Fimela.com, Jakarta Sering frustasi karena merasa gaji bulanan selalu kurang? Mungkin ada yang salah dengan caramu mengatur keuangan. Bisa jadi kamu lebih memprioritaskan gaya hidup dibandingkan biaya hidup.
Pasalnya, berdasarkan survei korporasi yang diinisiasi QM Financial, menyebut 51 persen karyawan perusahaan merasa penghasilannya kurang. Sedangkan HR (Human Resource) ingin karyawan dapat menjalani gaya hidup sesuai penghasilan.
Lead Financial Trainer QM Financial, Ligwina Hananto menyetujui gaya hidup memang bisa mempengaruhi keuangan. Padahal gaya hidup bukanlah suatu hal yang harus diprioritaskan.
“Gaya hidup itu sesuatu yang menyenangkan, tetapi kalau tidak ada hidup kita baik baik saja. Berbeda dengan biaya hidup seperti kebutuhan listrik, yang wajib dipenuhi. Kalau tidak ada tentu akan mempengaruhi kehidupan kita,” kata Ligwina dalam webinar QM Financial (04/05/2021).
Tips agar gaya hidup sejalan dengan gaji
Meski demikian, Ligwina mengakui gaya hidup seperti minum kopi, nonton, atau makan di luar rumah merupakan kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Menurutnya ini tidak akan menjadi masalah, asalkan bisa diatur sebaik mungkin.
“Biasanya aku kasih batas maksimal 20 persen untuk menikmati hasil kerja kita sambil menyiapkan masa depan,” lanjutnya.
Untuk mencukupkan gaji yang dimiliki, Ligwina mencatat lima pos pengeluaran utama yang harus dimiliki karyawan. Kelima pos tersebut terdiri dari cicilan hutang, pengeluaran biaya hidup sehari-hari, menabung dan investasi, pengeluaran sosial, serta gaya hidup.
Alokasikan gaji
Sementara besaran atau presentase tinggal disesuaikan dengan keadaan yang ada. Namun, Ligwina selalu memprioritaskan alokasi gaji ke cicilan utang dan menabung.
“Waktu kita membagi penghasilan kita kelima pos ini, aku biasanya pegang dua dulu, cicilan utang tidak boleh lebih dari 30 persen, menabung minimum 10 persen. Itu dulu saja sudah menjadi indikator keuangan seseorang itu sehat,” tutur Ligwina.
Sebab menurutnya, cicilan utang yang terlalu banyak juga bisa membuat seseorang menjadi stres karena merasa gajinya hanya lewat saja. “Sedangkan kalau enggak nabung, jadi enggak punya pegangan apa-apa. Jangankan investasi, nabung saja enggak ada.” pungkasnya.
Penulis: Hilda Irach