Fimela.com, Jakarta Sampai saat ini permasalahan sampah masih menjadi isu yang besar bagi bangsa Indonesia. Lebih dari separuh sampah yang diproduksi masih masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang diikuti dengan pengelolaan yang belum bertanggung jawab.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2020, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton. Di antara banyaknya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, salah satu macam limbah sampah yang diketahui selalu meningkat jumlahnya adalah sampah kemasan.
Sementara, laporan Greenpeace pada 2019 menyatakan bahwa sebanyak 855 miliar sampah kemasan terjual di pasar global, dengan Asia Tenggara memegang pangsa pasar hingga 50 persen. Hal ini diperkirakan akan meningkat hingga 1,3 juta triliun kemasan pada 2027.
Melihat peningkatan tersebut, M. Bijaksana Junerosano selaku Founder & Managing Director Waste4Change mengatakan diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mengelola sampah kemasan secara berkelanjutan.
"Tidak hanya pemerintah, komunitas, tetapi juga para pemangku kebijakan dan produsen sangat penting untuk turut bergotong royong menyelesaikan isu ini," ujar Bijaksana Junerosano dalam webinar Waste4Change bersama Tetra Pak dan Indonesian Packaging Federation (IPF), Rabu(28/04/2021).
Kemasan Daur Ulang
Untuk mewujudkan kemasan makanan dan minuman yang berkelanjutan, sebagai packaging converter, Tetra Pak berupaya mengurangi sampah plastik dengan menyediakan kemasan karton yang bisa diperbarui atau didaur ulang.
Termasuk sedotan kertas dan tutup botol yang terbuat dari plastik berbahan dasar tebu dan diambil secara bertanggung jawab.
"Untuk melindungi keanekaragaman hayati, kami menggunakan platform standar sertifikasi sukarela seperti Forest Stewardship Council (FSC), Bonsucro dan Aluminium Stewardship Initiative (ASI). Kami mendukung peningkatan berkelanjutan dari standar dan system pemantauan tersebut dari waktu ke waktu," ujar Reza Andreanto, Collection Program Director Asia Pacific Tetra Pak.
Selain itu, dalam upayanya Tetra Pak juga turut berkolaborasi dengan pemain di seluruh rantai pasokan pengelolaan sampah, mulai dari jaringan pengumpulan sampah, pemulung, hingga bank sampah.
Kali ini, Tetra Pak bekerja sama dengan Waste4Change dan IPF bersama-sama meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah karton kemasan minum sejak dari sumber, yaitu dari rumah.
"Karena kemasan-kemasan pasca konsumsi ini masih punya nilai ekonomi yang dapat bermanfaat untuk mitra pengumpul dan pendaur," terang Reza.
Lebih lanjut, Reza mengatakan kemasan Tetra Pak terbukti dapat didaur ulang sepenuhnya dapat dijadikan berbagai macam produk yang berguna bermanfaat.
Bagaimana proses pemisahan dan daur ulang yang efektif untuk semua lapisan?
Proses daur ulang kemasan karton ini diawali dengan pemisahan lapisan kertas dari lapisan polimer atau aluminiumnya, kemudian dilebur dengan menggunakan mesin Hydro Pulper. Setelah dilebur bubur kertas akan disaring dan dilakukan proses selanjutnya untuk pembuatan kertas daur ulang.
"Contohnya dari serat kertas tersebut diolah menjadi insole sepatu, tas belanja, dan buku catatan dari kertas daur ulang. Sementara PolyAl yang telah disaring, diolah lebih lanjut menjadi sebuah produk yang bermanfaat seperti atap gelombang atau papan partisi." lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, menurut Henky Wibawa, selaku Executive Director Indonesian Packaging Federation (IPF) mengungkapkan kemasan merupakan suatu bagian yang terintegrasi dari semua produk-produk yang kita gunakan.
"Tanpa kemasan yang baik, produk itu akan menjadi waste dan terbuang percuma. Jadi yang salah bukan kemasannya tetapi bagaimana cara kita menyikapi kemasan tersebut setelah digunakan." tutur dia.
Penulis: Hilda Irach
#Elevate Women