Puasa Pertama si Bungsu dan Kenangan Masa Lalu

Endah Wijayanti diperbarui 28 Apr 2021, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.

***

Oleh: Dyan Arfiana A.P

Tak ada yang banyak berubah di Ramadan tahun ini. Aktivitas saya sebagai guru masih banyak dilakukan di rumah sebagai dampak dari adanya pembelajaran jarak jauh. Ah, padahal saya sudah rindu sekali bertatap muka dengan murid-murid di kelas. Tapi sepertinya kita memang harus bersabar lebih lama demi kebaikan bersama.

Yang menarik dari Ramadan tahun ini adalah si bungsu Mazaya yang memulai puasa pertamanya. Wah, saya deg-degan sekali. Bakal ada drama apa, ya?

Di hari pertama puasanya, Mazaya melakukan dengan baik. Bahkan menjelang tengah hari pun, dia belum tergoda untuk membatalkan puasanya. Padahal saya sudah memberikan rambu-rambu bahwa dia boleh buka kapan pun ketika dia merasa haus ataupun lapar. Tidak perlu dipaksakan karena yang sedang dia lakukan adalah 'latihan puasa'.

Selain itu, saya sebenarnya ingin mengajarkan pada dia bahwa puasa itu menyenangkan. Karena menyenangkan, maka harus dilakukan dengan hati gembira tanpa keterpaksaan. Tapi rupanya dia tetap semangat untuk melanjutkan puasanya. Duh, saya jadi terharu. Mendadak saya jadi teringat dengan pengalaman puasa saya di masa kecil.

2 dari 2 halaman

Pengalaman Puasa

Ilustrasi/copyright shutterstock/polkadot_photo

Dulu, ada beberapa hal yang saya lakukan demi menghempaskan rasa lapar dan haus yang mulai terasa. Kalau diingat-ingat lagi semua peristiwa itu, rasanya jadi ingin senyum-senyum sendiri.

Misalnya saja ketika saya dengan sengaja menarik kaos sedikit ke atas lalu menempelkan perut ke lantai. Maklum, saat itu saya tidak punya lemari es, jadi kalau mau mencari sumber kesejukan ya dengan cara seperti itu.  Sensasi dingin yang merambat dari lantai membuat perut saya yang semula terasa panas karena menahan lapar, jadi adem. Kadang malah sampai ketiduran. Hahaha... 

Ada juga kenangan tentang saya yang berlama-lama ambil air wudu, terutama ketika kumur-kumur. Meskipun tidak sampai diminum, tapi kumur-kumur membuat saya merasa lebih segar. 

Oh, ya. Satu lagi. Saat kecil saya juga pernah diam-diam berbuka puasa di siang hari tanpa sepengetahuan orangtua. Duh, malu sekali rasanya kalau diingat-ingat. 

Yang paling menyenangkan setiap Ramadan tiba adalah momen kebersamaan yang jarang didapatkan saat hari-hari biasa. Hal itu juga rupanya dirasakan oleh kedua anak saya. Mereka senang sekali bisa makan satu meja bersama ayah ibunya. Maklum, kadang ketika jam makan tiba, ayah belum pulang dari kantor.

Pada akhirnya, Ramadan akan selalu meninggalkan cerita yang indah untuk dikenang. Semoga, kita bisa bertemu dengan Ramadan tahun berikutnya.

#ElevateWomen