Fimela.com, Jakarta Film dokumenter Pulau Plastik akhirnya hadir di bioskop Jabodetabek mulai 29 April hingga 8 Mei 2021. Sebelumnya, film yang tercipta atas kerjasama Visinema Pictures dengan Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc sudah lebih dulu tayang di Bali pada 22 April lalu.
Film yang disutradarai oleh Dandhy D. Laksono dan Rahung Nasution ini menggabungkan jurnalisme investigasi dan budaya populer untuk menghadirkan pendekatan baru yang menyoroti tentang persoalan polusi sampah plastik yang masih menjadi PR besar Indonesia dari sisi ilmu pengetahuan, aktivisme jalanan, dan seni.
"Senang banget karena tadinya kita pikir nggak mungkin tayang di bioskop karena pas film selesai masuk pandemi, sekarang kita ada di sini, di situasi yang nggak seideal yang kami harapkan tapi film ini bisa muncul di bioskop. Sebenarnya juga harusnya film ini tayang tahun lalu yah," kata CEO Visinema Group, Angga Dwimas Sasongko saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, (29/4/2021).
What's On Fimela
powered by
Sempat Dibuat Serial
Menurut Angga Dwimas Sasongko, film ini menyoroti permasalahan sampah plastik, tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Film Pulau Plastik ini juga menggambarkan betapa bahayanya penggunaan plastik sekali pakai untuk kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
"Saya harap penonton bisa menontonnya di layar lebar karena buat saya efek nonton visual di layar lebar akan berbeda, kita jadi bisa ngerasain problem utamanya apa dan kita juga bisa ngerasain urgensinya soal plastik ini seberapa besar dan senang akhirnya bisa ke bioskop dan akhirnya sampai di Jakarta," ujar Angga.
Akan Ada Di Digital Streaming
Untuk saat ini, film dokumenter tersebut hanya tayang di bioskop Jabodetabek, Bali dan Bandung. Namun ke depannya, akan ditayangkan juga di platform digital.
"Nantinya akan ditayangkan di layanan streaming tapi untuk saat ini fokus di bioskop dulu. Kemudian kita juga akan berusaha mendaftarkan film ini ke beberapa festival film dokumenter," ujar Angga Dwimas Sasongko.
Film ini akan membawa penonton mengikuti perjalanan vokalis band rock Navicula asal Bali, Gede Robi dan ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Barat, Prigi Arisandi. Keduanya tergerak oleh masalah yang sama, yaitu polusi sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan dan minimnya kebijakan untuk mengatasi krisis tersebut.
Robi dan Prigi pun berusaha mencari dan mengumpulkan bukti tentang sejauh mana masalah sampah plastik yang sebenarnya dihadapi oleh masyarakat. Mereka pun berkeliling Jawa, bertemu dengan pakar, aktivis, hingga melakukan penelitian termasuk pada diri mereka sendiri. Hal itu dilakukan atas dasar keingintahuan yang tinggi tentang dampak plastik terhadap lingkungan dan juga kesehatan masyarakat.
Kemudian di Jakarta, Robi dan Prigi bertemu dengan Tiza Mafira. Seorang pengacara muda yang mendedikasikan dirinya untuk melobi pejabat publik dan sektor swasta untuk mengubah kebijakan mereka tentang plastik sekali pakai. Kerjasama mereka bertiga dan juga aktivis lingkungan lainnya untuk mengatasi masalah sampah plastik akan berhasil jika komunitas, pemerintah, dan perusahaan dapat bersatu dalam mengurangi ketergantungan masyarakat pada plastik sekali pakai.