ke belakang, Sam merasa bahwa dirinya seharusnya melihat kebiasaan minumnya terus meningkat dari waktu ke waktu.

Namun, Sam terus merasa bahwa ia tidak punya alasan untuk berpikir bahwa kebiasaan minumnya bermasalah. Sejak menjalani detoksifikasi, Sam mengetahui bahwa gejala penarikan alkohol bisa berkisar dari ringan hingga yang mengancam jiwa.

Orang yang mengalaminya mungkin akan merasakan kombinasi gejala fisik dan emosional, seperti yang dialami oleh Sam, gejala halusinasi, bahkan kejang. Setelah mendapatkan penilaian dari tenaga medis spesialis di sana, mereka menganggap bahwa ketergantungan alkohol Sam terlalu serius dan penarikan dirinya terlalu berbahaya untuk dilakukan secara aman di tengah masyarakat.

Jadi, satu-satunya pilihan yang dimiliki Sam adalah dirawat inap di pusat rehabilitasi detoksifikasi di pusat kota London. Setelah masuk, Sam akhirnya bertemu orang lain sepertinya dan mengetahui tentang kondisinya sendiri.

Sam diberitahu bahwa mereka secara bertahap akan menghentikan Sam dari konsumsi minuman keras dengan obat-obatan. Ini ternyata jauh lebih nyaman bagi Sam, walaupun tidak mencegah gejala penarikan dirinya, detoksifikasi membuatnya jauh lebih mudah ditangani, daripada saat ia sendirian.

3 dari 3 halaman

Sam sampai pada momen ia ingin sembuh

Sam Thomas mengalami kecanduan alkohol di tingkat yang berbahaya, simak di sini perjalanannya untuk bisa sembuh dan bebas dari alkohol.

Pada hari terakhir detoksifikasi, Sam sangat ingin pergi. Tanpa disadari, Sam sangat menginginkan alkohol, ia bahkan memberikan alasan palsu untuk bisa pergi sehari lebih awal dan dari semua penghuni, Sam adalah satu-satunya orang yang tidak mengikuti program lanjutan apapun.

Sam tidak merencanakan atau mempersiapkan apa yang akan ia lakukan sampai di rumah. Kembali ke lingkungan yang sama, rutinitas yang sama, dan pola pikir yang sama, hanya butuh beberapa jam sebelum akhirnya ia menyerah dan mulai minum lagi di hari yang sama.

Satu tindakan impulsif menyebabkan lebih banyak kunjungan ke UGD, termasuk beberapa upaya bunuh diri dan selanjutnya masuk rumah sakit jiwa selama 3 tahun. Awalnya, Sam terbiasa minum untuk mematikan rasa dan menekan trauma masa lalunya, sebaliknya, ketergantungan alkohol justru memperburuk trauma, membuat perasaan negatif berubah dari buruk menjadi lebih buruk.

Minum telah menjadi siklus kambuh, detoksifikasi dan berulang sampai akhirnya pada November 2019, Sam akhirnya menyadari bahwa ia perlu melakukan sesuatu. Setelah kehilangan pekerjaan dan semua yang telah ia bangun selama bertahun-tahun, Sam merasa dirinya tidak bisa merugi lagi.

Sekarang, setelah 18 bulan dalam keadaan sadar, ia senang ia pergi kerumah sakit untuk yang terakhir kalinya untuk detoksifikasi. Tidak seperti waktu-waktu sebelumnya, Sam ingin sembuh, ia benar-benar memohon agar mereka menerimanya dan bersedia melakukan detoksifikasi.

Ternyata, tujuh hari berikutnya yang Sam habiskan di rumah sakit untuk detoksifikasi, tidak hanya mengubah hidupnya, tapi juga menjadi penyelamatnya. Bagaimana menurutmu, Sahabat FIMELA?

#Elevate Women