Survei Kesehatan Gigi dan Mulut Selama Pandemi yang Berdampak Pada Kesehatan Jangka Panjang

Anisha Saktian Putri diperbarui 31 Mar 2021, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Di masa pandemi setiap orang diharuskan untuk tetap tinggal di rumah saja, hal ini menyebabkan aktivitas ngemil meningkat. Maka tak heran jika konsumsi asupan manis dan asam ikut meningkat pula.

Survei menunjukkan bahwa selama pandemi ada peningkatan konsumsi makanan ringan sebanyak 28%, diikuti oleh 26% kopi/teh, 14% makanan dingin, 22% jus kemasan, dan 10% minuman ringan. Padahal, peningkatan konsumsi jenis makanan dan minuman ini berdampak buruk bagi kesehatan gigi dan mulut, terutama dapat merusak enamel gigi yang tidak dapat dipulihkan secara alami oleh tubuh manusia.

Sayangnya, hal tersebut tidak diiring dengan peningkatan kebiasaan merawat gigi dan mulut, serta kebiasaan mengunjungi dokter gigi juga semakin menurun. Survei terbaru yang dirilis oleh GSK Consumer Healthcare bekerjasama dengan perusahaan riset IPSOS, menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak terhadap kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Survei dilakukan kepada 4.500 partisipan yang berusia diatas 18 tahun dan berasal dari 5 Negara Eropa (Perancis, Jerman, Britania Raya, Spanyol, dan Rusia) dan 4 Negara Asia Tenggara (Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand). Berikut adalah beberapa temuan utama dari penelitian untuk konsumen Indonesia.

1. Konsumen Indonesia menyadari akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya bagi kesehatan mental serta tubuh. Namun hal tersebut tidak diiringi dengan upaya yang cukup dalam menjaga dan memperbaiki kesehatan gigi dan mulut

9 dari 10 konsumen di Indonesia atau setara dengan 89% percaya bahwa kesehatan gigi dan mulut yang baik bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan memiliki dampak positif bagi kesehatan mental dan kebahagiaan seseorang (81%).

Konsumen di Indonesia yang saat ini setidaknya memiliki satu masalah kesehatan gigi dan mulut, ternyata tidak cukup menjaga atau memperbaiki kesehatan mulut mereka. Hasil survei menunjukkan hanya 6% konsumen yang secara rutin memeriksa atau membersihkan gigi guna secara aktif menjaga kesehatan gigi dan mulut mereka.

2. Pandemi Covid-19 dan penerapan PSBB menyebabkan perubahan perilaku berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut konsumen Indonesia

Meskipun setidaknya memiliki 1 masalah gigi, kebiasaan ngemil, konsumsi kopi/teh, makanan dingin, jus kemasan, dan minuman ringan semakin meningkat di kalangan konsumen Indonesia selama masa pandemi.

Saat ini, tiga masalah kesehatan gigi yang paling banyak dialami konsumen Indonesia adalah: gigi sensitif, berlubang, dan noda kuning. Namun demikian, hanya 40% konsumen Indonesia yang mengaku semakin rutin membersihkan gigi dibanding sebelum pandemi.

3. Bisa dikatakan 1 dari 2 konsumen Indonesia mengurangi atau menghentikan kunjungan ke dokter gigi karena kondisi pandemi Covid-19, dan bukan karena faktor lainnya.

46% konsumen di Indonesia semakin mengurangi frekuensi kunjungan ke dokter gigi atau bahkan tidak sama sekali dibanding sebelum pandemi Covid-19.

7 dari 10 konsumen mengaku khawatir atau cukup khawatir mengunjungi dokter gigi karena takut terpapar virus Covid-19. Bagi mereka, situasi pandemi dan kemungkinan terpapar Covid-19 menjadi alasan utama mengurangi atau berhenti mengunjungi dokter gigi.

2 dari 2 halaman

Menyadari rendahnya kesehatan gigi dan mulut berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental

Ilustrasi Gigi dan Mulut yang Sehat Credit: pexels.com/Shiny

Hampir semua konsumen Indonesia menyadari rendahnya kesehatan gigi dan mulut berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental, tetapi mereka belum melakukan upaya yang maksimal untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

9 dari 10 konsumen Indonesia percaya bahwa perawatan kesehatan mulut dapat memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Ketika ditanyakan lebih lanjut, 68% responden percaya bahwa kesehatan mulut dapat mengurangi risiko pengembangan penyakit kardiovaskular, 81% meyakini ada dampak positif bagi kesehatan mental dan kebahagiaan seseorang, dan 55% juga percaya bahwa perawatan kesehatan mulut yang baik memiliki dampak yang positif yakni mengontrol kadar gula darah dan mencegah diabetes.

Meskipun mayoritas konsumen Indonesia telah menyadari dampak langsung dari kurangnya perawatan gigi dan mulut, survei menyarankan bahwa para konsumen belum secara maksimal merawat kesehatan gigi dan mulut mereka sehingga justru dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan fisik dan mental.  

Dari keseluruhan konsumen di Indonesia yang saat ini setidaknya memiliki satu masalah kesehatan gigi dan mulut, hanya sebanyak 31% yang menggunakan produk kesehatan khusus untuk perawatan gigi dan mulut, dan hanya 6% konsumen yang secara aktif dan rutin memeriksa kondisi kesehatan gigi dan mulut atau membersihkan gigi ke dokter.  Padahal, 82% konsumen memiliki gigi sensitif dengan 74% diantaranya merasakan ketidaknyamanan saat makan atau minum. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumen Indonesia masih abai terhadap pentingnya merawat gigi dan mulut meski memiliki setidaknya satu masalah gigi dan mulut.   

Sikap abai yang berkelanjutan ini dapat beresiko bagi kesehatan fisik dan mental yang sebenarnya dapat dicegah dan diatasi.

"Pandemi Covid-19 telah mengubah cara kita beraktivitas sehari-hari dan merawat diri. Kami senang melihat semakin banyak masyarakat yang sudah sadar tentang dampak berkepanjangan dari tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut. Namun, masih banyak yang harus kita lakukan. Perawatan gigi dan mulut dan yang baik dan teratur sangat penting untuk kesehatan dalam jangka panjang," ujar Keith Choy, Region Head, Asia Pacific, GSK Consumer Healthcare dalam siaran pers yang diterima Fimela.com

#Elevate women