Fimela.com, Jakarta Saat berbicara tentang perilaku pria dan perempuan dalam hubungan, hampir semua orang memiliki pendapat yang biasanya didasarkan pada perbedaan jenis kelamin. Padahal, dalam beberapa kasus dalam hubungan ada beberapa asumsi yang keliru mengenai hal tersebut.
Berikut ini adalah beberapa asumsi tentang pria dan perempuan dalam hubungan yang sering kali keliru. Apa saja itu? Langsung saja simak ulasan berikut ini.
Perempuan Lebih Romantis daripada Pria
Karena sebagian besar novel roman dan film romantis ditujukan untuk perempuan, sehingga banyak asumsi yang menganggap bahwa perempuan lebih romantis daripada pria. Dan hal ini juga didukung karena perempuan lebih ekspresif tentang perasaannya daripada pria.
Padahal, pria sebenarnya memiliki pandangan yang lebih romantis tentang cinta daripada perempuan. Sebab, pria tidak multitasking seperti perempuan sehingga akan membuatnya bisa fokus pada satu hal. Nah, sifatnya yang cenderung fokus inilah yang menjadikannya hanya akan setia pada pasangan dan berpotensi lebih romantis.
What's On Fimela
powered by
Daya Tarik Fisik hanya Penting bagi Pria
Banyak yang mengasumsikan bahwa pria cenderung mengutamakan penampilan fisik daripada perempuan. Namun, pemeriksaan lebih dekat terhadap data ini mengungkapkan bahwa baik pria maupun perempuan menganggap bahwa penampilan fisik itu sama pentingnya. Pada pemeriksaan lebih lanjut, dalam pilihan kencan, baik pria atau perempuan sama-sama terpikat oleh penampilan.
Perempuan Memiliki Minat yang Kurang pada Seks
Dalam lingkungan sosial, pria selalu diasumsikan bahwa mereka lebih dominan daripada perempuan. Begitu juga dalam aspek seksualitas, pria cenderung lebih ekspresif dan kehidupan seksualnya daripada perempuan.
Sehingga menyatakan tentang ketertarikan seksual dianggap hal yang memalukan bagi sebagian perempuan dan ini membuat perempuan bersikap manipulatif tentang kehidupan seksual mereka. Padahal, baik pria maupun perempuan memiliki ketertarikan yang sama dalam aspek seksualitas.
Berbeda dalam Mengatasi Konflik
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa pria dan perempuan tidak berbeda secara signifikan dalam mengatasi konflik hubungan. Hal ini disebabkan karena dalam masyarakat, pria secara tradisional memiliki lebih banyak kekuatan dalam hubungan daripada perempuan.
Sehingga perempuan sering mendapati diri mereka sebagai pihak yang mendesak untuk perubahan. Jadi, untuk mengatasi kekuasan tidak seimbang, perempuan memilih untuk menekan permasalahan karena mereka menginginkan perubahan, bukan karena mereka menangani konflik secara berbeda dengan pria.
Kekerasan Fisik dalam Hubungan Selalu Dilakukan Pria
Ketika orang berpikir tentang korban kekerasan dalam rumah tangga, kebanyakan langsung membayangkan seorang perempuan. Dan memang benar bahwa luka yang diderita oleh perempuan korban KDRT cenderung lebih serius daripada yang dialami oleh korban pria, dan bahwa penganiayaan yang dilakukan oleh pria cenderung lebih sering dan parah.
Meski demikian, pria juga kerap menjadi korban KDRT. Dalam survei baru-baru ini terhadap orang dewasa di Inggris, ditemukan bahwa sekitar 40% korban kekerasan dalam rumah tangga adalah pria.
Dalam satu survei nasional di Amerika Serikat, ditemukan bahwa 12,1% perempuan dan 11,3% pria melaporkan bahwa mereka telah melakukan tindakan kekerasan terhadap pasangan mereka dalam satu tahun terakhir. Sementara, penelitian lain menemukan bahwa perempuan sama mungkinnya dengan pria untuk memulai kekerasan pada pasangan.
Demikianlah beberapa asumsi yang keliru tentang hubungan pria dan perempuan yang berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin. Semoga bermanfaat.
#ElevateWomen