Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
***
Oleh: Suha
Sudah lima tahun sejak aku merantau ke Bogor untuk melanjutkan studi setelah lulus dari SMA di salah satu kota di Jawa Tengah. Terhitung lima tahun pula aku melalui bulan Ramadan tanpa kebersamaan dengan keluarga di rumah.
Awalnya terasa sangat asing hingga aku bisa tiba-tiba menangis di kamar asrama yang baru aku tempati sendiri. Makanan sahur pun sering tak habis dan berakhir di tong sampah. Di satu sisi aku merasa bersalah karena membuang-buang makanan tapi di sisi lain perutku sudah terasa penuh hanya dengan tiga atau empat kali suapan. Sungguh Ramadan pertama yang tidak mudah.
Hebatnya manusia adalah kita memiliki kemampuan beradaptasi di lingkungan atau kondisi baru untuk keperluan bertahan hidup. Awal yang tadinya berat terasa seperti common daily life di tahun-tahun berikutnya. Namun, itulah masalah selanjutnya.
What's On Fimela
powered by
Hari-Hari Ramadan
Ramadanku selama lima tahun ini terasa hambar dan hampa. Suasana Ramadan terasa seperti hari-hari biasa. Aktivitas yang membedakan dengan bulan-bulan lain hanya puasa. Tarawih yang dilakukan dapat dihitung dengan sepuluh jari-jari tangan. Membaca Al-Qur’an pun tidak begitu rutin. Sesekali memang ada buka bersama dengan teman-teman namun hanya seperti makan di bulan-bulan lain, tidak terasa begitu spesial.
Hal seperti ini tidak pernah terjadi saat aku di rumah. Dulu aku bisa merasakan suasana Ramadan yang begitu kental, hangat, dan damai. Target-target ibadah yang dibuat aku jalankan dengan penuh suka cita. Bukan untuk berlomba dengan teman di kampung, hanya ingin memanfaatkan bulan suci yang bagaikan hadiah tahunan buatku. Lalu bagaimana bisa aku seperti tidak medapatkan hadiah itu lagi beberapa tahun belakangan ini? Sering aku merenung dan mempertanyakan kenapa seakan Ramadan hilang dari hatiku.
Kondisi ini membuatku resah dan takut. Berbagai asumsi berputar-putar di kepalaku. Apakah ini karena aku jauh dari keluarga, atau aku yang menjadi terlalu malas, atau suatu tanda bahwa aku telah jauh dari-Nya. Mungkin juga ketiganya benar. Pada akhirnya berbagai hal bisa menjadi alasan tetapi hanya satu yang pasti dapat aku usahakan, “menemukannya kembali”.
#ElevateWomen