Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
***
Oleh: Siana Nende
Suasana Ramadan mulai hadir kembali. Suara petasan anak kecil berdentum di mana-mana. Hawa panas, musim kemarau telah siap menyambut. Bunyi kentongan remaja masjid akan menemani waktu sahur kita sebulan penuh.
Kembali teringat kisah setahun yang lalu, saat aku memutuskan lepas dari orang tua setelah separuh kehidupanku kuhabiskan bersama mereka. Aku telah menikah kurang lebih 7 tahun, aku dan suami menetap bersama keluargaku di salah satu sudut ramainya kota Surabaya.
Waktu itu kami masih pengantin baru dan sama-sama harus bekerja dari pagi hingga malam. Atas saran dari kedua orang tuaku, kami memutuskan untuk tinggal bersama mereka. Awalnya semua baik-baik saja, tahun -tahun awal pernikahan kami.
Sampai akhirnya aku hamil dan kemudian melahirkan. Setelah anak pertama kami lahir, suami menyuruhku resign dari pekerjaan, karena dia ingin aku fokus merawat dan membesarkan anak kami yang masih kecil. Awalnya aku tidak setuju, tetapi karena desakan suami dan saran dari orang tuaku akhirnya aku pun setuju berhenti bekerja.
What's On Fimela
powered by
Menjadi Ibu
Awalnya aku berpikir akan terasa mudah menjadi seorang ibu rumah tangga biasa yang sibuk mengurus anak. Tetapi semua berubah, suasana di rumah menjadi tidak nyaman dan kondusif. Satu per satu masalah datang menghampiri, mulai sering cekcok dengan suami, dengan orang tua, bahkan adikku juga.
Aku mengira waktu itu terkena sindrom baby blues karena aku menjadi sensitif dan baper terhadap segala sesuatu. Aku dan suami sering berdiskusi, bertukar pikiran untuk mencari solusi dari masalah kami saat itu, dari mulai membicarakan baik-baik dengan keluargaku, hingga sempat terbesit oleh suamiku membawaku ke psikolog untuk terapi kejiwaan.
Tepat bulan Ramadan waktu itu, kami seperti mendapatkan hidayah dari Allah swt, akhirnya kami menemukan solusi terbaik untuk masalah kami yakni dengan memutuskan keluar dari rumah kedua orang tuaku. Sungguh berat rasanya waktu itu untuk kami, harus melepaskan diri dari keluarga, memulai lagi dari awal kehidupan kami yang baru apalagi di tengah situasi pandemi yang melanda negeri ini.
Menjalani Kehidupan di Tempat yang Baru
Aku, suami dan anak kami akhirnya harus rela pergi meninggalkan rumah itu, kota itu, dan semua kenangan-kenangan kami di sana. Bukan itu saja, aku juga harus rela meninggalkan separuh kehidupanku di sana. Kehidupan mulai dari masa kanak-kanak, remaja, menjadi wanita dewasa, hingga akhirnya menikah dan menjadi seorang ibu dari anak perempuan yang sangat imut. Berlinang air mata ini, sungguh menyakitkan rasanya, tapi inilah kenyataan hidup yang harus kujalani. Aku percaya Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya, jadi kupasrahkan semua hanya kepada-Nya.
Kami akhirnya memutuskan pindah ke kota baru. Kota kelahiran suamiku. Di kota itu kami awalnya tinggal bersama dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya, beberapa bulan kemudian tanpa sepengetahuanku suami dan kedua orang tuanya berencana membangun sebuah rumah untuk keluarga kecil kami.
Aku begitu terkejut, karena selama kami menikah dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu dariku, apalagi untuk hal sebesar ini. Tapi aku benar-benar bersyukur kepada Allah Yang Maha Kuasa. Yang tak pernah menguji hamba-Nya sesuai batas kemampuannya. Dia mengganti semua rasa sedihku dengan kebahagiaan. Dan saat ini, di sinilah aku bersama suami dan anak perempuan kami yang sangat imut, memulai kehidupan kami yang baru, di tempat yang baru dengan semangat yang baru pula.
Terima kasih Allah untuk semua berkah yang telah kau berikan kepada keluarga kecil kami. Aku yakin kedua orang tuaku juga akhirnya bangga kepada kami, karena mampu menjadi mandiri setelah semua yang kami alami. Semoga kisah Ramadanku ini mampu menginspirasi kita semua, untuk tidak menyerah dengan keadaan karena yakinlah di setiap kesulitan, selalu ada kemudahan jika engkau percaya Allah SWT selalu bersama kita. Marhaban ya Ramadan.
#ElevateWomen