Fimela.com, Jakarta Bulan ramadan adalah bulan penuh berkah. Banyak orang memanfaatkan momen untuk berbagi kebahagiaan terhadap sesama. Konsep berbagi ini juga dianut oleh Havilla Tea yang selalu berbagi kebahagiaan di dalam secangkir teh seduhan berkualitas.
“Havilla Tea adalah usaha teh yang saya geluti sejak pertengahan Juni tahun 2014, kami berfokus pada kurasi dan produksi teh-teh berkualitas premium atau specialty tea untuk dipasarkan di Indonesia maupun mancanegara. Awal mula mendirikan Havilla didasari oleh keinginan untuk memperkenalkan dan mengajak orang Indonesia terutama kaum muda agar dapat mengapresiasi dan minum teh berkualitas baik,” ungkap Neysa Valeria selaku founder dari Havilla Tea.
Neysa bercerita, pada masa itu mendapatkan teh berkualitas di Indonesia dapat dikatakan sangat menantang dan mayoritas orang masih belum peduli ataupun tertarik dengan teh apalagi industri specialty coffee sedang naik daun. Sehingga perhatian masyarakat sedang sangat terpusat ke sana.
“Selain menjual aneka varian teh mulai dari teh putih, hijau, oolong, hitam hingga herbal, di Havilla, kami juga menawarkan jasa OEM atau Private Label untuk sejumlah perusahaan yang ingin memiliki merek teh mereka sendiri, tentunya dengan tetap mengikuti standar kami,” ujar Neysa yang memiliki ketertarikan dengan teh sejak 2013.
Industri teh di Indonesia menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan, terutama sejak tahun 2019 lalu. Terlihat dari semakin maraknya kemunculan merek-merek teh lokal premium yang digagas oleh generasi muda. Hal ini menjadi indikator yang baik terhadap distribusi dan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap teh lokal.
Para penggiat di hulu (perkebunan teh) pun kini telah semakin menyadari pentingnya perkenalan dan distribusi teh berkualitas di dalam negeri. Tentu saja hal ini akan berefek paralel secara eksponensial terhadap kemajuan industri teh lokal.
Havilla berasal dari Bahasa Ibrani, artinya tempat dimana emas berada, sungai mengalirinya dan tumbuhan hidup dengan subur. Pada dasarnya ingin Havilla bisa membawa dan berbagi kebaikan buat banyak orang.
Neysa menambahkan, “We want to share goodness and happiness in a cup of tea. Goodness disini utamanya adalah excellent product dan service. Untuk value-nya kami berpegang pada quality, integrity, excellent service & personalization, women empowerment serta sustainable & ethical trade.”
Neysa Valeria dan Kecintaannya dengan Teh
Sesuai dengan moto usahanya Havilla Tea hadir untuk memajukan petani lokal. Havilla Tea yang berbasis di Bandung ini menggunakan 85% teh lokal. Untuk bahan baku pendukung produksi lainnya seperti buah, herbs dan spice Havilla Tea bekerja sama dengan beberapa petani di daerah Ciwidey dan Lembang sebagai pemasok untuk kemudian diproses untuk menjadi bahan campuran teh.
“Kami mendistribusikan produk utamanya ke kota-kota besar di Indonesia dari barat hingga ke timur hingga saat ini terdapat ratusan klien B2B dan ribuan klien B2C yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Untuk luar negeri, kami memiliki rekanan untuk Havilla Tea Hongkong dan mengirim ke berbagai negara seperti ke pembeli di Perancis, Arab, Singapore, Malaysia,” ungkap Neysa yang mengemban pendidikan sarjana jurusan Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Havilla Tea memproduksi lebih dari 40 jenis teh dengan berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh.
“Untuk produk reguler ada 40 varian, tetapi jika ditambah sejumlah produk-produk custom kolaborasi dengan brand lain, produk untuk private label, private event, corporate hampers hingga wedding favors maka jumlahnya sudah ratusan,” jelas Neysa. Produk Havilla Tea yang terfavorit adalah Whity Rose, Havilla Grey, Passion Fruit Delights, Frais Lychee, Rejuve cold brew, Golden Remedy immune booster dan varian-varian wellness yang sangat diminati.
Meski sebelumnya Neysa merupakan lulusan sarjana psikologi, ia ternyata memiliki banyak bekal untuk mengembangkan usahanya, Havilla Tea. Neysa menjelaskan, “Pertama kali saya mempelajari teh secara formal pada tahun 2013, didasari rasa suka dan kecintaan terhadap teh sehingga ingin mendalami bidang ini. Sebelum itu, saya belajar sendiri otodidak dengan membuat "kamus teh" yaitu dengan membuat rangkuman dari berbagai buku teh dan artikel2 di internet yang bisa saya temukan pada akhir tahun 2011-2012, pada waktu itu harus benar-benar memilah karena banyak informasi yang kurang tepat beredar di internet maupun buku cetakan lama.”
Kemudian di tahun yang sama, Neysa mulai menulis blog tentang teh dan membuat review dari teh-teh yang ia minum. Namun karena keterbatasan sumber daya, awalnya teh yang ia review masih terbatas pada brand supermarket saja.
Hingga akhirnya Neysa mulai berkesempatan membuat review teh premium atau specialty tea ketika tinggal di Australia. Neysa waktu itu mengemban pendidikan Master of Marketing Management La Trobe University, Melbourne Australia.
“Akhirnya pada awal tahun 2013, saya memutuskan dan menyampaikan ke orangtua bahwa saya mau lebih dedicated dalam mendalami teh. Saya sampai menjadikan industri specialty tea di Australia pada saat itu sebagai topik penelitian tugas akhir pendidikan pasca-sarjana saya. Dengan cara demikian saya jadi berkesempatan bertemu dengan banyak tea business owners dan belajar banyak dari perspektif mereka baik mengenai teh maupun bisnis,” kata penulis buku ‘For The Love of Tea’ yang baru saja ia rilis pada 2021.
Buku For The Love of Tea ini dibuat dengan pendekatan yang ringan, ibarat sedang mengobrol dengan teman tapi isinya tetap menyeluruh karena Neysa ingin orang yang membacanya menjadi semakin tertarik atau bahkan jatuh hati terhadap teh. Neysa membagikan, “Karena salah satu value kami adalah berbagi, saya berpikir bahwa salah satu jalan yang dapat digunakan adalah dengan membuat informasi mengenai teh available dan lebih mudah diakses yaitu dengan menuangkan apa yang saya tahu ke dalam sebuah buku.”
Nesya sudah sejak lama tertarik dengan industri makanan dan minuman. “Saya memang sudah menyukai hal-hal yang berkaitan dengan fnb mungkin karena memang senang makan dan mencoba jenis makanan maupun rasa baru yang dulu saya tuangkan dengan menulis blog itu tadi selain tentang teh saya juga mereview makanan pada tahun 2011-2014,” ujar Nesya.
Program Berbagi Havilla Tea
Sebagai bentuk dari kesungguhan hati dalam berbagi Havilla menggagas program Societea. Program Giving Back ini juga didasari visi berbagi kebaikan dan kebahagiaan.
“Sebenarnya yang Societea ini adalah program kami yang bernama Giving Back To Society, yaitu program untuk memberikan kembali kepada sesama. Dan sejak akhir tahun 2018 hingga kini, kami dibantu oleh Blue Doors Coffee berpartner dengan KPAS, yaitu Komunitas Peduli Anak Spesial. Komunitas ini berisi remaja hingga dewasa muda difabel dimana kami memfasilitasi suatu program pelatihan di bidang F&B bagi mereka serta membukakan kesempatan magang maupun bekerja agar mereka dapat menghasilkan di usia produktif. Unit usaha di bidang F&B ini sudah berkembang dari hanya membuat kopi dan teh, pelayanan pelanggan hingga kini membuat kue,” jelas Neysa.
Ia menambahkan, Havilla Tea berharap komunitas dapat mandiri dan berkarya di usia produktif mereka dan dapat membangun suatu bidang usaha di bidang F&B bagi mereka, yang kelak bisa menjadi wadah bukan hanya bagi teman-teman di KPAS, tapi orang di luar komunitas dengan kondisi serupa. Dukungan dari para customers bagi Havilla Tea selama ini tentunya secara tidak langsung juga menjadi dukungan berkat dan kebahagiaan bagi banyak orang.
Havilla Tea bukan saja ingin berbagi kebahagiaan tetapi juga menghidangkan kebahagiaan di dalam secangkir teh, sehingga mereka selalu berusaha untuk menjaga kualitas.
“Stay true to our vision sehingga langkah apapun yang kami ambil akan didasari dan kembali lagi ingin memberikan yang baik, ingin membuat orang yang mengkonsumsi teh kami pun senang. Nanti dari sini tentunya akan berkembang ke action-action yang kami lakukan seperti quality control dan juga riset dan development,” ungkap Neysa.
Havilla Tea juga mengedepankan keberlanjutan lingkungan di setiap proses produksi dan pengemasan. Komitmen ini disampaikan Neysa dalam wawancara bersama fimela.com. Sejak awal berdiri di tahun 2014 menggunakan kemasan berbahan papercraft dan pencetakannya menggunakan soy ink, paper bag yang dapat didaur ulang untuk tujuan kemasan yang lebih ramah lingkungan.
Pergerakan yang lebih nyata ke arah sustainability dan eco-friendly berlanjut di akhir tahun 2018 dimana mulai bertransisi menggunakan kantong singkong sebagai pengganti kantong plastik untuk pengiriman dalam kota, membuat tas belanja yang lebih durable dan dapat digunakan ulang sebagai tas belanja, hingga menggunakan kemasan berupa composite can yang dapat didaur ulang.
Penulis : Adonia Bernike Anaya (Nia)
#Elevate Women