Anak Terlalu Aktif, Apakah Gejala ADHD atau hanya Energik? Ini Perbedaannya

Fimela Editor diperbarui 04 Mei 2021, 08:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Banyak orang yang mengaitkan anak terlalu aktif dengan gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Tetapi energi tinggi saja tidak cukup untuk menjamin diagnosis tersebut.

Perlu diketahui, anak-anak bisa berubah menjadi sangat aktif, terutama pada masa pra sekolah. Namun, jika si kecil memiliki gejala perilaku yang hiperaktif, cenderung impulsif disertai kurangnya perhatian atau konsentrasi mungkin menjadi pertanda anak mengalami ADHD.

Anak dengan ADHD sering mengalami gangguan saat belajar karena sulit fokus dan berkonsentrasi. Secara lebih lanjut berikut gejala ADHD yang patut diwaspadai.

Cara Mengenali ADHD

Gejala ADHD terkait hiperaktif yang dijelaskan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Kesehatan Mental (DSM) meliputi:

1. Kesulitan duduk diam, terus menggeliat dan menggerakkan kaki dan tangan, atau berdiri dan bergerak saat orang lain duduk

2. Berlari atau memanjat pada waktu yang tidak tepat

3. Jarang mengikuti aktivitas bermain dengan tenang

4. Berbicara terus menerus, yang dapat menyebabkan masalah di sekolah dan di lingkungan sosial

5. Kesulitan dalam bergiliran

6. Kesulitan mengikuti instruksi dan mengatur tugas

7. Mengganggu orang lain

Bicaralah dengan dokter anak jika kamu merasa anak mungkin menderita ADHD. Tetapi jika anak mampu mengendalikan emosi, mampu berkonsentrasi, merespon dengan tepat di sekolah dan di rumah, maka mereka mungkin hanyalah individu yang energik, bukan ADHD.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Penyebab anak terlalu aktif selain ADHD

Ilustrasi anak aktif. Sumber foto: unsplash.com.

Tidak semua anak yang terlalu aktif menderita ADHD. Terkadang, penyebab lain mendasari tingginya tingkat aktivitas seorang anak. Berikut ini penyebab lainnya seperti yang dikutip dari Very Well Family.

1. Mengalami tekanan

Anak-anak seringkali menjadi hiperaktif ketika mereka mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Misalnya ketika anak pindah ke lingkungan baru yang masih asing untuknya.

Tak hanya itu, orangtua yang stres juga memungkinkan anak ikut merasa stres. Karena itu, berilah anak kepastian dan dukungan ekstra.

2. Kurang olahraga

Anak-anak seharusnya aktif dan energik. Tanpa olahraga yang cukup, mereka akan kesulitan untuk duduk diam.

Sayangnya, beberapa anak hiperaktif dihukum dengan kehilangan hak istirahat mereka di sekolah. Tidak memiliki kesempatan untuk berlarian dan bermain membuat hiperaktif menjadi lebih buruk.

Dorong anak untuk sering berolahraga setiap hari. Bermain di taman bermain, mengendarai sepeda, dan berlari memberi kesempatan pada anak untuk menyalurkan energinya ke dalam aktivitas yang produktif.

3. Kurang tidur

Sementara orang dewasa cenderung menjadi lesu saat mereka lelah, anak-anak seringkali menjadi hiperaktif. Entah itu tidur siang yang terlewat atau terlambat tidur, anak yang mengantuk mungkin tampak lebih bersemangat dari sebelumnya.

Ketika seorang anak tidak cukup istirahat, tubuhnya merespon dengan membuat lebih banyak kortisol dan adrenalin sehingga mereka bisa tetap terjaga. Hasilnya, mereka akan memiliki lebih banyak energi.

Karenanya, pastikan anak cukup tidur, hindari aktivitas malam hari seperti menonton televisi yang membuat anak-anak semakin terjaga.

 

*Penulis: Hilda Irach

3 dari 3 halaman

Saksikan video menarik setelah ini

#Elevate Women