Cek Jawaban Penelitian Terhadap Pola Makan dan Pengaruhnya pada Kulit

Nabila Mecadinisa diperbarui 27 Apr 2021, 07:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kehidupan manusia. Bahkan kini, kita dihadapkan dengan adaptasi baru. Mulai dari cara bekerjam menjalankan kehidupan harian, hingga menggeluti hobi.

Bisa dikatakan jika pandemi telah mengubah persepsi, pola pikir, banyak orang. Bahkan kini kesehatan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan, sheingga imunitas bisa tetap terjaga. Tapi sayangnya, penggunaan masker juga menimbulkan masalah kulit di area sekitarnya. 

Mengingat pentingnya untuk menjaga kebutuhan akan menjaga imunitas dan kesehatan, maka Nusantics bekerjasama dengan Burgreens untuk meneliti pola makan yang bervariasi terhadap kesehatan kulit. Setelah merancang desain utama PCR untuk mendeteksi COVID-19 bersama BPPT dan Biofarma tahun lalu, Startup Bioteknologi ini menemukan fakta menarik dari hasil penelitian yang dilakukan bersama dengan perusahaan plant-based food chain tersebut. 

Bersama dengan 166 orang dengan rentang usia 25-35 tahun sampel tersebut dibagi menjadi dua jenis. Kriteria kelompok orang dengan pola makan variatif dengan konsumsi 8 jenis sayuran, buahm dan protein (nabati & hewani) per hari dan kelompok orang yang konsumsi kurang dari 8 jenis makanan yang disebutkan per hari. 

2 dari 2 halaman

Melakukan penelitian

Terobosan baru untuk rawat kecantikan bersama Nusantics.

Co-Founder CTO Nusantics, Revata Utama mengatakan jika “Kesempatan untuk meneliti kelompok manusia dengan pola makan yang berbeda ini sangat luar biasa. Dengan penelitian ini, kita dapat insight baru mengenai pentingnya menjaga pola makan dalam tubuh kita.”

Microbiome adalah kumpulan mikro organisme yang terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan arkea yang hidup di tanah, air, udara, dan lebih dari 50% tubuh manusia. Microbiome yang hidup pada organ dan kulit manusia, sedikit banyak menunjukkan kesehatan dan imunitas kulit, makapenting untuk mengetahui sejauh mana gaya hidup dan pola makan mempengaruhi keseimbangan dan keberagaman mereka. 

Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok orang yang menerapkan pola makan bervariasi baik dari sumbernabati dan hewani dengan durasi minimal 6 bulan memiliki kondisi kulit yang tangguh terhadap segala penyakit. Sedangkan sisanya yang mengonsumsi variasi makanan kurang dari 8 jenis per harim cenderung rentan terhadap gangguan imunitas dan penyakit kulit seperti jerawat, mudah iritasi, dan kemerahan. 

Menurut Max Mandias founder dari Burgreens menyatakan jika “Semoga hasil penelitian ini bisa membuka mata anak muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan kesehatan dengan menerapkan pola makan yang sehat serta merorientasi pada sumber nabati.”

Dari hasil tersebut kita bisa melihat fakta bahwa makanan yang dikonsumsi mempengaruhi kondisi microbiome usus, kesehatan secara umum, dan imunitas kulit. Nusantics percaya jika kondisi microbiome bisa terjaga bila kita bisa mengubah pola makanmenjadi lebih bervariasi dengan perbanyak konsumsi sumber nabati seperti gado-gado, pecel, rujak, urap, dan sejenisnya. 

Bahkan kini, jenis makanan tersebut mudah ditemukan, Burgreens juga menyediakan dan sebagai pioner dalam industri plant-based food chain. Nusantics menyediakan layanan Biome Scan, analisa profil microbiome kulit pertama di Indonesia. 

Layanan ini bisa didapatkan di Nusantics Hub, Senopati Jakarta. Bahkan sebagai perusahaan yang berbasis bioteknologi, Nusantics juga mengembangkan riset untuk menganalisa kondisi microbiome di air, tanah, dan udaram yang bisa dimanfaatkan untuk memahami kondisi lingkungan dan langkah yang jarus diambil untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. 

 

 

#Elevate Women