Bahagia Menjadi Relawan, Ada Kehangatan yang Kurasa saat Melihat Senyuman Anak Yatim

Endah Wijayanti diperbarui 03 Mei 2021, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.

***

Oleh: Dum Idum

Sejak 2017 hingga saat ini, aku menjadi relawan dalam acara Bukber Akbar Pecinta Anak Yatim. Acara ini bukan hanya sekedar acara bukber biasa, karena dalam bukber ini setiap tahunnya mengundang lebih dari 2.000 anak yatim.

Awalku bergabung bisa dibilang terpaksa, karena pimpinan perusahaan tempatku magang ketika SMK adalah founder dari Pecinta Anak Yatim dan beliau merekomendasikan kami yang magang untuk ikut dalam acara besar itu.

Ketika 2017, biaya yang dibutuhkan keseluruhan kurang lebih Rp700 juta. Aku tertegun, karena itu adalah uang yang sangat banyak dan waktu hanya tiga bulan. Dalam pikiranku, apakah bisa terpenuhi biaya tersebut?

Karena aku adalah relawan termuda kala itu, kakak-kakak relawan menyemangatiku dan memberikan motivasi kami bisa mengumpulkannya tepat waktu. Segala cara kita lakukan, mulai dari jualan di car free day (CFD) sampai door to door untuk mengajak donasi orang-orang yang kita kenal.

Bukannya menyerah, semakin aku menjalaninya aku semakin bersemangat untuk terus ikut kontribusi mengumpulkan donasi agar para laskar langit (sebutan untuk anak-anak yatim) bisa tersenyum, dan karena bantuan dari Allah melalui tangan donatur, dana yang kami butuhkan perlahan tercukupi.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Bertemu Laskar Langit

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/tongpatong

Pada hari H sungguh aku tak sabar bertemu dan bermain para laskar langit. Tak ada sedikit pun kesedihan tergambar di wajah mereka meskipun mereka sudah tidak memiliki ayah, ibu bahkan keduanya, bahkan ada beberapa yang dari lahir tidak tahu orang tuanya, tapi mereka tetap tersenyum dibalik sedihnya kisah mereka.

Aku merasa sakit ketika melihat mereka selalu tersenyum atas apa yang menimpanya. Aku yang masih mempunyai kedua orang tua utuh dan hidup tidak kekurangan saja masih mengeluh. Aku terus menerus membayangkan, apakah aku bisa sekuat mereka dalam keadaan seperti itu. Karena hal itu aku lebih bersyukur atas apa yang aku punya.

Semenjak itu aku aktif dalam berbagai kegiatan kerelawanan, karena aku masih belum bekerja dan belum mempunyai penghasilan, setidaknya tenaga dan kemampuanku bisa aku gunakan untuk mereka tersenyum.

Banyak orang bilang untuk apa menjadi relawan, kerja capek tapi tidak dibayar. Tapi kalian perlu ingat, relawan itu tidak dibayar karena tak ternilai harganya. 

#ElevateWomen