Ramadan Tahun Ini Bulan Ikhtiarku Memiliki Buah Hati

Endah Wijayanti diperbarui 01 Mei 2021, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.

***

Oleh: Fitri Apriyani

Bulan Ramadan selalu menjadi momen yang dinanti oleh setiap muslim. Baik kaum muda maupun tua. Saya selalu menyambut bulan Ramadan sama excited-nya persis ketika saya masih kecil dulu. Setiap momen di bulan penuh berkah ini selalu membawa kegembiraan di hati saya. Saat sahur, berbuka, salat tarawih, tadarus, dan lainnya. Walaupun di bulan ini, kuantitas ibadah kita bertambah, tapi rasanya tidak ada yang berat. Semuanya, dengan pertolongan Allah, malah terasa nikmat dan khidmat.

Ramadan di tahun ini adalah Ramadan keduaku bersama suami. Meski masih menjalaninya berdua saja, tapi ada hal-hal yang dapat kami syukuri. Salah satunya, karena limpahan rezeki dari Allah yang membuat kami kini bisa tinggal di rumah sewa yang lebih besar di kota Jakarta ini. Setelah sebelumnya kami hanya mampu tinggal di kamar kos-kosan. Kami tidak menyesali pernah tinggal di sana, malah justru pengalaman tersebut membuat terasa nikmat tinggal di rumah sewa ini, meski belum menjadi rumah sendiri.

Hal lain yang membuat Ramadan tahun ini juga berkesan lagi adalah karena Ramadan kali ini merupakan Ramadan pertamaku menjadi seorang full time IRT (Ibu Rumah Tangga). Tahun lalu, saya masih seorang working wife, yang mana seperti kebanyakan pegawai pada umumnya, saya berkerja dari pukul 8 pagi hingga 5 sore.

Walaupun waktu itu sudah masuk masa pandemi dan disarankan untuk WFH, sayangnya saya masih harus ke kantor untuk bekerja. Sedangkan suami sendiri sudah mulai WFH sejak awal pandemi. Alhasil, kami sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing, dan baru bisa berinteraksi saat sore setelah kami selesai pulang bekerja. Kala itu pun, saya hanya bisa masak seadanya untuk kami sahur dan berbuka. Itu pun jarang sekali. Selebihnya kami lebih sering membeli makanan jadi.

2 dari 2 halaman

Ikhtiar untuk Memiliki Momongan

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/Heru_Anggara

Sejak resign dan memutuskan untuk menjadi full time IRT, secara otomatis saya hanya di rumah saja pada Ramadan tahun ini. Walaupun mungkin tidak sesibuk dulu saat menjadi pegawai kantoran, menjadi full time IRT bukan berarti tidak ada kegiatan sama sekali.

Memasak adalah kegiatan rutin harian saya yang wajib dilakukan, apalagi saat Ramadan seperti sekarang. Saya sangat bersyukur akhirnya sekarang bisa lebih sering memasak untuk suami masakan yang lebih bervariasi dan enak, bukan sekadar menu seadanya seperti saat masih ngekost dulu. Kebetulan, suami juga masih WFH, jadi Ramadan kali ini terasa begitu istimewa. Kami jadi mempunyai banyak waktu bersama. 

Namun demikian, Ramadan kali ini juga menjadi momen kami berikhtiar untuk memiliki momongan. Ya, setelah setahun lebih usia pernikahan, kami belum juga dikaruniai buah hati, kami memutuskan untuk berusaha melakukan program hamil di salah satu RS di Jakarta.

Meski berpuasa, kami harus tetap bolak-balik ke RS untuk melakukan semua prosedur program ini. Tidak dapat dipungkiri, kadang saya merasa sedih, sesulit ini perjuangan untuk memiliki anak. Tidak hanya memakan waktu dan tenaga, dengan memutuskan mengambil jalan promil ini, berarti siap tabungan kami terkuras.

Di sisi lain, saya bersyukur diberikan pasangan yang sebaik suami saya. Yang bisa menguatkan saat saya merasa sangat down, karena memang butuh waktu bagi saya untuk berdamai dengan takdir ini. Bersyukur juga mengetahui hasil tes kesehatan kami semuanya baik-baik saja. Tapi program ini masih terus berlanjut hingga kami berhasil dikaruniai anak yang kami damba-dambakan.

Saya masih terus belajar untuk lebih pasrah pada takdir. Walaupun saya yakin bahwa Allah tidak mungkin memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya, namun sebagai perempuan kadang saya juga merasa sedih. Sampai saya sadar bahwa Ramadan merupakan waktu mustajab untuk berdoa. Momen yang tepat bagi kita untuk megutarakan hajat-hajat hidup kita.

Di Ramadan ini, saya sangat berdoa kepada Allah agar ikhtiar-ikhtiar saya dan suami untuk memiliki momongan bisa membuahkan hasil yang bagus. Kami sangat berharap semoga Allah segera mengamanahkan kepada kami anak-anak yang soleh dan solehah. Semoga Allah juga mengizinkan kami menjadi orang tua bagi hamba-hamba-Nya yang soleh. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

#ElevateWomen