Rasa Rindu Bisa Diobati dengan Berlatih Mengikhlaskan

Endah Wijayanti diperbarui 23 Apr 2021, 10:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.

***

Oleh: Sutianingsih

Ramadan kembali pada waktunya. Ini saat kita sebagai umat manusia agar mampu menundukkan hati dan mensucikan diri di hadapan-Nya. Tahun 2021 menjadi tahun yang luar biasa bagi semua orang.

Arti kata “luar biasa” ini memiliki arti ganda. Luar biasa nikmatnya bagi umat yang bisa menerima dan mengikhlaskannya, luar biasa menyedihkan bagi umat yang tidak bisa menerima dan mengikhlaskannya. Tahun yang memiliki daya uji luar biasa salah satunya karena pandemi Covid-19. Bisa dikatakan semua orang menginginkan hilangnya pandemi dan hidup tenteram penuh senyuman. Namun, dengan adanya pandemi ini, mengajarkan kepada kita pula agar tidak serakah dan selalu mengingat siapa penciptanya. 

Ramadan dengan suasana berbeda, karena semua memiliki jarak dan terhalangi gerak. Masker menjadi kebutuhan utama sama halnya beras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, mempengaruhi cara hidup kita saat ini yang bisa dikatakan berubah karena pandemi.

Mungkin Tuhan memaklumi dengan caranya sendiri dan melihat seberapa sungguh umat meminta dan kembali kepadanya. Begitupun denganku. Ramadan kali ini memberikan cerita dan pandangan tersendiri terutama dalam hal keikhlasan.

Banyak hal yang hilang dan kembali. Salah satunya tidak bisa bercengkrama dan berbuka seperti biasa karena hilangnya sosok yang tidak biasa. Sosok yang bisa dibilang yang selalu dirindukan setiap gema azan datang. Ya, dialah laki-laki yang membuat aku di dunia saat ini.

Ramadan kali ini memberikan pandangan mengenai arti dari sebuah keikhlasan. Sungguh karena saat ini aku hidup sendiri merantau di kota orang dan bisa dibilang menjadi salah satu kota impian untuk mengembangkan sayap dan mimpi terindah sebagian orang. Di samping anggapan bahwa kota ini pun menjadi salah satu kota yang dihindari dan enggan untuk disinggahi. Tapi bagiku kota ini memberikan pelajaran yang amat berharga tentang persahabatan, arti berbagi dan belajar menggapai puncak keikhlasan. 

2 dari 2 halaman

Merindukan Ayah yang Telah Berpulang

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/airdone

Terlahir sebagai anak perempuan pertama yang memiliki mimpi dan berjuang untuk mewujudkan dengan langkah kaki sendiri, pertanyaan besar yang pertama kali muncul adalah bisa nggak ya melewatinya? bisa nggak ya konsisten buat mendapatkannya? Seakan pertanyaan itu muncul setiap saat aku ingin adanya perubahan.

Tapi detik demi detik, langkah demi langkah bersama napas yang tidak berhenti memberikan kehangatan tersendiri aku bisa sampai pada momen-momen yang menurutk tidak mungkin. Mungkin semua orang mengalami apa yang aku alami tapi aku yakin setiap orang pun menyelesaikannya dengan cara-cara tersendiri.

Terkadang senyum merekah hadir di kala suatu hal yang aku damba bisa tercapai. Terkadang air mata jatuh tanpa sendirinya muncul di kala suatu hal yang aku damba pergi begitu saja. Sabar mengendalikan diri dan emosi menjadi poin penting untuk aku tetap dewasa memandang semua permasalahan yang terjadi.

Menjalankan puasa bukan berarti hanya menahan lapar dan haus saja tapi menahan apa yang ingin diluapkan seperti amarah karena melihat dan mengalami sebuah ketidakadilan. Bulan Ramadan yang memang memberikan bekal kesabaran dan keikhlasan luar biasa bisa membuatku berpikir dewasa baik dalam hal mengatur waktu, sampai mengambil keputusan yang efektif. 

Aku belajar begitu banyak bahwa ikhlas bukan saja kita melepaskan apa yang tidak kita suka tetapi lebih dari itu. Ikhlas mengajarkan kita agar mampu menahan apa yang memang ingin kita miliki baik untuk saat ini dan selamanya.

Kehilangan orang tersayang sekalipun akan menjadi indah dan tidak terlalu parah dalam merindukannya karena rasa ikhlas yang amat besar terlepas menginginkan rida dari Sang Pencipta. Aku berharap bisa melihat berbagai macam sisi dari pandangan yang berbeda dan bisa lebih sabar untuk mendapatkan kemungkinan yang tidak diharapkan.

Aku hanya rindu, rindu Ramadan sekaligus dirimu. Ya dirimu yang selalu ada di sisiku dan memberikan pelukan hangat ketika anak perempuan kecilmu meminta sebagai bunga tidur dari ayah tercinta dan selalu abadi di hati anaknya. 

#ElevateWomen