Fimela.com, Jakarta Vaksinasi merupakan satu hal yang penting untuk menyelamatkan jutaan nyawa, dan secara luas diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling sukses dan hemat biaya di dunia.
Namun sayangnya, pandemi COVID-19 mengakibatkan terganggunya kegiatan imunisasi anak rutin karena adanya pembatasan mobilitas yang berdampak pada sistem kesehatan dan penurunan pelaksanaan vaksinasi.
Berdasarkan laporan data yang didapat Subdit Imunisasi Dijen P2P Kemenkes, menyebutkan bahwa selama pandemi COVID-19 melanda, menyebabkan penurunan cakupan imunisasi atau vaksinasi pada anak.
Akibatnya, anak-anak kehilangan kesempatan untuk divaksinasi. Padahal, imunisasi dasar penting bagi bayi dan anak sampai umur 18 bulan untuk melindunginya dari berbagai penyakit yang telah berjalan selama ini.
Mengapa vaksinasi menjadi penting?
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, selaku Kepala Kelompok Penasihat Teknis Indonesia untuk Imunisasi (ITAGI) mengungkapkan, vaksin berfungsi merangsang sistem imun (kekebalan) tubuh untuk melawan penyakit melalui terbentuknya antibodi.
"Apabila banyak bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, kelak dapat terjadi wabah berbagai penyakit lain yang akan mengakibatkan sakit berat, cacat, atau meninggal," Terang Sri Rezeki Hadinegoro, dalam konfrensi pers virtual PERALMUNI dan Sanofi Pasteur, Jumat (23/04/2021).
Perlu diketahui, vaksinasi tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga melindung lingkungan yang lebih luas, terutama bagi mereka yang tidak dapat diimunisasi (bayi muda, mereka yang tidak dapat menerima vaksin karena sakit).
"Karena itu, layanan imunisasi dasar harus tetap diberikan di Puskesmas, praktek pribadi dokter, atau rumah sakit," lanjutnya.
Bagaimana cara imunisasi anak yang aman di kala pandemi?
Sri Rezeki menyebut, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya cakupan vaksinasi adalah ketakutan masyarakat akan terpapar virus di fasilitas kesehatan.
"Adanya aturan pembatasan kerumunan (PSBB), kekurangan SDM di faskes, dan pengalihan SDM kesehatan anak untuk mengatasi pandemi juga turut mempengaruhi rendahnya cakupan vaksinasi ini," kata dia.
Oleh sebab itu, strategi pemberian imunisasi anak perlu diadaptasi dan harus dilakukan dalam kondisi aman, tanpa membahayakan petugas kesehatan, pengasuh, dan masyarakat.
Beberapa cara imunisasi yang aman adalah sebagai berikut, seperti yang telah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
• Atur jadwal kedatangan anak agar tidak banyak berkumpil terlalu lama
• Tanyakan apakah ada kontak dengan anggota keluarga / tetangga yang menderita COVID-19. Apabila ada riwayat kontak, tunggu 14 hari untuk menentukan anak sehat.• Pisahkan ruang tunggu anak sakit dan anak sehat.
• Sediakan hand sanitizer atau bak cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, untuk orangtua dan anak saat datang dan akan pulang.
• Atur kursi ruang tunggu dengan jarak antar penunggu 1-2 meter
• Dokter dan petugas kesehatan yang berusia lebih dari 65 tahun dianjurkan tidak berhadapan dengan pasien, tetapi aktif menyebarluaskan pencegahan pandemi COVID-19 dan hubungannya dengan program imunisasi.
Penulis: Hilda Irach