Ramadan tanpa Kedua Orangtua, Kuredam Rindu dengan Doa

Endah Wijayanti diperbarui 15 Apr 2021, 10:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.

***

Oleh: Fuatuttaqwiyah 

Ramadan tahun ini sungguh berbeda. Pertama kalinya Ramadan tanpa bapak. Kepergian bapak 3 Februari 2021 masih menyisakan duka di benakku. Walau aku sudah berusaha mengikhlaskan beliau. Hanya doa yang bisa kupanjatkan dan meneladani semua perilaku dan amal bapak serta menjaga silaturahmi dengan teman-teman bapak.

Ramadan 2004

Tahun 2004 adalah Ramadan terakhirku bersama ibu. Aku bisa merasakan indahnya Ramadan bersama ibu dengan segala kepapaan dan kondisi yang sangat menderita. Bahkan untuk membayar zakat fitrah, kami harus mengumpulkan rupiah demi rupiah.

Saat itu pun ibu menjadi penerima zakat dari orang kaya di kampungku. Momen yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Hal itu jugalah yang membuatku bertekad untuk berjuang memperbaiki taraf hidup agar bisa menjadi pemberi zakat suatu hari nanti.

Ramadan 2005

Aku tidak di samping ibu karena sudah merantau. Aku hanya sempat mengirim doa dan telepon kepada ibu. Tahun itu pun aku tidak mudik. Praktis aku kehilangan momen Ramadan terakhir dengan ibu. Sebelas bulan sesudahnya ibu wafat, tepat 15 hari sebelum Ramadan tiba.

Kesedihan membayang di pelupuk mata. Kepergian ibu yang mendadak membuat jiwaku berkabung lara. Ibulah yang selama ini membuatku kuat dan bertahan di perantauan. Ibu sumber inspirasi dan penyemangatku. Ada penyesalan teramat sangat karena ibu belum sempat menikmati keberhasilanku.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Ramadan tanpa Ibu

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/ngorkapong

Tanpa ibu, aku sempat goyah. Ramadan yang seharusnya kusambut dengan gembira, ternyata masih menghadirkan duka. Aku rindu buka puasa dan sahur bersama ibu. Rindu momen membelikan baju lebaran untuk adik-adik. Rindu membuat kue bersama atau berburu pernak-pernik hari raya dengan segala keterbatasan yang ada. Enggak terasa sudah 16 Ramadan kulalui tanpa ibu. Aku hanya bisa mengenangnya lewat doa.

Menyambung Silaturahmi dengan Teman-Teman Ibu

Ibu memang sudah tiada. Namun, hubungan baik dengan teman-teman beliau tetap kujaga. Setiap tahun di momen Ramadan, aku berbagi rezeki kepada teman-teman ibu. Jumlahnya enggak banyak, tetapi hal itu sebagai wujud cintaku pada ibu. Hal itu juga menjadi momen mengenang mendiang ibu dan segala kebaikan yang sudah beliau lakukan.

Selain itu, sebagai wujud syukur atas keberlimpahan rezeki dari Allah pada tahun ini. Agenda yang sudah menjadi rutinitas tahunanku. Rasanya ada yang kurang kalau hal itu tidak kulakukan. Semoga tahun ini agenda tersebut bisa tetap kulakukan. 

#ElevateWomen