Rutin Konsumsi Protein Hewani Jauhkan Anak-Anak dari Risiko Stunting

Fimela Editor diperbarui 27 Apr 2021, 10:08 WIB

Fimela.com, Jakarta Kasus stunting masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Pada tahun 2019, jumlah kasus stunting mencapai angka 27,6 persen. Angka itu masih di atas standar yang ditetapkan oleh WHO bahwa prevalensi stunting di suatu negara tak boleh melebihi 20 persen.

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak, baik pertumbuhan tubuh maupun otak, akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Prof. dr Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K), seorang pakar nutrisi dan metabolik anak menyebutkan, anak yang mengalami stunting umumnya disebabkan oleh kurangnya makronutrien berupa protein.

"Namun bukan sekedar protein, tetapi asam amino essensial," kata Damayanti dalam webinar Frisian Flag Priamagro yang diselenggarakan Kamis, (15/04/2021).

Dibandingkan protein nabati, Damayanti menuturkan anak yang mengonsumsi protein hewani dapat mencegah anak-anak dari risiko stunting. Sebab, protein hewani memiliki Asam Amino Esensial yang lebih tinggi daripada protein nabati.

"Penelitian menunjukkan anak yang mengonsumsi protein hewani tubuhnya lebih tinggi dan ramping, sedangkan anak yang mengonsumsi protein nabati tubuhnya lebih pendek dan gemuk," kata dia.

Perlu diketahui, asam amino adalah bahan baku pembentuk protein, sedangkan Asam Amino Esensial (AAE) adalah sembilan jenis asam amino yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Sehingga, Anda harus mengonsumsi asupan tertentu untuk memenuhinya.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Lantas, makanan apa yang dapat mencegah anak mengalami stunting?

protein hewani | unsplash - louis hansel

Untuk menekan angka stunting, menurut WHO umumnya bayi dan anak membutuhkan 9 asam amino yang dapat diperoleh melalui makanan. Beberapa sumber protein hewani yang direkomendasikan Damayanti ialah berupa ikan, unggas, telur, dan susu.

"Anak usia 6 bulan hingga 1 tahun yang mengonsumsi telur sebagai MPASI, dapat menurunkan risiko stunting sebesar 47 persen. Sementara untuk gizi buruknya bisa turun sebanyak 74 persen," terang dia.

Damayanti menjelaskan alasan daging merah tidak terlalu baik untuk meningkatkan hormon pertumbuhan anak, adalah karena daging merah memiliki asam amino essensial yang kurang. "Berdasarkan penelitian, kurangnya asam amino essensial pada daging merah ini justru dapat menurunkan hormon pertumbuhan yang sebesar 34 persen. Jadi sangat penting kelengkapan asam amino untuk menunjang pertumbuhan," lanjutnya.

Menurut Damayanti, pencegahan risiko stunting yang paling utama adalah memastikan si kecil sehat dan memperoleh gizi yang seimbang. Selain itu, Damayanti juga mengingatkan kepada para orang tua agar selalu mencukupi kebutuhan protein si kecil, terutama protein hewani.

"Sebab, kalau proteinnya banyak yang hilang maka akan menggangu proses pertumbuhan tinggi badannya. Sehingga dia akan menjadi pendek atau yang dikenal stunting."

Penulis: Hilda Irach

#elevate women