Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
***
Oleh: Rhey Kanakava
Kembali bertemu dengan Ramadan yang diselimuti pandemi COVID-19. Belum juga berakhir tapi sedang diusahakan menuju kondisi yang lebih baik dengan adanya vaksinasi awal bagi garda depan pemerintahan, nakes, guru dan lansia.
Rasanya sudah sangat jenuh menjalani kehidupan yang terkungkung ketakutan, monoton dan semacam hidup dengan autopilot. Membatasi diri untuk kegiatan di luar rumah, berkerumun hingga bersosialisasi menjadi hal di luar prioritas untuk dilakukan. Sungguh sangat membosankan setahun lebih ini dengan pemandangan sejauh halaman belakang rumah hingga luar pagar. Meskipun sesekali keluar rumah dengan protokol kesehatan yang patut dilaksanakan untuk melindungi diri.
Ramadan ini saya lebih banyak berpasrah untuk jalan kehidupan kami. Pandemi ini terasa semakin menghimpit penghasilan yang saya dapatkan dari usaha berjualan label baju. Mau tidak mau omzet ikut menurun seiring semua lini ekonomi mengalami hal yang sama. Tidak ada lagi hasrat untuk berbuka bersama, memesan makanan dari restoran, atau sekadar menghabiskan kopi di coffee shop kekinian. Belajar untuk lebih pandai menggunakan uang yang akhir-akhir ini sulit dikumpulkan. Untuk membayar kebutuhan sehari-hari dan membayar listrik-air saja sudah sangat bersyukur.
Hingga siang hari itu saya memutuskan ke luar rumah mengendarai motor untuk mengambil bahan pesanan seorang teman. Tidak biasanya saya mengambil rute melewati jalan yang agak jauh dari lingkungan rumah. Jalan yang teduh dengan naungan pohon akasia berjejer di pinggirnya.
Sesekali melihat kiri dan kanan berusaha mengenali kondisi jalan yang mungkin hanya saya lewati dua kali dalam setahun. Sampai akhirnya mata tertuju pada sosok di pinggir persimpangan jalan. Seorang bapak berpenampilan lusuh berompi khas tukang parkir, meniup peluitnya untuk mengatur jalan sembari menggendong anak kecil di punggungnya. Ada segunduk tas yang tidak kalah lusuh di samping kakinya. Peluitnya berbunyi nyaring menghadang laju sedan hitam dari sisi kiri jalan, memaksa saya terpaku di seberang jalan menanti kesempatan melintas.
Allah akan selalu ada untuk hambaNya yang bertawakal.
Sepersekian detik rasanya saya tertampar oleh pemandangan di hadapan mata. Ketika saya sibuk menduga-duga bagaimana hidup saya besok atau lusa, ditampakkan sosok yang sekarang berjuang hanya untuk bisa makan atau tidak sore ini. Saya merasa jauh dari kata bersyukur atas apa yang saya punya hingga hari ini. Tidur beralaskan kasur empuk dengan naungan atap rumah tanpa bocor, bisa makan apa pun yang saya mau, bisa jajan kopi kekinian dan kegiatan homo ludens lainnya. Sedangkan mereka pun tak tahu akan tidur di mana nanti. Kemudian saya beristigfar, sedih sebenarnya saya tidak membawa uang yang cukup untuk memberinya. Dalam hati saya berjanji besok akan lewat jalan ini lagi untuk membawakannya makanan untuk bapak itu dan anaknya.
Padahal di ATM saya juga tidak ada saldo yang bisa diambil. Entahlah semoga saya dapat pembayaran yang profitnya bisa saya sedekahkan di Ramadan ini. Niat saya ucapkan dalam hati karena melihat pemandangan tadi.
Saya terus membawa harapan dalam doa, kesungguhan ingin memberinya orang yang layak dibantu saat ini. Dan Allah menjawab doa saya seketika. Malam menjelang tidur seorang teman menitipkan sejumlah uang untuk berbagi nasi kotak selama Ramadan. Dirinya yang jauh di negeri orang agak sulit melakukannya sendiri dan meminta saya membantunya. Begitu juga salah satu customer saya tiba-tiba memesan lebih dari jumlah semula dan langsung mentransfernya. Masyaallah saya terharu, betapa Allah Maha Mendengar. Niat kecil saya berubah menjadi sesuatu yang besar dalam semalam. Saya sampai susah untuk tidur hingga waktu sahur saking excited-nya.
Akhirnya saya belajar lagi untuk selalu percaya dan yakin atas pertolongan Allah karena sempat meragukan dan overthinking dengan keadaan ini. Di bulan penuh berkah dan rahmat Allah selalu ada hal yang membukakan mata akan kasih sayangNya. Allah akan selalu ada untuk hambaNya yang bertawakal. Meskipun lewat sekotak nasi ini, InsyaAllah memberikan harapan baru untuk bapak dan anak tersebut. Dan saya tidak mau berhenti membagi kebahagiaan di hari ini saja, sungguh kebahagiaan bisa didapatkan karena kita bisa membaginya dengan yang membutuhkan.
Ramadan Mubarak.
#ElevateWomen