Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
***
Oleh: Aminah
Ramadan di masa pandemi seperti ini memang banyak sekali perbedaannya. Tapi aku bersyukur karena dari tahun lalu, anakku bisa berkumpul kembali di sini dengan keluarganya setelah tujuh tahun dia sekolah diperantauan.
Anakku sosok yang sangat ceria dan mudah bergaul. Kuliahnya saja dia mengambil jurusan jurnaslitik sehingga terbiasa bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang baru untuk memenuhi laporannya sebagai reporter.
Banyak orang juga mengatakan bahwa anakku ini sangat supel. Dia mudah bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan, baik anak kecil sampai orang tua, dari petani sampai pejabat dia bisa menyesuaikannya, padahal sebelumnya dia sangat pendiam.
Tapi Ramadan kali ini, dia bertemu dengan teman di masa lalunya, namanya Lia (nama samaran). Dulu, dia bercerita semasa Madrasah Tsanawiyah (setara SMP), dia tidak ditemani oleh Lina padahal mereka berasal dari desa yang sama.
Mereka sebangku, tapi anakku selalu bercerita, Rina tak pernah mengajaknya untuk berinteraksi dan memilih berteman dengan teman-teman yang lain. Hal itu membuat anakku stres dan dia tidak nyaman di sekolah.
What's On Fimela
powered by
Pertemanan yang Diperbaiki
Lina adalah anak dari keluarga terkaya di desaku, sedangkan anaku hanya berasal dari orang tua yang bekerja sebagai petani. Sehingga ketika lina tidak pernah mengajak interaksi, dia tidak mempunyai teman, karena merasa tersisih. Karena Lina pun, dia ingin pindah sekolah karena merasa tidak punya teman untuk diajaknya berbagi cerita. Kebetulan adik dari suamiku, mengajak anakku untuk bersekolah di Jakarta. Ada kesempatan, anakku langsung mengiyakan meskipun aku tak rela.
Tapi, selama tujuh tahun dia berdiri di atas kakinya sendiri, anakku menjadi sosok yang berbeda yang dari awalnya pendiam, dia menjadi lebih kuat, mandiri, lebih dewasa, lebih mudah berinteraksi dengan siapa pun.
Sampai pada akhirnya, waktu itu hari pertama Ramadan, pulang dari olah raga pagi, anakku bercerita dia bertemu kembali dengan Lina. Terus teringat dengan perlakuan Lina di masa lalu, anakku tidak lagi bermain dengan teman-temannya yang lain, karena mereka satu lingkup pertemanan dengan Lina.
Hingga pada akhirnya, menginjak 18 Ramadan, dia mencoba untuk menata kembali pertemannya dengan Lina. Dia berusaha melupakan kejadian di masa lalu dan meminta maaf, karena setiap main bareng dengan Lina, anakku tidak bertegur sapa.
Sekarang dia dan Lina sudah berteman seperti sewajarnya seorang teman, tidak ada lagi sakit hati yang terpendam oleh anakku. Aku senang mendengar ceritanya telah berdamai dengan diri sendiri dan melupakan sakit hati yang dirasa.
#ElevateWomen