Fimela.com, Jakarta Vaksin covid-19 telah dilakukan oleh beberapa lapisan masyarakat, terutama para lansia. Vaksin diharapkan dapat memutus rantai penyebaran virus.
Namun, menurut Dokter Spesialis Paru, Dr.dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) pasca program vaksin di Indonesia, penyebaran Covid-19 masih belum turun signifikan.
“Masalah Covid-19 di Indonesia masih belum dapat diatasi sesuai harapan. Kasus harian tetap ada. Bahkan, sudah mulai 6.000-an lagi per harinya. Dan, ini cukup mengkhawatirkan,” ujar Dr. dr. Erlina dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Oleh karenanya menjalankan 5M dan tetap menjaga imunitas tubuh masih sangat dianjurkan walau sudah melakukan vaksin. Sebab, Indonesia masih perlu waspada, karena baru melakukan vaksinasi 2%-an dari target jumlah orang yang divaksin.
Senada dengan dr. Erlina, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Alergi Immunologi, Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD-KAI, FINASIM juga menegaskan tidak ada perlindungan yang sifatnya seratus persen dari vaksin. Artinya, risiko tertularnya 65,3 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak divaksin.
Tentu saja vaksin yang digunakan telah melewati serangakaian uji klinis, fase 1 sampai fase 3, sehingga aman digunakan. Angka ini juga berarti orang yang divaksin pun masih tetap ada kemungkinan terinfeksi Covid-19. Namun kemungkinan lebih kecil ketimbang mereka yang tidak divaksin. Termasuk yang sudah pernah terinfeksi pun masih bisa terkena.
"Semakin berat tingkat infeksinya, tubuh berjuang semakin keras untuk mengalahkan virus. Fakta yang diperoleh, antibodi itu berbanding lurus dengan tingkat keparahannya," jelas Dr Gatot.
Jika herd immunity karena vaksinasi ini tidak tercapai, penularan akan terus terjadi. Jika penularan terus terjadi, potensi mutasi virus juga akan terus terjadi. Sebab, mutasi virus itu sesuatu yang normal, karena virus memang cenderung bermutasi. Terutama penularannya terus berlangsung.
“Jadi selain cakupan vaksinasi yang masih kecil, ada juga risiko mutasi virus. Kalau kita ingin ingin mencegah mutasi, yang harus dilakukan adalah mencegah penularan yang terus menerus terjadi itu," jelas Dr. Erlina.
What's On Fimela
powered by
Immunomodulator
Bahan-bahan tertentu memiliki kemampuan untuk membentuk titer antibodi seperti echinacea purpurea, bahan herbal ini bermanfaat sebagai immunomodulator (zat pendongkrak sistem kekebalan tubuh).
"Penggunaan immunomodulator seperti echiancea purpurea ternyata bisa meningkatkan titer antibodi terhadap vaksinasi. Respon tubuh menjadi lebih baik," jelas Dr. Gatot.
Ia juga menepis anggapan bahwa saat pemberian dosis 1 ke dosis 2 tidak boleh mengonsumsi immunomodulator.
"Antara jeda vaksinasi dosis 1 dan dosis 2 kita boleh mengonsumsi immunomodulator. Ini memang tergantung obat yang dikonsumsi. Kalau obatnya steroid, obat penurun panas, kalau dikonsumsi hanya sehari sesuai kebutuhan tidak masalah. Tapi kalau berkepanjangan, ada jurnal yang meneliti bahwa konsumsi yang berlebihan dengan jenis obat ini (steroid, obat penurun panas, Red) maka titer antibodinya menurun. Namun, kalau yang digunakan adalah immunomodulator echinacea purpurea, justru yang meningkatkan titer antibodi. Justru itu yang boleh," kata Dr. Gatot.
Menurut dokter Gatot, lansia disarankan mengonsumsi immunomodulator seperti echinace purpurea, karena sifatnya kalau imun lemah dia membantu meningkatkan, kalau sudah berlebihan akan mengerem.
"Lansia itu mengalami penurunan fungsi imun. Lansia kalau mengonsumsi immunomodulator seperti echinace purpurea, maka pemberian itu bagus. Artinya, dalam kondisi yang kurang, maka lansia harus dibantu atau dirangsang dengan immunomodulator seperti echinacea purpurea," katanya.
Dr. Erlina juga mengatakan masyarakat yang sudah mendapat vaksin Covid pun tetap butuh suplemen seperti immunomodulator.
"Sebenarnya, suplemen atau vitamin itu ada di makanan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tapi, tidak semua orang suka sayur dan buah. Jadi, menurut saya, harus ada beberapa ikhtiar untuk menghindari terjadinya infeksi covid-19 ini. Selain vaksinasi, juga bisa menjalankan 5M, termasuk juga dengan meningkatkan imunitas tubuh, salah satunya dengan mengonsumsi immunomodulator," kata Dr. Erlina.
DR. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, VP Research & Development and Regulatory SOHO Global Health mengatakan immunomodulator yang baik mengandung ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate. Kandungan ekstrak Echinacea purpurea telah terbukti secara klinis dapat memodulasi sistem daya tahan tubuh dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Sementara zinc picolinate berperanan aktif dan bekerja sinergis pada sistem imun tubuh.
“Ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate terdapat pada Imboost. Dan kandungan ekstrak Black Elderberry yang dapat mencegah replikasi virus serta menstimulasi peningkatan sistem imun tubuh terdapat juga Imboost Force,” ungkap DR. Raphael.
#elevate women